Selamat Datang di Web Jendela Keluarga Aris Nurkholis - Ratih Kusuma Wardani

Jendela Keluarga: Mewujudkan Keluarga Islami

Keluarga muslim adalah keluarga yang dibangun atas dasar nilai-nilai keislaman, Setiap anggota keluarga komintmen terhadap nilai-nilai keislaman. Sehingga keluarga menjadi tauladan dan lebih dari itu keluarga menjadi pusat dakwah Islam.

Merajut Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah

Keluarga sakinah adalah keluarga yang semua anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah SWT.

Cinta Tanpa Syarat

Ketika suami dan isteri sudah menetapkan “cinta tanpa syarat” dan saling memahami, maka perbedaan dan pertengkaran tidak membesar menjadi konflik yang merusakkan kebahagiaan keluarga.

Cinta Tidak Harus Dengan Kata

Mencintai dengan sederhana, adalah mencintai “dengan kata yang tak sempat diucapkan” dan “dengan isyarat yang tak sempat disampaikan”.

Komunikasi dan Interaksi Penuh Cinta

Hal yang sangat vital perannya dalam menjaga keharmonisan rumah tangga adalah interaksi dan komunikasi yang sehat, komunikasi yang indah dan melegakan serta komunikasi penuh cinta antara seluruh anggotanya.

Monday, November 10, 2014

Adab Murid Kepada Guru


Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi lebih baik sebagaimana yang diridhoi Alloh ‘azza wa jalla. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syari’at agama.
Guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa, namun kita sebagi muridnya tak pernah menghargai. Setidaknya kita belajar dengan baik pun guru akan merasa senang. Perilaku murid yang baik terhadap guru yang mengajarkan ilmu agama mau pun ilmu umum yang betul ajarannya ialah :
  1. Selalu hormat padanya
    arti hormat disini, kita sebagai seorang murid hendaklah mengikuti segala perintahnya selama kita berada di sekolah.
  2.  Mengikuti kegiatan belajar dengan baik
  3. Tidak membangkang perkataannya
  4. Jangan bertanya sebelum guru kita berhenti berbicara
Di antara akhlaq kepada guru adalah memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki guru, sebagaimana sabda Rosululloh saw :
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا
“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda,” (HR Ahmad dan At-Tirmidzi).
Hendaklah kita hormat kepada guru kita, karena tiada bergunalah serta bermanfaat semua ilmu kita jika durhaka kepada guru kita. Kita bisa membaca, menulis, berhitung itu karena jasa sang guru. Maka jikalau kita ingin ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat berbaktilah kalian pada guru kalian. [santi/islampos/adabulinsan]

Thursday, November 6, 2014

Larangan untuk Berbisik-bisik Bagi Dua Orang Tanpa Menyertakan Orang Ketiga



بسم الله الرحمن الرحيم
عن عبد الله رضي الله عنه: قال النبي صلى الله عليه وسلم: (إذا كنتم ثلاثة، فلا يتناجى رجلان دون الآخر حتى تختلطوا بالناس، أجل أن يحزنه).
 “Dari Ibni Mas’ud –Rodhiyallohu ‘anhu-, bahwasannya Rosululloh –Sholallohu ‘alaihi wasalam- bersabda : “Apabila kalian bertiga, maka janganlah dua orang berbisik-bisik tanpa  mengikut sertakan yang lain, sampai mereka berkumpul dengan manusia yang lainnya, karena yang demikian itu akan menyusahkan orang yang tidak diajak berbisik”(HR. Bukhori dan Muslim).
Ma’na Al hadits:
Nabi –Sholallohu ‘alaihi wasalam- adalah orang yang sangat bersemangat didalam mengokohkan tali persaudaraan diantara kaum muslimin, dan beliau melarang terhadap segala perkara yang dapat menimbulkan terjadinya permusuhan dan perpecahan diantara kaum muslimin.
Maka di dalam hadits ini Nabi –Sholallohu ‘alaihi wasalam- melarang bagi dua orang untuk berbisik-bisik pada saat orang ke tiga hadir bersama mereka, karena yang demikian itu akan menyakiti dan menyempitkan (dada) orang ke tiga  yang hadir bersama mereka. Karena dia (orang ke tiga) akan menyangka bahwasannya kedua orang tersebut (yang sedang berbisik-bisik) sedang memperbincangkan tentang dirinya dengan sesuatu yang tidak ia sukai. Atau mungkin dia (orang ketiga) akan menyangka, keduanya berniat melakukan perbuatan jahat kepadanya. Atau dia akan menyangka bahwa kehadirannya di tengah-tengah mereka tidak mereka kehendaki, sehingga dia tidak berhak untuk mendengar pembicaraan yang sedang terjadi diantara kedua orang tersebut.
Dan di dalam perbutan ini (yakni berbisik-bisik diantara dua orang tanpa menyertakan orang ketiga), terdapat di dalamnya unsur penghinaan terhadap orang ketiga yang tidak mereka ajak berbisik. Berdasarkan atas hal tersebut, maka berbisik-bisik diantara dua orang tanpa menyertakan orang ketiga akan menjadi akibat timbulnya permusuhan dan kebencian dari pihak orang ketiga kepada keduanya. Dan ini adalah perkara yang dilarang oleh agama Islam.
Akan tetapi, ketika seseorang ingin berbisik-bisik dengan orang lain dan bersama keduanya ada orang ketiga, maka wajib bagi keduanya untuk menunggu sampai  mereka berkumpul dengan manusia yang lainnya, atau sampai orang ketiga itu pergi, agar keduanya dapat bersendirian didalam melakukan pembicaraan yang terjadi diantara mereka, sehingga lenyaplah bahaya sebagaimana yang diisyarotkan oleh hadits.
Faidah-faidah Al Hadits:
1.  Tidak halal bagi dua orang untuk berbisik-bisik tanpa menyertakan orang ketiga, atau tidak halal bagi  tiga orang atau lebih untuk berbisik-bisik tanpa menyertakan salah seorang diantara mereka kecuali orang tersebut mengijinkan hal yang demikian itu.
2.  Larangan untuk berbisik-bisik itu terjadi pada perkara yang mubah, adapaun berbisik-bisik pada perkara  selain perkara mubah maka hukumnya harom, meski tidak ada seorangpun yang bersama orang yang berbisik-bisik tersebut.
3. Apabila mereka berempat, dan dua orang diantara mereka berbisik-bisik, tanpa menyertakan dua orang yang lainnya, atau jumlah mereka lebih banyak dari empat orang, dan segolongan dari mereka berbisik-bisik tanpa menyertakan golongan yang lainnya, maka tidak ada larangan dalam hal ini.
4.  Dan termasuk dalam larangan sebagaimana yang disebutkan dalam hadits adalah apabila dua orang berbicara dengan bahasa yang tidak difahami oleh orang ketiga, padahal ada bahasa yang bisa difahami oleh semua pihak.
5.  Agama islam mengajarkan kepada pengikutnya untuk berahlaq dengan ahlaq yang mulia serta tingkah laku yang lurus.



Maroji’ : silsilah ta’lim al lughoh al ‘arobiyah (al hadits asy syarif mustawa tsani’)
Diterjemahkan oleh Ummu Abdirrohman Najiyah Ibnat Kaswit
Ghoffarollohu ‘anhaa wa waalidaihaa

http://muhibbatul-ilmi.blogspot.com/