Rasa sakit adalah sebuah nikmat. Karena seringkali ketulusan muncul
ketika sakit mendera. Sebuah harapan yang tulus terucap. Karena sakit
membuat kita sadar nikmat kesehatan. Karena detik itu pula,sakit telah
membuka hijab pengingat jika hidup di dunia hanya sementara.
Terkadang
rasa lelah, marah, putus asa itu muncul. Tapi bagi orang yang beriman
maka ia tak akan pernah berhenti percaya, tidak akan menghentikan
harapannya.
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku,”(QS. Asy-Syu’araa: 80)
Allah telah memasukkan malam ke dalam siang. Allah telah menciptakan langit dan bumi.
Begitu
pula dengan rasa sakit. Tidak akan Allah menurunkan penyakit melainkan
ada obatnya. Saudaraku yang mungkin sekarang sedang merintih kesakitan,
percayalah air mata kesabaranmu akan menjadi saksi kekuatanmu.
Bukankah
setiap insan akan melalui cobaan keimanan? Cobaan yang menyapamu dengan
cobaan yang menghampirinya mungkin berbeda. Cobaan keluarga, finansial,
kesehatan, dll. Dan Allah sekarang menyapamu dengan sakit yang datang.
Mungkin ini cara Allah mengampuni tumpukan dosa. Mungkin, ini cara Allah
untuk mengungkapkan “kerinduan” pada tangisan tobat kita.
Ketika
sehat, mungkin kita lebih banyak tertawa dan sedikit sekali mengingat
kematian. Pada saat kita masih bisa berlari, mungkin kita lebih
disibukkan mengejar dunia. Pada saat kita masih bisa merasakan pahit,
asam, manis, asin dengan sempurna, mungkin kita tidak pernah
memperhatikan apa yang masuk ke dalam lambung kita. Jangankan yang syubhat,
haram pun mungkin tak sempat diperhatikan. Pada saat masih mampu
mengucapkan kalimat dengan fasihnya, kita mungkin lebih banyak
menggunjing daripada mengingat ayat-ayat-Nya.
Dan kini, ketika kita berbaring menahan perih, satu per satu noda itu mulai terasa.
Kita
menikmati detik paling indah, karena kita benar-benar menghadirkan
Allah. Meski sejatinya, Dia tak pernah pergi, sedetikpun.
0 comments:
Post a Comment