Selamat Datang di Web Jendela Keluarga Aris Nurkholis - Ratih Kusuma Wardani

Jendela Keluarga: Mewujudkan Keluarga Islami

Keluarga muslim adalah keluarga yang dibangun atas dasar nilai-nilai keislaman, Setiap anggota keluarga komintmen terhadap nilai-nilai keislaman. Sehingga keluarga menjadi tauladan dan lebih dari itu keluarga menjadi pusat dakwah Islam.

Merajut Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah

Keluarga sakinah adalah keluarga yang semua anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah SWT.

Cinta Tanpa Syarat

Ketika suami dan isteri sudah menetapkan “cinta tanpa syarat” dan saling memahami, maka perbedaan dan pertengkaran tidak membesar menjadi konflik yang merusakkan kebahagiaan keluarga.

Cinta Tidak Harus Dengan Kata

Mencintai dengan sederhana, adalah mencintai “dengan kata yang tak sempat diucapkan” dan “dengan isyarat yang tak sempat disampaikan”.

Komunikasi dan Interaksi Penuh Cinta

Hal yang sangat vital perannya dalam menjaga keharmonisan rumah tangga adalah interaksi dan komunikasi yang sehat, komunikasi yang indah dan melegakan serta komunikasi penuh cinta antara seluruh anggotanya.

Wednesday, October 19, 2011

Kebahagian Mengejar Kupu-Kupu

Kebahagian Mengejar Kupu-Kupu 

 

Suatu ketika, terdapat seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak termenung. Tatapan matanya kosong, menatap hamparan air di depannya. Seluruh penjuru mata angin telah di lewatinya, namun tak ada satupun titik yang membuatnya puas. Kekosongan makin senyap, sampai ada suara yang menyapanya. Ada orang lain disana.

"Sedang apa kau disini anak muda?" tanya seseorang. Rupanya ada seorang kakek tua. "Apa yang kau risaukan..?" Anak muda itu menoleh ke samping, "Aku lelah Pak Tua. Telah berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku. Kemana kah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?"


Kakek Tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian. Di pandangnya wajah lelah di depannya. Lalu, ia mulai bicara, "Di depan sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu, tangkaplah seekor kupu-kupu buatku. Mereka berpandangan. "Ya...tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan tanganmu" sang Kakek mengulang kalimatnya lagi.

Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya menuju satu arah, taman. Tak berapa lama, dijumpainya taman itu. Taman yang yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang bermekaran. Tak heran, banyak kupu-kupu yang berterbangan disana. Sang kakek, melihat dari kejauhan, memperhatikan tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang gelisah itu.

Anak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-endap, ditujunya sebuah sasaran. Perlahan. Namun, Hap! sasaran itu luput. Di kejarnya kupu-kupu itu ke arah lain. Ia tak mau kehilangan buruan. Namun lagi-lagi. Hap!. Ia gagal. Ia mulai berlari tak beraturan. Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya rerumputan dan tanaman untuk mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan perdu di sana. Gerakannya semakin liar.

Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada satu kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan. Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat. Sampai akhirnya ada teriakan, "Hentikan dulu anak muda. Istirahatlah." Tampak sang Kakek yang berjalan perlahan. Ada sekumpulan kupu-kupu yang berterbangan di sisi kanan-kiri kakek itu. Mereka terbang berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu.

"Begitukah caramu mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?" Sang Kakek menatap pemuda itu. "Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu. Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kau buru, semakin pula ia pergi dari dirimu."

"Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu bukan benda yang dapat kau genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan. Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu. Ia tak akan lari kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu sering
datang sendiri."

Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba, tampak seekor kupu-kupu yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap kupu-kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu mengagumkan, kelopak sayap yang mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya.

***

Mencari kebahagiaan adalah layaknya menangkap kupu-kupu. Sulit, bagi mereka yang terlalu bernafsu, namun mudah, bagi mereka yang tahu apa yang merekacari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang sana-sini,menabrak sana-sini, atau menerobos sana-sini untuk mendapatkannya. Kita dapat saja mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh penjuru arah. Kita pun dapat meraihnya dengan bernafsu, seperti menangkap buruan yang dapat kita santap setelah mendapatkannya.

Namun kita belajar. Kita belajar bahwa kebahagiaan tak bisa di dapat dengan cara-cara seperti itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di genggam atau benda yang dapat disimpan. Bahagia adalah udara, dan kebahagiaan adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan pergi dari kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula kebahagiaan itu akan menjauh.

Cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu menetap, dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu alam setiap langkah yang kita lakukan. Dalam bekerja, dalam belajar, dalam menjalani hidup kita. Dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi dan dalam riuh. Temukanlah bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita.

Kita percaya, bahagia itu ada dimana-mana. Rasa itu ada di sekitar kita. Bahkan mungkin, bahagia itu "hinggap" di hati kita, namun kita tak pernah memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu berterbangan di sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.

Thursday, September 8, 2011

Arti Kesuksesan Sejati

Arti Kesuksesan Sejati


Oleh:  Abdul Aziem al-Batavy



Ramadhan telah meninggalkan kita. Ada rasa haru dalam hati kita ketika meninggalkan Ramadhan yang penuh berkah. Kata pepatah, idza zuqta halawat al-washilah la ‘arafta murrat al-qathi’ah – jika engkau pernah merasakan nikmatnya bersatu, niscaya engkau akan merasakan pahitnya berpisah. Kita sedih ditinggalkan Ramadhan, dan kita berharap agar Allah panjangkan umur kita sampai Ramadhan yang akan datang, dalam keadaan yang lebih baik, sehat, dan penuh curahan rahmat Allah swt.
Hari ini kita basahi lidah kita dengan takbir, tahmid, dan tahlil. Kita gemakan kebesaran Allah swt ke segala penjuru angkasa dengan penuh sukacita – kadang dengan tetesan air mata – sebagai ekspresi rasa harap kita akan rahmat-Nya, sebagai ekspresi rasa takut kita akan azab-Nya, dan sebagai ekspresi rasa syukur kita atas nikmat-nikmat-Nya. Kita bersyukur bahwa Allah swt masih mempertemukan kita dengan Ramadhan dan merayakan Idul Fitri bersama-sama. Padahal, banyak saudara kita yang tidak bisa hadir di sini bersama kita, lantaran sakit, terhalang, atau karena telah mendahului kita.
Betapa indahnya kemanusiaan kita pada hari ini. Dengan lantunan takbir, tahmid, dan tahlil, dari lubuk hati yang terdalam kita sadari betul bahwa selama ini yang kita besarkan adalah bukan Allah. Yang kita besarkan selama ini adalah harta, kedudukan, popularitas, dan perkara keduniaan lainnya, sehingga membuat ruhani kita menjadi tumpul dan tidak berkembang.
Shalat Id yang baru saja kita lakukan merupakan simbolisasi dari kesuksesan kita menghidupkan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, pelajaran berharga dari Idul Fitri yang kita rayakan hari ini merupakan akumulasi dari dari pelajaran-pelajaran ibadah puasa, shalat, dan zakat kita di bulan Ramadhan. Selama 720 jam, Ramadhan sebagai suatu madrasah ruhaniah, spiritual training, telah menggembleng kita untuk memahami prinsip kesuksesan hidup yang hakiki dan cara meraih kesuksesan itu.
Apakah prinsip kesuksesan hakiki yang telah diberikan oleh Ramadhan kepada kita? Ada begitu banyak prinsip kesuksesan yang telah diajarkan oleh Ramadhan.
Di antaranya adalah: 

Yang pertama, kita disebut sukses manakala kita bisa menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Allah swt. Selama kita berpuasa, sejak Subuh hingga Maghrib, kita rela menahan lapar, haus, dan hal-hal lain yang mengurangi nilai ibadah puasa kita. Kita teguh memegang prinsip. Kita tidak berani melanggar pantangan puasa sampai datang waktu berbuka. Rasanya tidak ada waktu yang ditunggu-tunggu oleh orang yang berpuasa, kecuali datangnya waktu Maghrib. Kesuksesan orang yang berpuasa adalah di saat berbuka. Oleh karena itu, dalam sebuah hadits qudsi, Allah swt berfirman, ‘Buat orang yang berpuasa, ia memiliki dua kegembiraan. Pertama, ketika berbuka, ia gembira dengan saat berbukanya itu. Kedua, ketika ia berjumpa dengan Allah (nanti di hari Akhir) ia gembira dengan ganjaran puasanya’. (Hadits, muttafaq alayh).
Waktu berbuka, yaitu Maghrib dan Idul Fitri sebagai akhir puasa, adalah simbol datangnya kesuksesan jangka pendek, yaitu kesuksesan dunia. Sedangkan kesuksesan jangka panjang adalah di saat hari Akhir berjumpa dengan Allah, dan kita mendapatkan ganjaran masuk surga melalui pintu ar-Rayyan, yang tidak akan masuk surga melalui pintu itu kecuali buat orang-orang yang berpuasa.
Kesuksesan yang sejati adalah manakala kita bisa melakukan ketaatan kepada Allah. Hati kita akan merasa damai di saat kita melakukan ketaatan. Buat seorang muslim, sukses akan datang dengan sendirinya manakala ia sabar menjalani ketaatan itu, meskipun dihadapkan pada rintangan-rintangan.
Ada sebuah kisah menarik tentang dampak ketaatan kepada Allah swt. Salah seorang sahabat Rasulullah ada yang bernama Said al-Khudri. Suatu hari ia mendatangi Rasulullah, lalu berkata, ‘Duhai Rasulullah, semalam aku bermimpi aneh. Aku melihat diriku shalat di belakang sebuah pohon. Lalu aku membaca al-Quran dalam shalatku dan pohon itu menjadi merunduk. Ketika aku sampai pada satu ayat sajdah, yaitu ayat sujud tilawah, maka aku pun melakukan sujud. Lalu, aku melihat pohon itu juga ikut bersujud lantaran sujudku. Ketika pohon itu bersujud, aku mendengar ia berkata, ‘Ya Allah, ampunilah dosaku dengan sebab sujudku ini. Tuliskan pahala bagiku dengan sebab sujudku ini. Jadikanlah sujudku ini sebagai tabungan akhiratku. Terimalah amalku ini sebagaimana Engkau telah menerima amal hamba-Mu Dawud alayhissalam’.
Begitu mimpi Said al-Khudry.
Subhanallah, sebuah pohon yang tumbuh di masa Rasulullah ternyata mengetahui ketaatan Nabi Dawud alayhissalam. Padahal, jarak antara Rasulullah dengan Nabi Dawud adalah ribuan tahun. Nabi Dawud memang seorang Nabi yang Allah berikan suara yang indah. Jika ia membaca kitab Zabur maka seluruh alam menjadi terpesona.
Begitulah, hadirin rahimakumullah, jika kita membiasakan diri untuk menyesuaikan kehendak kita dengan kehendak Allah, melalui ketaatan kepada-Nya, maka nama kita akan harum sepanjang masa melintasi zaman dan alam, dikenang oleh makhluk Allah swt.
Yang kedua, kesuksesan tidak boleh membuat kita eforia, lupa diri, dan kebablasan. Di saat kita menjalankan ibadah puasa, di saat rasa lapar dan haus mendera, rasanya terbersit hasrat dalam hati kita untuk memuaskan nafsu makan dan minum kita nanti di saat berbuka. Namun, di saat segala hidangan sudah dihamparkan dan datang waktu berbuka, seteguk minuman dan sesuap makanan sudah melenyapkan hasrat kita itu. Sebutir kurma sudah mengenyangkan perut kita. Seteguk dua teguk teh hangat-manis sudah menghangatkan tubuh kita. Kita pun menjadi kembali perkasa dan energik. Kita tidak punya hasrat lagi untuk menghabiskan segala hidangan yang tersedia, kecuali sekedar kebutuhan. Subhanallah… Itulah sunnatullah..
Saudaraku rahimakumullah, itu artinya apa? Itu artinya bahwa ketika kita mendapatkan kesuksesan, kita tidak boleh eforia, tidak boleh lupa diri, dan tidak boleh kebablasan.
Riset ilmiah sudah membuktikan bahwa orang-orang sukses adalah orang-orang yang mampu menunda kesenangan sesaat untuk kesenangan yang lebih panjang. Orang yang memilih untuk menabung uang dibanding menghabiskan uangnya, maka ia akan kaya dalam jangka panjang. Bukankah ada pepatah yang mengatakan: Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya?
Dengan Ramadhan, Allah swt sengaja melatih kita untuk menunda kesenangan sesaat untuk kesenangan yang lebih abadi. Dan Rasulullah saw sudah mencontohkan hal itu kepada kita, umatnya.
Ada kisah menarik, suatu hari Sayyiduna Umar bin Khattab r.a. datang ke rumah Rasulullah. Setelah Umar mengucapkan salam dan diizinkan masuk, ia melihat Rasulullah sedang berbaring di atas tikar kasar yang terbuat dari pelepah kurma, dan tikar itu menimbulkan bekas pada punggung Rasulullah. Melihat keadaan yang mengharukan itu, Umar bin Khattab menangis.
Lalu terjadilah dialog antara Rasulullah dengan Umar.
‘Mengapa engkau menangis, wahai putra al-Khattab?’, tanya Rasulullah.
  
Umar menjawab, ‘Duhai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis. Tikar kasar ini sudah membuat punggungmu berbekas. Dan aku lihat hanya ini saja perabotan rumahmu. Padahal, engkau adalah Nabi Allah dan manusia pilihan-Nya. Sementara di sana, yang namanya Kisra dan Kaisar duduk bertatahkan permata, tidur berbantalkan sutra’.
Lalu Rasulullah berkata, ‘Orang-orang yang kau sebutkan barusan adalah mereka yang disegerakan kesenangannnya oleh Allah, padahal itu adalah kesenangan yang akan berakhir. Sementara kita adalah kaum yang Allah tunda kesenangannya untuk kesenangan akhirat kita. Perumpamaanku dengan dunia adalah seumpama seorang musafir yang berjalan di musim panas. Lalu ia berteduh di bawah sebuah pohon barang sejenak. Dia istirahat di bawahnya, lalu pergi meninggalkan pohon itu, melanjutkan perjalanannya’.
Seorang Muslim yang sukses, jika ia kaya, maka kekayaaannya tidak membuat ia lupa berzakat, bersedekah, dan berbagi dengan orang-orang yang nasibnya berada di bawahnya. Ia menjadi orang dermawan. Jika ia pengusaha atau pebisnis, maka bisnisnya tidak membuatnya lupa mengingat Allah. Ia menjadi pebisnis islami. Jika ia penguasa, maka kekuasannya tidak membuat ia bertindak zalim, sewenang-wenang, dan mengkhianati kekuasaannya di hadapan Allah dan masyarakat. Ia menjadi penguasa yang amanah. Seorang Muslim yang sukses tidak bersikap eforia, lupa diri, dan kebablasan.

Yang ketiga, sukses adalah manakala kita mampu bersikap jujur. Dalam sebuah hadits qudsi, Allah swt berfirman, ‘Seluruh amal manusia adalah untuk dirinya, kecuali puasa. Puasa adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberi ganjarannya’ (Hadits, muttafaq alayh)
Mengapa Allah mengkhususkan ibadah puasa untuk dirinya? Menurut Imam al-Qurthubi, itu karena dua alasan.
Yang pertama, puasa mampu mencegah seseorang untuk memanjakan kesenangan diri dan hasratnya. Sementara ibadah-ibadah yang lain tidak seperti itu.
Yang kedua, puasa adalah rahasia seorang hamba dengan Tuhannya. Tidaklah ia berpuasa melainkan untuk-Nya. Oleh karena itulah, puasa menjadi istimewa dengan sebab ini. Sementara ibadah-ibadah lainnya dapat dengan mudah dimasuki oleh unsur riya’.
Puasa membuat kita jujur, karena kita merasa diawasi oleh Allah swt. Itulah yang disebut muraqabatullah. Orang lain bisa kita bohongi dengan puasa kita, namun Allah tidak. Dalam surat al-Hadid: 4, Allah swt berfirman, Dia selalu bersamamu di manapun kamu berada, dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
Ada sebuah kisah menarik. Suatu hari, Abdullah bin Umar (anaknya Umar bin Khattab) melakukan perjalanan. Di tengah perjalanan, ia melihat seorang penggembala ternak. Maka terjadilah dialog di antara mereka.
Ibnu Umar berkata, ‘Maukah engkau menjual satu kambing saja?’
Penggembala itu menjawab, ‘Kambing-kambing ini bukan milikku’
Ibnu Umar berkata, ‘Katakan saja kepada pemiliknya bahwa satu ekor sudah dimakan serigala’.
Penggembala itu menjawab, ‘Kalau begitu, di manakah Allah?’
Mendengar jawaban penggembala kambing itu, Abdullah bin Umar menjadi kagum. Sepanjang perjalanan ia mengulang-ulang ucapan, ‘Lalu dimanakah Allah?’
Saudaraku, kaum Muslimin yang dirahmati Allah swt.
Itulah potret muslim yang jujur. Ia sadar bahwa Allah selalu melihat apa yang ia lakukan. Dalam jangka panjang, orang jujur akan mendapatkan kesuksesan. Tidakkah terbayang dalam ingatan kita, bahwa Rasulullah saw, sebelum diangkat menjadi Rasul, sudah terkenal dengan kejujurannya? Jauh sebelum Rasulullah diangkat menjadi Rasul, masyarakat sudah menyebutnya sebagai al-Amin (orang yang dapat dipercaya).
Pada dasarnya kita cinta dengan kebenaran, kebaikan, ketaatan, dan keluhuran. Itulah fitrah kita yang suci. Fitrah itulah yang perlu kita recharge (isi kembali) dalam ibadah puasa, agar kita memiliki energi tambahan untuk mendapatkan kesuksesan dunia dan akhirat.
Semoga Allah swt menerima amal puasa kita dan amal-amal lain yang kita lakukan dalam bulan Ramadhan, sehingga kita termasuk hamba-Nya yang kembali kepada kesucian fitrah kita, yaitu kembali kepada Allah, dan berhasil memenangkan pertarungan melawan hawa nafsu.

Friday, August 5, 2011

Melipatkan Kekuatan

MELIPATKAN KEKUATAN



Maukah Anda memiliki kekuatan 10 kali lipat? Jika Anda memiliki kekuatan 10 kali lipat, maka hasilnya akan 10 kali lipat. Hasil yang Anda dapatkan sekarang adalah hasil pekerjaan Anda dengan kekuatan Anda saat ini. Jika Anda ingin meningkatkan hasilnya, maka tingkatkanlah kekuatan diri Anda. Bagaimana caranya?


Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. (QS.Al Anfaal:65)

Jadi Anda akan memiliki kekuatan 10 kali lipat, jika Anda bekerja dengan sabar. Dalam perang seseorang yang sabar bisa mengalahkan 10 orang tentara musuh. Artinya seorang mukin yang sabar memiliki kekuatan 10 kali lipat dibanding dengan kekuatan yang tidak sabar.

Ini haruslah menjadi inspirasi bagi kita. Bisa jadi selama ini kita sebenarnya menyia-nyiakan kekuatan yang dahsyat di dalam diri kita karena kita tidak sabar. Namun tidak ada kata terlambat selama Allah masih memberikan kesempatan kepada kit, oleh karena itu marilah kita meningkatkan kesabaran kita untuk hidup yang lebih baik.

Bagaimana agar kita bisa bersabar? Bersabar bukan berarti diam menunggu, justru sabar ada pada “kerja” bukan pada diam. Seperti yang yang dikatakan oleh Nabi Ismail as saat akan disembelih oleh Nabi Ibrahim as.,

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). (QS. Ash Shaaffaat:102-103)

Sabar adalah tetap melakukan apa yang harus kita lakukan. Jika kita tetap melakukan apa yang harus kita lakukan, maka kekuatan kita akan berlipat ganda. Kita akan menjadi orang yang super dahsyat!

sumber: dakwatuna.com

Shoum Adalah Sebuah Pembuktian

 SHOUM 
ADALAH SEBUAH PEMBUKTIAN


“Semua amal perbuatan Bani Adam menyangkut dirinya pribadi kecuali shaum. Sesungguhnya shaum itu untukKu, dan karena itu Akulah yang langsung membalasnya.” [HQR Syaikhani, Nasa'I dan Ibnu Hibban bersumber dari Abu Khurairah]

Begitu istimewanya nilai shaum menurut Allah. Mengapa? Shaum adalah bukti nyata sebuah keimanan, sebagai pancaran pada diri Anda bahwa Anda mempercayai Allah dan Anda percaya jika Allah Maha Melihat. Anda tidak bisa membohongi diri sendiri dengan pura-pura shaum karena Allah Maha Mengetahui.
Shaum adalah bukti iman Anda. Shaum adalah bukti kekuatan Anda menahan segala macam godaan syahwat yang sebenarnya halal. Selama shaum Anda tidak boleh makan, padahal makananan yang tersedia di rumah halal. Selama shaum Anda tidak boleh berhubungan dengan istri/suami padahal halal. Itu semua Anda lakukan meskipun tanpa pengawasan manusia. Yang Anda yakini hanyalah pengawasan dari Allah langsung.


Mengapa kekuatan ini tidak kita aplikasikan untuk hal lain? Kita bisa mengaplikasikan kekuatan ini bukan hanya menahan hawa nafsu terhadap hal-hal yang membatalkan shaum saja. Kita juga bisa menahan hawa nafsu kita terhadap kemalasan kita berusaha untuk memperbaiki diri. Hawa nafsu kemalasan untuk berbuat bagi orang lain. Hawa nafsu kemalasan untuk mengejar prestasi yang tinggi.

Masih banyak yang kalah oleh hawa nafsu ingin bersantai-santai saja. Hawa nafsu membuang waktu percuma hanya untuk perbuatan yang kurang bermanfaat. Hawa nafsu hidup dalam kehidupan hedonisme, hanya untuk bersenang-senang saja. Hawa nafsu angan-angan saja tanpa aksi.

Saudaraku, sesungguhnya kita semua memiliki kekuatan luar biasa untuk mengalahkan hawa nafsu itu semua. Itu semua sudah kita bukti pada shaum-shaum yang selalu kita lakukan setiap tahunnya. Semoga keberhasilan kita berpuasa pada bulan yang lalu, kemenangan kita melawan hawa nafsu pada Ramadhan yang lalu selalu menjadi inspirasi  hidup kita selanjutnya.

Shaum adalah pembuktian diri bahwa kita bisa taat jika kita mau. Kita terbiasa menahan lapar seharian. Kita biasa tilawah yang banyak, kita biasa shalat malam, dan terbiasa mengerjakan berbagai amal kebaikan lainnya. Semoga kita, Anda dan juga saya, bisa menjaga konsitensi ini untuk 11 bulan lainnya juga.

Shaum juga sebuah pembuktian diri bahwa kita sanggup untuk disiplin. Sanggup untuk menderita diawal demi mencapai kemenangan. Rasa sosial kita menjadi lebih tinggi sehingga kita memiliki motivasi lebih besar untuk memberikan kontribusi kepada sesama. Kontribusi kepada sesama adalah salah stu motivasi terbesar dan tidak pernah habis terutama jika diniatkan karena Allah semata.
Kita terbukti mampu.

Ramadhan Momentum Perubahan

 RAMADHAN 
MOMENTUM PERUBAHAN

Jendela Keluarga; Anda bisa berubah ke arah yang lebih baik! Sebab, sudah terbukti Anda bisa. Inilah, bulan suci Ramadhan yang merupakan momentum kita untuk melakukan perubahan. Lihatlah, seberapa banyak perubahan yang bisa Anda lakukan pada bulan Ramadhan dibanding bulan-bulan lainnya. Anda bisa shalat malam setiap malam. Anda biasa puasa setiap hari. Infaq yang lebih banyak. Tilawah lebih rajin. Dan berbagai ibadah lainnya.


Ada dua hal penting yang kita dapatkan dari Ramadhan selain bonus-bonus luar biasa dari Allah berupa pahala yang berlipat ganda, yaitu momentum dan pembuktian. Keduanya sangat penting untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Momentum membuat kita mudah bergerak dan terus bergerak.

Selama kita menjaga momentum maka kita akan terus bergerak menuju perbaikan. Begitu juga, dari segi mindset, kita sudah memiliki mindset sukses dengan pembuktian bahwa kita bisa melakukan hal-hal yang pada hari-hari biasa dianggap berat. Ramadhan adalah momentum perubahan menuju manusia dengan derajat taqwa. Ini sudah pasti jika kita menyambut Ramadhan dan menjalankan ibadahnya dengan sungguh-sungguh.

Namun bukan hanya kesuksesan akhirat yang bisa kita raih dengan momentum Ramadhan, tetapi keberhasilan di dunia pun bisa kita raih. Kita sudah memiliki mindset sukses yang bisa terus kita pertahankan untuk kehidupan kita baik urusan dunia dan akhirat. Mindset sukses yang sering kali tidak disadari oleh kita setelah lebaran ialah kemampuan kita untuk berbuat lebih baik daripada yang biasa kita lakukan.

Aplikasinya dalam kehidupan kita sehari-hari ialah bahwa kita bisa melakukan tindakan yang lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Anda bisa bertindak lebih dalam dunia kerja. Anda bisa berbuat lebih dalam bisnis. Anda bisa berbuat lebih dalam dakwah. Sehingga kita menjadi manusia yang selalu lebih baik dari hari ke hari, sementara inilah salah satu kunci sukses. Marilah kita bersyukur bahwa kita masih diberikan kesempatan untuk mengecap Ramadhan tahun ini.

Mari kita manfaatkan dengan sebaik mungkin untuk bertindak dan beribadah lebih baik dari hari-hari sebelumnya dan momentum ini tetap kita jaga pada 11 bulan lainnya. Semoga, mudah-mudahan kita menjadi salah satu yang mendapatkan keberkahan Ramadhan ini. Amin.

sumber; dakwatuna.com

Tahukah Anda Apa Rayap itu?

Anda tahu rayap?


Anda tahu rayap?
Rayap adalah binatang kecil yang biasa memakan kayu. Rayap dikenal sebagai hama yang bisa merusak rumah kita, setidaknya bahan rumah kita yang terbuat dari kayu. Kekuatan rayap sungguh luar biasa, sebuah bangunan besar bisa hancur oleh binatang kecil ini. Namun bukan hanya ini saja kekuatannya. Selain memiliki kekuatan merusak, rayap pun memiliki kekuatan membangun.


Rayap memiliki kekuatan membangun sarangnya lengkap dengan sistem Air Conditioning-nya plus tata ruang yang apik dengan ketinggian sampai 9 meter. Ini adalah suatu pencapaian luar biasa sebab tubuh rayap sendiri hanya memiliki tinggi sekitar 3 mm saja. Artinya rayap mampu membangun tempat tinggalnya sampai 3.000 kali tinggi badannya.

Sementara manusia, dengan berbagai peralatan dan bahan-bahan yang canggih, sampai sekarang belum mampu membangun bangunan dengan ketinggian sampai 1.000 kali tinggi badannya. Sampai saat ini bangunan tertinggi yang sudah dibuat manusia baru sampai ketinggian sekitar 1.000 meter saja.
Bagaimana rayap bisa membangun tempat tinggalnya begitu tinggi? Ada dua hikmah yang bisa kita dapatkan dari rayap:

  1. Mereka bekerja sama dalam membangun sarangnya. Tubuh kecil dan lemah bisa diatasi dengan cara bekerja sama. Bekerja sama membuat mereka memiliki kekuatan yang dahsyat baik dalam menghancurkan maupun membangun.
  2. Mereka bekerja dengan mengikuti insting, yang merupakan fitrah yang diberikan Allah kepada makhluq ini. Mereka tidak punya ilmu arsitektur. Mereka tidak memiliki ilmu dengan pengkondisian udara dan tata ruang. Mereka tidak pernah kuliah cara mengawetkan makanan. Mereka mampu, karena mereka hidup dalam fitrahnya.
Manusia yang seharusnya memiliki kemampuan yang jauh lebih dahsyat bisa kehilangan kemampuan itu karena disebabkan oleh dua hal.

Yang pertama, jika seseorang sudah tidak mau lagi bekerja sama sesama dengan saudaranya. Kesombongan dan keangkuhan mereka menghalangi untuk bekerja sama sehingga hasil yang diperoleh tidak optimal. “Saya bisa, saya hebat, dan saya mampu. Buat apa bekerja sama?” Orang yang berkata seperti ini adalah mereka yang kehilangan banyak potensi keberhasilan dalam hidupnya.

Hikmah kedua, banyak manusia yang sudah jauh dari fitrahnya. Mereka hidup dengan cara sendiri. Cara yang diproduksi oleh akalnya sendiri yang sungguh lemah dan banyak kekurangannya. Padahal kita sudah punya cara hidup yang sesuai dengan fitrah manusia karena cara hidup ini dibuat oleh Pencipta kita. Cara hidup itu adalah Al Quran dan Hadits Nabi saw.

Mudah-mudahan, melalui gemblengan bulan Ramadhan ini, kita semua kembali ke fitrah kita (idul fitri) serta memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dengan demikian kita bisa mengembalikan potensi kita yang sebenarnya, baik untuk meraih sukses dunia maupun akhirat. Amin

Sunday, July 31, 2011

Tilawah Jalan Menuju Syurga

Kalau Kamu .....

Oleh : Cahyadi Takariawan


Kalau kamu lelah, cobalah tilawah.
Kalau kamu resah, segeralah tilawah.
Kalau kamu gelisah, hilangkan dengan tilawah.
Kalau kamu susah, mulailah tilawah.
Kalau kamu gundah, jangan lupa tilawah.
Kalau badanmu lemah, kuatkan dengan tilawah.
Kalau imanmu tergugah, lakukan tilawah.
Kalau jiwamu gerah, perbanyak tilawah.
Kalau matamu basah, segera tilawah.
Kalau pikiranmu cerah, cepatlah tilawah.
Kalau hatimu patah, teruslah tilawah.
Kalau kamu marah, redakan dengan tilawah.
Kalau kamu merasa gagah, jangan lupakan tilawah.
Kalau kamu kalah, harus banyak tilawah.
Kalau kamu tidak mau kalah, harus makin banyak tilawah.
Kalau kamu tabah, seringlah tilawah.
Kalau tanganmu tengadah, mulailah tilawah.
Kalau kakimu melangkah, lantunkan tilawah.
Kalau hatimu berseri bak bunga merekah, seringlah tilawah.
Kalau perasaanmu begitu indah, segeralah tilawah.
Kalau ingin keluarga sakinah, ajak mereka tilawah.
Kalau ingin anak-anak salih dan salihah, ajari tilawah.
Kalau ingin rejeki melimpah, rajinlah tilawah.
Kalau ingin hidup penuh berkah, rutinkan tilawah.
Kalau ingin mengunjungi Ka’bah, lantunkan tilawah.
Kalau anganmu tengah membuncah, perbanyak tilawah.
Kalau kamu malas tilawah, paksalah untuk tilawah.
Kalau kamu rajin tilawah, lanjutkan terus tilawah.
Kalau kamu tilawah, itulah jalan menuju jannah.

****

TARGET RAMADHAN

TARGET RAMADHAN 1432 H

1. Tilawah : 2 x Khatam Al Quran 30 Juz
2. Qiyamullail setiap malam
3. Sholat Dhuha setiap hari min 4 rekaat
4. Sholat 5 Waktu berjamaah
6. Infaq / sedekah/ berbagi makanan untuk berbuka
7. ........ dll

AhlanWaSahlan Yaa Ramadan..

Hentakkan Jiwamu..!!



Oleh: Abdullah Haidir, Lc*
Ketua Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) DPW PKS Arab Saudi

Kadang, ada saatnya dalam hidup ini, kita tidak lagi membutuhkan cara-cara gradual untuk meraih kebaikan, atau menghindar dari keburukan. Karena, perbedaan yang tipis antara menempuh cara gradual untuk melakukan perbaikan, dengan tabaathu' (keengganan), takaasul (kemalasan) dan taswiif (menunda-nunda), sering menjadi celah bagi setan untuk menghalangi seseorang dari langkah-langkah kebaikan dengan alasan bertahap dalam melakukannya.

Ya, ada saatnya kita membutuhkan hentakan jiwa untuk keluar dari perangkap setan yang menghalangi kita untuk mengambil langkah tegas, cepat dan tepat dalam melakukan kebaikan. Karena, sedikit saja kita tunda langkah tersebut dengan berbagai alibi, disanalah setan masuk, mengulur-ngulur waktu lebih lama sambil memberi janji-janji manis penuh pesona, lalu menggiring pada kesesatan yang nyata.

Ketika azan telah berkumandang, sementara kita masih tertidur lelap serasa malam masih panjang, atau tenggelam dalam kesibukan kerja bak pejuang, saat itu kita perlu hentakan untuk menggerakkan jiwa menyambut panggilan Tuhan, menghadap-Nya dengan jiwa yang tenang.

Ketika jadwal pengajian sudah tiba gilirannya, sementara kita sedang asyik bercengkrama dengan keluarga, bercanda dengan kolega, menyalurkan hobi yang disuka, menghadiri undangan tetangga, atau asyik berselancar di dunia maya, saat itu kita perlu hentakan untuk menggerakan hati, memenuhi agenda jiwa, menunaikan janji membina diri menuju takwa.

Ketika batang demi batang rokok tidak juga dapat kita tinggalkan, janji untuk menghentikannya sudah berkali-kali dinyatakan, berbagai terapi sudah dipraktekkan, saat itu kita butuh hentakan jiwa, tinggalkan total hingga tak tersisa dan hapuskan rokok dari ingatan saat itu juga.

Ketika bayang-bayang 'si Dia' begitu menggoda, senyumannya selalu terbayang di pelupuk mata, ucapannya indah terdengar bagaikan kata-kata mutiara, bayang-bayangnya selalu hadir saat bekerja, beribadah dan dimana saja, berpindah-pindah antara satu 'zina' ke 'zina' berikutnya….. Saat itu, perlu hentakan jiwa. Hapuskan 'file' tentang 'si Dia' dalam pikiran dan perangkat lainnya, atau…. segera menikah, agar ekspresi cinta tersalurkan dengan halal dan penuh mesra.


Dahulu, kala perang Mu'tah yang sangat heroik, ketika satu demi satu panglima perang kaum muslimin gugur, timbul sedikit kegentaran pada diri Abdullah bin Rawahah, sahabat mulia yang dikenal ahli sastra. Namun dia tidak ingin terpenjara oleh jebakan setan durjana. Segera dia hentakan jiwanya untuk turun ke arena, seraya bersenandung penuh makna….

Aqsamtu billahi ya nafsu latanzilinnah…….
Latanzilinnah aw latukrahinnah….
Wa qad ajlabannasu wasysyaddu rannah
Maalii araaki takrahiinal jannah…

Aku bersumpah! wahai jiwa, engkau harus turun perang.
Engkau harus turun, atau kalau tidak, engkau akan dipaksa.
Orang-orang sudah turun, perang sengit bergemerincing…
Mengapa ku lihat engkau tidak menyukai surga….?

Tak lama kemudian, Abdullah bin Rawahah sudah termasuk barisan syuhada…..

Ramadan adalah kesempatan emas untuk melakukan berbagai hentakan jiwa menuju takwa, meraih pahala, menanggalkan dosa, berharap mendapatkan kucuran rahmat, ampunan dan surga…… Kalau tidak sekarang, kapan lagi?





Riyadh, di ambang Ramadan 1432 H

Friday, July 22, 2011

Foto-Foto Q

FOTO-FOTO Q

Aris Nurkholis, S.Pd.Si
(Foto waktu kuliah S1 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Foto Musywil IHAMAFI
(Foto ini ketika acara musyawarah wilayah Ikatan Himpunan Mahasiswa Fisika Indonesia
di Fakultas MIPA UNS Surakarta tahun 2008) 

(Dari Kiri-kanan: Saya, Akh fatur, Akh Agus dan Akh Endra)
(Pas ngisi acara Outbond temen-temen BEM KUI di Pantai Depok)

Wednesday, July 20, 2011

Agenda Rutin

AGENDA RUTIN


Senin:
Jam: 07.00-15.00  : Mengajar di SD JUARA YOGYAKARTA

Selasa
Jam: 07.00-15.00  : Mengajar di SD JUARA YOGYAKARTA
Jam: 16.00-17.30  : TPA
Jam: 19.30-22.00  : DUGEM (Duduk Gembira Melingkar)

Rabu:
Jam: 07.00-15.00  : Mengajar di SD JUARA YOGYAKARTA

Kamis
Jam: 07.00-15.00  : Mengajar di SD JUARA YOGYAKARTA
Jam: 16.00-18.00  : DUGEM (Duduk Gembira Melingkar)
Jam: 19.30-22.30  : DUGEM (Duduk Gembira Melingkar)

Jumat
Jam: 07.00-15.00  : Mengajar di SD JUARA YOGYAKARTA
Jam: 08.00-18.00  : Kuliah

Sabtu
Jam: 08.00-15.00  : Kuliah

Ahad
- Bersih-bersih tempat tinggal (masjid, kamar)
- Nyuci ...... (^_^)
- Setrika pakaian
- De El-El

Photo Kegiatan SD Juara Yogyakarta

FOTO-FOTO SD JUARA YOGYAKARTA

Pawai tarhib ramadhan


Kunjungan ke Batik Sogan Sejodani

Kegiatan pembelajaran mengamati ekosistem taman  



Aksi penggalangan dana untuk somalia

PMT Cita sehat foundation



Fieldtrip ke kebun binatang gemira loka


Profil Q

BIODATA DIRI


Nama lengkap : Aris Nurkholis, S.Pd.Si. M.Pd.
T-T-L             : Sukamaju (Way Kanan), 17 Juni 1988
Agama            : Islam
Gol. Darah     : O
Status             : Menikah
Istri                : Ratih Kusuma Wardani
Anak              : 1 (M. Hafidz Nashihuddin)
Pendidikan     : S2 Pendidikan Sains UNS Surakarta
Anak ke-       : 3 dari 5 bersaudara
Alamat Jogja  : Jl. Gondosuli No. 20 Baciro Yogyakarta
Email              : arisnurkholis@yahoo.com , arisnurkholis06@gmail.com
Telp/Hp         : 085228103xxx

Riwayat Pendidikan:
  1. SDN 2 Sukamaju, Bahuga, Way Kanan, Lampung 1994-2000
  2. SLTPN 2 Bahuga, Way Kanan, Lampung 2000-2003
  3. SMAN 1 Jogorogo, Ngawi Jawa Timur 2003-2006
  4. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prodi Pendidikan Fisika 2006-2010
  5. Universitas Sebelas Maret, Pascasarjana Program Pendidikan Sains
Riwayat Organisasi
  1. Ketua Umum ROHIS SMAN 1 Jogorogo, 2004/2005
  2. Wakil Ketua Majalah Sekolah SMAN 1 Jogorogo, 2004/2005
  3. Pengurus KARISMA (Keluarga Alumni Rohis Al Amal SMAN 1 Jogorogo), 2006-2007
  4. Staf Pengajar TPA/TPQ Mushola Al Manar Baciro Yogyakarta, 2006-2010
  5. Ketua Umum HIMA Fisika UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007-2008
  6. Sekretaris Takmir Mushola Al Manar Baciro Yogyakarta, 2008-2010
  7. Koord. Wilayah DI. Yogyakarta IHAMAFI (Ikatan Himpunan Mahasiwa Fisika Indonesia), 2007-2009
  8. Pengurus PPK (Program Pendampingan Keagamaan) Fak. Sains & Teknologi - UIN Sunan Kalijaga, 2007-2009
  9. Presiden Partai PAS UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009/2010
  10. Ketua Keluarga Muslim Cendekia (KMC) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010/2011
Riwayat Lain-lain

  1. Pemakalah pada acara: Simposium Nasional Fisika, Musyawarah Nasional (MUNAS ke- IX) IHAMAFI di UIN Maliki Malang, 2007
  2. Panitia Olimpiade Fisika Fakultas Sains & Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008
  3. Tim Perancang dan Pengawas Dana DPP Fak. Sains & Teknologi UIN Sunan Kalijaga, 2007-2009
  4. Mahasiswa Pendamping (MP) /Mentor Asistensi Agama Islam "PPK (Program Pendampingan Keagamaan)" Fak. Sains & Teknologi - UIN Sunan Kalijaga, 2007-2009
  5. Tim Pemenangan Pemilihan Umum Mahasiswa (Pemilwa) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009
  6. Santri Karya Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid (DPU DT) Cabang DI. Yogyakarta, 2009
  7. Asisten Praktikum Fisika Dasar Laboratorium Terpadu UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010
Aktivitas Sekarang:
  1. "T" dan "D"
  2. Mengajar di SD Juara Yogyakarta
  3. Belajar di Kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta

Friday, June 24, 2011

Tsabat Memenangkan Dakwah

Tsabat Memenangkan Dakwah

Assalamualaikum ikhwah dan akhawat sekalian,

‘Tsabat’ bermakna teguh pendirian dan tegar dalam menghadapi ujian serta mehnah di jalan kebenaran.
Ia merupakan benteng bagi seorang aktivis dakwah sehingga ia memiliki daya tahan dan pantang menyerah terhadap berbagai perkara yang merintanginya sehingga ia mendapatkan cita-citanya atau mati dalam keadaan mulia kerana tetap konsisten di jalanNya.

Dalam ‘Majmu’atur Rasaail’, Imam Hasan Al Banna menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan ‘tsabat’ adalah orang yang sentiasa bekerja dan berjuang di jalan dakwah yang amat panjang sehingga ia kembali kepada Allah swt dengan kemenangan, samada kemenangan di dunia ataupun mati syahid.

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah swt. maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada pula yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah janjinya”. (QS Al Ahzab : 23)

Sesungguhnya jalan dakwah yang kita lalui ini adalah jalan yang bukan mudah bahkan ianya adalah jalan yang :
Jauh.
Panjang.
Penuh liku.
Ditaburi dengan halangan dan rintangan, rayuan dan godaan.
Oleh kerana itu dakwah ini sangat memerlukan orang-orang yang memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat yang tinggi nilainya iaitu orang-orang yang :
Berjiwa ikhlas.
Profesional dalam bekerja.
Berjuang dan beramal.
Tahan akan berbagai tekanan.
sehingga dengan modal itu mereka akan sampai pada harapan dan cita-citanya.

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang memerlukan pertolongan dan orang-orang yang meminta-minta dan memerdekakan hamba sahaya, mendirikan solat dan menunaikan zakat dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji dan orang-orang yang bersabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. (QS Al Baqarah : 177)

Di samping itu, dakwah ini juga sentiasa menghadapi musuh-musuhnya di setiap masa dan zaman sesuai dengan keadaannya masing-masing. Tentulah musuh-musuh ini sangat tidak menginginkan dakwah ini tumbuh dan berkembang sehingga mereka berusaha untuk memangkas pertumbuhan dakwah atau mematikannya kerana dengan tumbuhnya dakwah, ianya akan bertentangan dengan kepentingan hidup mereka.

Oleh kerana itu, dakwah ini memerlukan pemikulnya yang berjiwa teguh menghadapi perjalanan yang panjang dan penuh liku-liku serta musuh-musuhnya. Merekalah orang-orang yang mempunyai ketahanan daya juang yang kukuh.

Kita boleh melihat keteguhan Rasulullah saw ketika baginda mendapatkan tawaran yang menggiurkan untuk meninggalkan dakwah Islam tentunya dengan imbalan kekuasaan, kekayaan atau wanita namun dengan tegar beliau bersifat tegas dan berkata dengan ungkapan penuh keyakinannya kepada Allah swt :

‘Demi Allah, wahai bapa saudaraku, seandainya mereka boleh meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan dakwah ini. Niscaya tidak akan aku tinggalkan urusan ini sehingga Allah swt memenangkan dakwah ini atau aku binasa kerananya’.

Demikian juga para sahabatnya ketika menghadapi ujian dan cubaan dakwah, mereka tidak pernah berkurang sedikit pun langkah dan jiwanya malah semakin mantap komitmen mereka pada jalan Islam ini.
Ka’ab bin Malik pernah ditawarkan oleh Raja Ghassan untuk menetap di wilayahnya dan mendapatkan kedudukan yang menggiurkan. Tapi semua itu ditolaknya kerana perkara itu justeru akan menimbulkan mudharat yang jauh lebih besar lagi.

Kita dapat juga saksikan peristiwa yang menimpa umat Islam pada masa Khalifah Al Mu’tashim Billah tentang fitnah dan ujian ‘Khalqul Qur’an’. Imam Ahmad bin Hanbal sangat tegar menghadapi ujian tersebut dengan tegas ia menyatakan bahwa Al Qur’an adalah kalamullah, BUKAN makhluk sebagaimana yang didoktrin oleh Khalifah. Dengan tuduhan sesat dan menyesatkan kaum muslimin, Imam Ahmad bin Hanbal menerima penjara dan hukuman rotan. Dengan keteguhan beliaulah, kaum muslimin dapat diselamatkan aqidah mereka dari kesesatan.

Begitu pula kita merasakan ketegaran Imam Hasan Al Banna dalam menghadapi tribulasi dakwahnya. Ia terus bersabar dan bertahan. Meskipun akhirnya ia pun menemui Rabbnya dengan tembakan senjata api.

Tidak lupa juga dengan Sayyid Qutb yang menerima hukuman mati dengan jiwa yang lapang lantaran aqidah dan menguatkan sikapnya berhadapan dengan tiang gantung. Beliau dengan yakin menyatakan kepada saudara perempuannya :

‘Duhai saudaraku, semoga kita boleh berjumpa di depan pintu syurga kelak’.

Namun dalam masa yang sama, tidak sedikit aktivis dakwah yang kendur daya tahannya.
Ada yang berguguran kerana tekanan material dan tergoda oleh rayuan harta benda. Setelah mendapatkan kenderaan mewah, rumah megah dan sejumlah wang yang dimasukkan ke dalam akaunnya ia membuatkan semangat dakwahnya luntur. Bahkan ia akhirnya sangat haus dan rakus pada harta benda duniawi yang fana itu.

Ada pula yang menurun daya juangnya kerana tekanan keluarga. Keluarganya menghendaki sikap hidup yang berbeza dengan nilai dakwah. Keluarganya ingin ia kekal sebagai keluarga kebanyakan masyarakat yang sekular dengan gaya dan ‘style’ nya, sikap dan perilakunya sehingga ia pun mengikuti selera keluarganya.

Ada juga yang tidak tahan kerana tekanan politik yang sangat keras di mana ancaman, kekerasan, hukuman dan penjara sentiasa menghantui dirinya sehingga ia tidak tahan di mana akhirnya ia pun meninggalkan jalan dakwah ini.
Oleh kerana itu, ‘tsabat’ mesti berlandaskan sikap istiqamah pada petunjuk Allah swt. Ia mestilah berpegang teguh pada :
Ketaqwaan.
Kebenaran hakiki.
serta tidak mudah dipujuk oleh bisikan nafsu dirinya sehingga dirinya kukuh untuk memegang janji dan komitmen pada nilai-nilai kesucian.

Ia tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk menyimpang lalu mengikuti kecenderungan yang hina dan tipu muslihat syaitan yang durjana. Sikap ini mesti terus diperkemaskan dengan ‘taujihat’ dan ‘tarbawiyah’ sehingga tetap bersemayam dalam sanubari yang paling dalam. Dengan bekalan itu seorang aktivis dakwah dapat bertahan untuk berada di jalan dakwah ini.

Melalui sikap teguh ini :
Perjalanan panjang akan menjadi pendek.
Perjalanan yang penuh onak dan duri tidak menjadi hambatan untuk meneruskan langkah-langkah panjangnya.
Bahkan ia dapat melihat kepentingan sikap ‘tsabat’ dalam dakwah.
Adapun kepentingan ‘tsabat’ dalam memikul amanah dakwah ini di antaranya :

PERTAMA : BUKTI JALAN HIDUP YANG BENAR

Jalan hidup ini sangat berbagai bentuk :
Ada jalan yang baik ada pula yang buruk.
Ada yang menyenangkan ada pula yang menyusahkan.
Sikap ‘tsabat’ menjadi bukti siapa yang benar jalan hidupnya. Mereka berani menghadapi jalan hidup bagaimana keadaan sekalipun selama jalan itu menghantarkan pada kemuliaan meskipun perlu merasakan kepahitan atau kesusahan.

Sikap ‘tsabat’ ini melahirkan keberanian menghadapi realiti hidup. Ia pantang menyesali keadaan dirinya apalagi menyalahkan keadaan. Ia tidak serik atau berputus asa kerana berbagai persoalan yang mengelilinginya.

Malah ia mampu mengendalikan permasalahan dan menemui harapan besar untuk ia raih. Amatlah munasabah perintah Allah swt pada orang yang beriman tatkala menghadapi musuh agar menguatkan jiwa yang tegar dan konsisten pada keyakinannya.

“Wahai orang-orang yang beriman apabila kamu menghadapi satu pasukan maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah nama Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung”. (QS Al Anfal : 45).

Oleh yang demikian, mereka yang ‘tsabat’ di atas jalan dakwah ini menjadi pilihan hidupnya lantaran ia tahu dan berani menerima kenyataan yang memang perlu ia alami serta muncullah sikap kesatria yang gagah berani meniti jalan hidupnya bersama dakwah ini.

Seorang pujangga yang masyhur, Al Bukhturi dalam baris syairnya ia mengungkapkan bahwa jiwa yang berani hidup dengan menghadapi risiko apapun dan tetap teguh berdiri di atas tapak kakinya adalah ‘nafsun tudhi’u wa himmatun tatawaqqadu’, (jiwa yang menerangi dan cita-cita yang menyala-nyala’) kerana jiwa yang seperti ini menjadi bukti bahwa ia benar dalam mengharungi bahtera hidupnya.

KEDUA : CERMIN KEPERIBADIAN SESEORANG

Sikap ‘tsabat’ membuatkan pemiliknya menjadi tenang di mana ketenangan hati menimbulkan kepercayaan. Kepercayaan menjadi modal utama dalam berinteraksi dengan banyak kalangan. Oleh kerana itu, sikap ‘tsabat’ menjadi cermin keperibadian seorang muslim dan cermin itu berada pada bagaimana sikap dan jiwa seorang mukmin dalam menjalani arah hidupnya dan bagaimana ia menyelesaikan masalah-masalahnya.

Semua orang sangat memerlukan cermin untuk memperbaiki dirinya. Dari cermin, kita dapat mengarahkan sikap salah kepada sikap yang benar. Cermin amat membantu untuk mempermudahkan bagi menemui kelemahan diri sehingga dengan cepat mudah diperbaiki.

Amatlah beruntung bagi diri kita kerana masih ramai orang yang menjual ‘cermin’ agar kita semakin mudah untuk memperbaiki diri. Oleh kerana itulah, Rasulullah saw meletakkan peranan seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya.

Begitu pula, seorang ulama’, memberi hadiah kepada sahabatnya yang diberi amanah kepimpinan sebuah ‘cermin antik’ yang besar. Rupa-rupanya hadiah itu membuatkan sahabatnya itu menangis dan menginsafi diri lalu memahami betul bahwa hadiah ‘cermin antik’ tersebut bukanlah untuk hiasan rumahnya melainkan sebagai usaha nasihat.

Nasihat yang tulus dari ulama’ yang soleh untuk mengingatkan sahabatnya agar dapat memperbaiki diri dalam memikul amanah kepimpinannya.

Begitu juga, sikap ‘tsabat’ adalah cermin bagi setiap mukmin kerana ‘tsabat’ mampu menjadi mesin penggerak jiwa-jiwa yang rapuh di mana ia dapat mengukuhkannya. Tidak sedikit orang yang jiwanya telah mati hidup kembali lantaran mendapatkan tenaga dari sikap ‘tsabat’ seseorang. Ia bagaikan inspirasi yang mengalirkan udara segar terhadap jiwa yang bingung menghadapi segala kepahitan.

Seorang ulama’ mengingatkan kita :

‘Berapa ramai orang yang jiwanya mati menjadi hidup dan jiwa yang hidup menjadi layu disebabkan keadaan daya tahan yang dimiliki oleh seseorang’.

Maka, di sinilah fungsi dan peranan ‘tsabat’ yang cukup penting.

KETIGA : USAHA UNTUK MENUJU KEMENANGAN DAN KEJAYAAN

Setiap kemenangan dan kejayaan memerlukan sikap ‘tsabat’ dan istiqamah dalam mengharungi aneka ragam bentuk kehidupan. Sudah tentu tidak akan ada kemenangan dan kejayaan secara percuma. Ia hanya akan dapat dicapai apabila kita memiliki pra-syaratnya iaitu sikap tetap istiqamah menjalani kehidupan ini.

Seorang murabbi mengingatkan mutarabbinya dengan mengatakan :

‘Peliharalah keteguhan hatimu, kerana ia bentengmu yang sesungguhnya. Barang siapa yang memperkukuhkan bentengnya niscaya ia tidak akan goyah oleh badai walau sekencang manapun dan ini menjadi pengamanmu’.

Begitulah nasihat ramai ulama’ kita yang mengingatkan agar kita berusaha secara maksima bagi mengukuhkan kekuatan hati dan keteguhan jiwa agar mendapatkan cita-cita kita.

Begitu juga jika kita meneliti terhadap jalan dakwah. Kegemilangan jalan suci ini hanya dapat diraih dari sikap konsisten terhadap prinsip dakwah ini yang tidak mudah berubah kerana tarikan-tarikan kepentingan yang mengarah pada kecenderungan duniawi.

Tanpa sikap ‘tsabat’, seseorang aktivis dakwah itu akan terseret pada putaran kehancuran dan kerugian dunia dan akhirat.

“Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu agar kamu membuat yang lain secara bohong terhadap Kami. Dan kalau sudah begitu tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat hatimu niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka. Kalau terjadi demikian benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu siksaan berlipat ganda di dunia ini dan begitu pula siksaan berlipat pula sesudah mati dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami”. (QS Al Isra’ : 73 – 75)

Sikap ini menjadi daya tahan terhadap gegaran apapun dan dari sanalah ia mencapai kejayaannya sebagaimana yang diingatkan oelh Rasulullah saw kepada Khabbab bin Al ‘Arats agar tetap bersabar dan berjiwa tegar menghadapi ujian dakwah ini bukan dengan sikap yang tergesa-gesa apalagi dengan sikap yang menginginkan jalan dakwah ini tanpa sebarang halangan dan rintangan.

KEEMPAT : JALAN UNTUK MENCAPAI SASARAN

Untuk mencapai sasaran hidup yang dikehendaki, tidak ada jalan lain kecuali dengan bermodalkan ‘tsabat’. Teguh meniti jalan yang sedang dilaluinya, meskipun perlahan-lahan.

Tidak tertarik untuk melencong sedikit pun atau sesekali melainkan mereka lakukan terus-menerus meniti jalannya dengan sikap tetap istiqamah.

Bahkan dalam dunia penglipur lara dikisahkan kura-kura mampu mengalahkan kancil untuk mencapai suatu tempat. Kura-kura meskipun berjalan perlahan-lahan namun akhirnya mampu menghantarkan dirinya pada tempat yang dituju.
Ibnu ‘Athaillah As Sakandary menasihatkan muridnya untuk sentiasa tekun dalam beramal agar meraih harapannya dan tidak cepat merasa letih atau putus asa untuk mendapatkan hasilnya.

‘Barang siapa yang menggali telaga lalu berpindah pada tempat yang lain untuk menggali lagi dan seterusnya berpindah lagi maka selamanya ia tidak akan menemui air dari lubang yang ia gali. Tapi bila kamu telah menggali lubang, galilah terus hingga kamu dapatkan air darinya meskipun amat meletihkan’. (Disunting dari ‘Kitab Tajul ‘Arus’)

Oleh yang demikian, ketekunan dan kesabaran menjadi alat bantu untuk mencapai cita-cita dan harapan yang dikehendakinya dan kedua-dua sifat itu adalah merupakan pancaran sikap ‘tsabat’ seseorang.

‘Tsabat’ meliputi beberapa aspek :
Pertama : Teguh terhadap agama Allah swt.

Keteguhan pada masalah ini dengan tidak menanggalkan agama ini dari dirinya walaupun kematian menjadi ancamannya. Ini sebagaimana wasiat yang sentiasa dikumandangkan oleh Khatib Juma’at agar sentiasa menjaga keimanan dan ketaqwaan sehingga mati dalam keadaan muslim.

Ini juga yang menjadi wasiat para Nabi kepada keturunannya.

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya. Demikian pula Ya’qub. ‘Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu. Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (QS Al Baqarah : 132)

Wasiat ini untuk menjadi amaran kepada pada kaum muslimin agar tetap memelihara imannya. Jangan mudah tergiur oleh kesenangan dunia lalu :
Mengganti keyakinannya dengan yang lain.
Menjual agamanya dengan harga yang murah.
Menukar prinsip hidupnya dengan tarikan dunia.
Mengganti aqidahnya dengan secebis kariernya.
Kedua : Tetap komited pada agama Allah swt.

Ini berlaku samada dalam ketaatan mahupun ketika menerima kenyataan hidup. Ia tidak mengeluh atas apa yang menimpa dirinya malah tetap tegar menghadapinya. Bangunan komitmennya tidak pernah pudar oleh kenyataan pahit yang dirasakannya. Keluhan dan penyesalan bukanlah sebuah penyelesaiaan malah akan menambah bebanan hidup.

Oleh kerana itu, keteguhan dan kesabaran menjadi modal untuk menghadapi seluruh permasalahannya.
Mereka yang menjaga komitmennya pada ajaran Allah sentiasa memandang bahwa apa sahaja yang diberikanNya adalah sesuatu yang baik bagi dirinya.

Persepsi ini tidak akan membuatkan ia goyah menghadapi pengalaman sepahit atau segetir manapun malah berkemungkinan ia mampu merubahnya menjadi suatu kenangan manis yang patut diabadikan dalam kumpulan album kehidupannya kerana segala pengalaman pahit itu, apabila mampu diatasi dengan sikap tegar maka ia akan menjadi bahan nostalgia yang amat mahal.

Ketiga : Teguh pada prinsip dakwah.

Ia menjadikan prinsip-prinsip dakwah itu sebagai petunjuk-petunjuk jalan dalam memberikan khidmatnya kepada tugas yang agung ini serta mengutamakan dakwah di atas aktiviti lainnya sehingga mampu memberikan sumbangannya di atas jalan ini tanpa kenal erti penat lelah.

Ia sentiasa terkehadapan dalam usaha pembelaan terhadap dakwah walaupun harus menderita kerana sikapnya. Ketenangan dan kegusaran hatinya sentiasa dikaitkan dengan nasib dakwah. Ia tidak akan merasa nyaman apabila dakwah berada dalam ancaman.

Oleh kerana itu, ia berusaha untuk sentiasa berdisiplin pada prinsip dakwah ini kerana ia faham bahwa berubahnya ia dari prinsip ini akan memberi akibat yang merbahaya bagi dakwah dan masa depan umat. Perhatikanlah peristiwa Uhud, Bir Ma’unah dan lainnya di mana peristiwa yang amat memilukan dalam sejarah dakwah tersebut di antaranya disebabkan oleh kurangnya disiplin aktivis dakwah pada prinsip dan petunjuk dakwah.

KELIMA : HARGA DIRI SEORANG AKTIVIS DAKWAH

Ketika ini kita memasuki era di mana halangan dan peluang sama-sama terbuka. Kita mungkin binasa lantaran tidak tahan menghadapi tentangan atau mungkin berjaya kerana mampu membuka pintu peluang seluas-luasnya.

Oleh kerana itu kita dituntut untuk bersikap ‘tsabat’ dalam keadaan dan situasi apapun samada senang atau susah, sempit ataupun lapang. Tidak pernah tergoda oleh bisikan-bisikan kemewahan dan gemerlapan dunia lalu tertarik padanya dan lari dari jalan dakwah.

‘Tsabat’ tidak mengenal waktu dan tempat, di mana dan bila sekalipun. Kita tetap mesti menjunjung misi dan visi dakwah kita yang suci ini untuk menyelamatkan umat manusia dari kehinaan dan kemudaratan. Dengan jiwa ‘tsabat’ inilah aktivis dakwah memiliki harga diri pada pandangan Allah swt mahupun di mata musuh-musuhnya. Melalui sikap ini seorang aktivis dakwah lebih istimewa daripada kebanyakan orang lain dan ia menjadi citra yang tidak ternilai harganya.

Imam Hasan Al Banna menegaskan :

‘Janganlah kamu merasa rendah diri, lalu kamu samakan dirimu dengan orang lain. Atau kamu tempuh dalam dakwah ini jalan yang bukan jalan kaum mukminin. Atau kamu bandingkan dakwahmu yang cahayanya diambil dari cahaya Allah dan manhajnya diserap dari sunnah RasulNya dengan dakwah-dakwah lainnya yang terbentuk oleh berbagai kepentingan lalu hilang begitu sahaja dengan berlalunya waktu dan terjadinya berbagai peristiwa. Kuncinya adalah ‘Tsabat’ dalam jalan dakwah ini’.

Kalau begitu, bagaimanakah bangunan ‘tsabat’ yang kita miliki?

Ya Allah, Engkaulah pemilik hati-hati kami. Engkaulah Tuhan yang membolak balikkan hati-hati, teguhkanlah hati-hati dan jiwa-jiwa kami untuk sentiasa berpegang teguh pada agamaMu dan ketaatan di jalanMu. Berilah kekuatan kepada kami untuk kami tetap ‘tsabat’ di jalanMu sehingga kami menemui antara dua kebaikan samada kemenangan di dunia atau kami gugur di jalanMu untuk mendapatkan syurga dan kenikmatan di sisiMu.

Ameen Ya Rabbal Alameen

Wan Ahmad Sanadi Wan Ali
Pengerusi JK Tarbiah IKRAM Shah Alam

Tuesday, June 7, 2011

Benarkah Kita Kader Dakwah

Benarkah Kita Kader Dakwah ?


Oleh : Cahyadi Takariawan

 

Benarkah kita kader dakwah ? Kader dakwah itu memiliki kepahaman yang utuh. Paham akan falsafah dasar perjuangan, paham akan nilai-nilai yang diperjuangkan, paham akan cita-cita yang hendak dicapai, paham akan jalan yang harus dilalui. Kader dakwah memiliki pemahaman yang komprehensif. Paham akan tahapan-tahapan untuk merealisasikan tujuan, paham akan konsekuensi setiap tahapan, paham akan logika tantangan yang menyertai setiap tahapan, paham bahwa di setiap tahapan dakwah memiliki tingkat resiko yang berlainan. Kepahaman kader dakwah terus berkembang.


Benarkah kita kader dakwah ? Kader dakwah itu memiliki keikhlasan yang tinggi. Ikhlas artinya bekerja hanya untuk Allah semata, bukan untuk kesenangan diri sendiri. Sangat banyak godaan di sepanjang perjalanan dakwah, baik berupa harta, kekuasaan dan godaan syahwat terhadap pasangan jenis. Hanya keikhlasan yang akan membuat para kader bisa bersikap dengan tepat menghadapi segala bentuk godaan dan dinamika dakwah. Sangat banyak peristiwa di sepanjang perjalanan dakwah yang menggoda para kader untuk meninggalkan jalan perjuangan. Ikhlas adalah penjaga keberlanjutan dakwah.

Benarkah kita kader dakwah ? Kader dakwah itu memiliki amal yang berkesinambungan. Amal dalam dakwah bukanlah jenis amal yang setengah-setengah, bukan jenis amal sporadis, spontan dan tanpa perencanaan. Sejak dari perbaikan diri dan keluarga, hingga upaya perbaikan masyarakat, bangsa, negara bahkan dunia. Amal dalam dakwah memiliki tahapan yang jelas, memiliki tujuan yang pasti, memiliki orientasi yang hakiki. Kader dakwah tidak hanya beramal di satu marhalah dan meninggalkan marhalah lainnya. Kader dakwah selalu mengikuti perkembangan mihwar dalam dakwah, karena itulah amal yang harus dilalui untuk meretas peradaban.

Benarkah kita kader dakwah ? Kader dakwah itu memiliki etos jihad yang abadi. Jihad dalam bentuk kesungguhan, keseriusan, dan kedisiplinan dalam menggapai visi dakwah yang hakiki. Kesungguhan membela hak-hak umat, kesungguhan mendidik masyarakat, keseriusan mengusahakan kesejahteraan masyarakat, kedisiplinan membersamai dan menyelesaikan persoalan kehidupan yang semakin kompleks. Kader dakwah harus memberikan kesungguhan dalam menjalankan semua agenda dakwah, hingga menghasilkan produktivitas yang paripurna, di lahan apapun mereka bekerja. Itulah makna jihad dalam konteks perjalanan
aktivitas dakwah.


Benarkah kita kader dakwah ? Kader dakwah itu memiliki pengorbanan yang tak terhingga nilainya. Dakwah tidak mungkin akan bisa dijalankan tanpa pengorbanan. Sejak dari pengorbanan harta, waktu, tenaga, pikiran, fasilitas, hingga pengorbanan jiwa. Rasa lelah, rasa jenuh, rasa letih selalu mendera jiwa raga, kesenangan diri telah dikorbankan demi tetap berjalannya roda dakwah. Aktivitas dijalani sejak berpagi-pagi hingga malam hari. Kadang harus bermalam hingga beberapa lamanya, kadang harus berjalan pada jarak yang tak terukur jauhnya, kadang harus memberikan kontribusi harta pada kondisi diri yang belum mapan dari segi ekonomi. Pengorbanan tanpa jeda, itulah ciri kader dakwah yang setia.

Benarkah kita kader dakwah ? Kader dakwah itu memiliki ketaatan kepada prinsip, keputusan organisasi, dan kepada pemimpin. Prinsip-prinsip dalam dakwah harus dilaksanakan dengan sepenuh ketaatan. Taat kepada pondasi manhaj adalah bagian penting yang akan menghantarkan dakwah pada tujuannya yang mulia. Taat kepada keputusan organisasi merupakan syarat agar kegiatan dakwah selalu terbingkai dalam sistem amal jama’i. Taat kepada pemimpin merupakan tuntutan agar pergerakan dakwah berjalan secara efektif pada upaya pencapaian tujuan. Ketaatan bukan hanya terjadi dalam hal-hal yang sesuai dengan pendapat pribadi, namun tetap taat terhadap keputusan walaupun bertentangan dengan pendapatnya sendiri.

Benarkah kita kader dakwah ? Kader dakwah itu memiliki keteguhan tiada henti. Kader dakwah harus selalu tegar di jalan dakwah, karena perjalanan amatlah panjang dengan berbagai gangguan dan tantangan yang menyertainya. Teramat banyak aktivis dakwah semasa, dimana mereka memiliki semangat yang menyala pada suatu ketika, namun padam seiring berjalannya usia. Ada yang tahan tatkala mendapat ujian kekurangan harta, namun menjadi gugur saat berada dalam keberlimpahan harta dunia. Ada yang tegar saat dakwah dilakukan di jalanan, namun tidak tahan saat berada di pucuk kekuasaan. Kader dakwah harus berada di puncak kemampuan untuk selalu bertahan.

Benarkah kita kader dakwah ? Kader dakwah itu memiliki kemurnian dan kebersihan dalam orientasi aktivitasnya. Sangat banyak faktor yang mengotori kebersihan orientasi dakwah. Ada kekotoran cara mencapai tujuan. Ada kekotoran dalam usaha mendapatkan harta. Ada kekotoran dalam langkah menggapai kemenangan. Kader dakwah harus selalu menjaga kemurnian orientasinya, tidak berpaling dari kebenaran, tidak terjebak dalam kekotoran. Karena dakwah memiliki visi yang bersih, sehingga harus dicapai dengan langkah dan usaha yang bersih pula.

Benarkah kita kader dakwah ? Kader dakwah itu memiliki solidaritas, persaudaraan dan kebersamaan yang tinggi. Ukhuwah adalah sebuah tuntutan dalam menjalankan agenda-agenda dakwah. Semakin besar tantangan yang dihadapi dalam perjalanan dakwah, harus semakin kuat pula ikatan ukhuwah di antara pelakunya. Kader dakwah saling mencintai satu dengan lainnya, saling mendukung, saling menguatkan, saling meringankan beban, saling membantu keperluan, saling berbagi dan saling mencukupi. Kader dakwah tidak mengobarkan dendam, iri dan benci. Kader dakwah selalu membawa cinta, dan menyuburkan dakwah dengan sentuhan cinta.

Benarkah kita kader dakwah ? Kader dakwah itu memiliki tingkat kepercayaan yang tak tertandingi. Berjalan pada rentang waktu yang sangat panjang, dengan tantangan yang semakin kuat menghadang, menghajatkan tingkat kepercayaan prima antara satu dengan yang lainnya. Berbagai isu, berbagai fitnah, berbagai tuduhan tak akan menggoyahkan kepercayaan kader dakwah kepada para pemimpin dan kepada sesama kader dakwah. Berbagai caci maki, berbagai lontaran benci, berbagai pelampiasan kesumat, tak akan mengkerdilkan kepercayaan kader terhadap langkah dakwah yang telah dijalaninya.
Jadi, benarkah kita kader dakwah ?