Selamat Datang di Web Jendela Keluarga Aris Nurkholis - Ratih Kusuma Wardani

MERAJUT UKHUWAH YANG RETAK


“Ya Allah ampunilah semua orang orang mukmin laki laki dan perempuan, semua orang muslim laki laki dan perempuan dan perbaikilah hubungan mereka yang telah rusak dan satukanlah hati hati mereka.”

Tak ada sesuatu yang paling berharga kecuali iman dan persaudaraan. Keduanya mewujud didalam kasih sayang, manakala lupa saling mengingatkan dan saat lemah saling menopang. Membicarakan persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyah), kita akan mendapatkan gambaran yang indah, mengenangnya dapat mengembalikan tali persaudaraan yang memungkinkan retak. Nuansa yang indah dari jalinan cinta kasih sayang para sahabat nabi, tak akan membosankan bila selalu didendangkan. Hubungan mereka pasti lebih mesra daripada sepasang muda mudi yang sedang dilanda asmara.
Ikhwah fillah, bagaimana dengan keadaan persaudaraan diantara sesama muslim saat ini.? Terbesit jauh dihati, rasa sedih dan malu, menggugat realitas yang ada, paradox dengan gambaran yang indah tentang persaudaraan Islam di zaman Nabi SAW. Nampaknya persaudaraan kita sedang kering dari siraman mahabah. Tentu hal ini bukan karena pengaruh kemarau panjang, nyatanya sedikit saja pergesekan dan perbedaan, begitu mudahnya menyala api perpecahan, lalu menjalar ke segala arah, membakar nafsu dan emosi. Contoh realita yang ada sering kita jumpai dalam keseharian kita terlebih yang  terjadi antar mahasiswa. Misalnya kita ketahui ketika diawal tahun ajaran kemarin, kita jumpai adanya gesekan antar mahasiswa yaitu ketika opak (orientasi pengenalan kampus) dll. Terlebih ketika di akhir pelaksanaan OPAK (25/11) terlihat ada pembakaran Buletin dan stiker salah satu organisasi oleh panitia  OPAK,  hal ini menunjukan arogansi dan sikap ketidakbersabatan yang dilakukan oleh panitia OPAK.  Bukankah hal ini akan menambah permasalahan yang ada dan tidak menyelesaikan permasalahan yang ada. Di dalam ajaran telah diajarkan bagaimana seorang mukmin dalam menyelesaikan berbagai masalah, yaitu dengan mengedepankan sikap tabayyun (klarifikasi) dan ukhuwah Islamiyah antar sesama. Maka dari itu mari kita kedepankan sikap tabayyun dan ukhuwah Islamiyah antar sesama, terlebih apalagi sebentar lagi aka ada moment besar dikampus ini yaitu ‘pemilwa’ yang sering kali terjadi gesekan dan perpecahan antar mahasiswa.
Ikhwah fillah, para ustadz dan penasehat ummat, tentu juga merasa kewalahan didalam menghadapi berbagai kasus sengketa dan percecokan yang terjadi di kalangan ummat. Bahkan tak jarang yang berkeluh kesah, lalu angkat tangan. Kalau sudah begini keadaannya, tentu bukan hanya ummat yang krisis ukhuwah, para ustadz dan penasehat ummat pun bisa dilanda krisis dan ini lebih berbahaya. mengapa demikian,? biasanya jika kita melihat sesuatu yang alpha pada seorang, mengapa dijauhi dan di isolasi. Tanpa menimbang secara dalam apakah kesalahan yang diperbuat setimpal dengan sangsi yang kita berikan berupa pemutusan hubungan. Pernah terjadi di kalangan sahabat yaitu ka’ab bin malik dan beberapa sahabat yang lain, karena menolak pergi berjihad, padahal mereka mampu atau tidak ada ‘uzdur. Sikap Rosululloh dan para sahabatnya yang mengisolasi mereka selama tiga bulan, kita jadikan sandaran.
Ikhwah fllah, alas an ini tentunya kurang mengena, itu namanya lari dari tanggngjawab. Selama ia tidak keluar dari Islam, tentu menjadi kewajiban bagi kita untu memperbaikinya. Hukuman Rosulullah kepada ka’ab bin malik dan kawan- kawannya itu adalah merupakan perwujudan dari pendidikan beliau dan sebagai mana kita baca dalam sejarah ternyata ada limit waktu dan bukan melepas tanpa tanggung jawab.
Ikhwah fillah, mari kita simak sabda Rosulullaoh SAW dalam sebuah hadish yang diriwayatkan dari Anas ra. “tolonglah saudaramu baik ia zhalim (menganiaya) atau dianiaya, salah seorang dari sahabat bertanya: “ya Rosulullah, kami dapat menolong jika ia dianiaya, jika ia menganiaya?, jawab nabi: kau cegah ia dari menganiaya, itu berarti kau telah menolongnya dari penganiayaan. ”(HR. Bukhori). Pertanyaan seorang sahabat diatas menggambarkan betapa antusiasnya untuk berta’awun dikalangan sahabat nabi dan nasehat nabi menggambarkan nilai tanggung jawab.
Ikhwah fillah, menolong seseorang muslim dari penganiayaan orang lain, tidaklah terlalu pelik, tetapi bagaimana dengan saudara kita bertingkahlaku sebagai orang yang zhalim, baik yang dizhalimi itu dirinya sendiri ataupun oranglain, padahal akhi harus berlaku adil. Hal ini membutuhkan penanganan yang serius untuk menyadarkan, sampai ia menghentikan perbuatannya yang buruk itu, lalu bersedia memperbaikinya.
Ikhwah fillah, ada satu hal yang suka terlupakan rasa tanggungjawab itu tidak perlu ditunjukan dengan sikap mudah marah dalam member tausiyah, karenanya ada tiga hal yang harus senantiasa di ingat tentang tausiyah itu, yaitu bil haq (dengan benar), bis shobr (dengan sabar) dan bil marhamah (dengan cinta kasih sayang). Keras tidak selamanya mendatangkan disiplin keras dan lemah lembut tidak selamanya mendatangkan disiplin lepas kendali. Jadi kasih sayang jangan diartikan longgar tanpa aturan. Bisa jadi mendatangkan saling pengertian. Rosulullah bersabda: “seseorang mukmin bagi mukmin lainnya, bagaikan sebuah bangunan yang kokoh, sebagainnya saling menguatkan bagian yang lainnya.” (HR. Bukhori-Muslim). Inilah buah persudaraan yang dirajut oleh ukhuwah Islamiyah.

*) Aris Nurkholis
Ketua HIMA Fisika Fak. Saintek 2007-2008
Mahasiswa Pendamping PPK Fak. Saintek 2007-2009
Ketua Keluarga Muslim Cendekian UIN Su-Ka 2010-sekarang