Selamat Datang di Web Jendela Keluarga Aris Nurkholis - Ratih Kusuma Wardani

Jendela Keluarga: Mewujudkan Keluarga Islami

Keluarga muslim adalah keluarga yang dibangun atas dasar nilai-nilai keislaman, Setiap anggota keluarga komintmen terhadap nilai-nilai keislaman. Sehingga keluarga menjadi tauladan dan lebih dari itu keluarga menjadi pusat dakwah Islam.

Merajut Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah

Keluarga sakinah adalah keluarga yang semua anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah SWT.

Cinta Tanpa Syarat

Ketika suami dan isteri sudah menetapkan “cinta tanpa syarat” dan saling memahami, maka perbedaan dan pertengkaran tidak membesar menjadi konflik yang merusakkan kebahagiaan keluarga.

Cinta Tidak Harus Dengan Kata

Mencintai dengan sederhana, adalah mencintai “dengan kata yang tak sempat diucapkan” dan “dengan isyarat yang tak sempat disampaikan”.

Komunikasi dan Interaksi Penuh Cinta

Hal yang sangat vital perannya dalam menjaga keharmonisan rumah tangga adalah interaksi dan komunikasi yang sehat, komunikasi yang indah dan melegakan serta komunikasi penuh cinta antara seluruh anggotanya.

Thursday, February 27, 2014

Pakar Parenting: “Efek Terbesar Ghazwul Fikri adalah Rusaknya Keluarga







Jendela Keluarga: PENGAGGAS gerakan “Ayah Untuk Semua”, Irwan Rinaldi, atau yang biasa disapa Ayah Irwan, dalam kesempatan acara training for trainers “Feminisme dan Kesetaraan Gender dalam Perspektif Islam” di AQL Islamic Center, Tebet Jakarta (27/01/2014) menyatakan bahwa salah satu kunci sukses kebangkitan Islam adalah dengan mengembalikan sistem tarbiatul awlad (pendidikan anak-anak) a la Rasulullah SAW.

Menurut pria yang aktif memberi konseling keluarga ini, salah satu indikator sukses dari pendidikan anak a la Rasulullah adalah kematangan psikologis yang mendahului kematangan fisik.
Salah satu poin penting untuk mendorong hal tersebut adalah lewat pendidikan karakter, dan menurutnya, pendidikan karakter paling baik diajarkan oleh ayah.

“Sejak usia dini, anak-anak harus dikenalkan dengan para sahabat Nabi seperti Umar dan Ali, anak-anak harus kenal mereka baik secara sosok maupun karakternya. Pengajaran karakter terbaik adalah dari seorang ayah,” Papar pria yang sempat menjadi relawan tim recovery anak korban perang di Eropa Timur.
Lebih lanjut, menurutnya, persoalan SDM yang dihadapi umat Islam salah satu penyebabnya adalah anak-anak kaum muslimin yang tidak berkarakter. Anak-anak yang lemah karena tidak berkarakter ini menjadi mangsa empuk dari racun pemikiran.

“Ustadz Rahmat Abdullah pernah menasehati saya bahwa ghazwul fikr terbesar adalah untuk merusak keluarga, terutama menjauhkan ayah dari anaknya. Akibatnya anak menjadi lemah, dan rentan terhadap pengaruh buruk seperti racun pemikiran,” ungkapnya.

Irwan juga mengungkapkan bahwa pendidikan sekuler telah menghambat kedewasaan psikologis anak dengan memutuskan bahwa “kedewasaan” itu dicapai pada umur 18 tahun.

“Padahal jika dilihat dalam sejarah Islam, banyak sekali pemuda-pemuda di bawah umur 18 tahun yang sudah mampu mengemban amanat besar dengan baik,” tutupnya.
Sumber: islampos.com

Tuesday, February 25, 2014

Untuk Kalian yang Mengharamkan Kata “JANGAN”, Adakah Engkau Telah Melupakan Kitabmu






Jendela Keluarga: “Al-Qur’an itu kuno,  Bu, konservatif, out of dated!. Kita telah lama hidup dalam nuansa humanis, tetapi Al-Qur’an masih menggunakan pemaksaan atas aturan tertentu yang diinginkan Tuhan dengan rupa perintah dan larangan di saat riset membuktikan kalau pemberian motivasi dan pilihan itu lebih baik. Al-Qur’an masih memakai ratusan kata ‘jangan’ di saat para psikolog dan pakar parenting telah lama meninggalkannya. Apakah Tuhan tidak paham kalau penggunaan negasi yang kasar itu dapat memicu agresifitas anak-anak, perasaan divonis, dan tertutupnya jalur dialog?“ Katanya sambil duduk di atas sofa dan kakinya diangkat ke atas meja.


Pernahkan Bapak dan Ibu sekalian membayangkan kalau pernyataan dan sikap itu terjadi pada anak kita, suatu saat nanti?

Itu mungkin saja terjadi jika kita terus menerus mendidiknya dengan pola didikan Barat yang tidak memberi batasan tegas soal aturan dan hukum. Mungkin saja anak kita menjadi demikian hanya gara-gara sejak dini ia tidak pernah dilarang atau mengenal negasi ‘jangan’.

Saat ini, sejak bergesernya teori psikoanalisa (Freud dan kawan-kawan) kemudian disusul behaviorisme (Pavlov dan kawan-kawan), isu humanism dalam mendidik anak terus disuarakan. Mereka membuang kata “Jangan” dalam proses mendidik anak-anak kita dengan alasan itu melukai rasa kemanusiaan, menjatuhkan harga diri anak pada posisi bersalah, dan menutup pintu dialog. Ini tidak menjadi masalah karena norma apapun menghargai nilai humanisme.

Tidak perlu ditutupi bahwa parenting telah menjadi barang dagangan yang laris dijual. Ada begitu banyak lembaga psikologi terapan, dari yang professional sampai yang amatiran dengan trainer yang baru lulus pelatihan kemarin sore. Promosi begitu gencar, rayuan begitu indah dan penampilan mereka begitu memukau. Mereka selalu menyarankan, salah satunya agar kita membuang kata “jangan” ketika berinteraksi dengan anak-anak. Para orang tua muda terkagum-kagum member applausa. Sebagian tampak berjilbab, bahkan jilbab besar. Sampai di sini [mungkin] juga sepertinya tidak ada yang salah.

Tetapi pertanyaan besar layak dilontarkan kepada para pendidik muslim, apalagi mereka yang terlibat dalam dakwah dan perjuangan syariat Islam. Pertanyaan itu adalah “Adakah Engkau telah melupakan Kitabmu yang di dalamnya berisi aturan-aturan tegas? Adakah engkau lupa bahwa lebih dari 500 kalimat dalam ayat Al-Qur’an menggunakan kata “jangan”?

Salah satu contoh terbaik adalah catatan Kitabullah tentang Luqman Al-Hakim, Surah Luqman ayat 12 sampai 19. Kisah ini dibuka dengan penekanan Allah bahwa Luqman itu orang yang Dia beri hikmah, orang arif yang secara tersirat kita diperintahkan untuk meneladaninya (“walaqod ataina luqmanal hikmah..” dst)

Apa bunyi ayat yang kemudian muncul? Ayat 13 lebih tegas menceritakan bahwa Luqman itu berkata kepada anaknya “Wahai anakku, JANGANLAH  engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya syirik itu termasuk dosa yang besar”.

Sampai pada ayat 19, ada 4 kata “laa” (jangan) yang dilontarkan oleh Luqman kepada  anaknya, yaitu “laa tusyrik billah”, “fa laa tuthi’humaa”, “Wa laa tusha’ir khaddaka linnaasi”, dan “wa laa tamsyi fil ardli maraha”

Luqman tidak perlu mengganti kata “jangan menyekutukan Allah” dengan (misalnya) “esakanlah Allah”. Pun demikian   dengan “Laa” yang lain, tidak diganti dengan kata-kata kebalikan yang bersifat anjuran.

Adakah pribadi psikolog atau pakar patenting pencetus aneka teori ‘modern’ yang melebihi kemuliaan dan senioritas Luqman?  Tidak ada. Luqman bukan nabi, tetapi namanya diabadikan oleh Allah dalam Kitab suci karena ketinggian ilmunya. Dan tidak satupun ada nama psikolog kita temukan dalam kitabullah itu.

Membuang kata “jangan” justru menjadikan anak hanya dimanja oleh pilihan yang serba benar. Ia tidak memukul teman bukan karena mengerti bahwa memukul itu terlarang, tetapi karena lebih memilih berdamai. Ia tidak sombong bukan karena kesombongan itu dosa, melainkan hanya karena menganggap rendah hati itu lebih aman baginya. Dan, kelak, ia tidak berzina bukan karena takut dosa, tetapi karena menganggap bahwa menahan nafsu itu pilihan yang dianjurkan orang tuanya.

Anak-anak hasil didikan tanpa “jangan” berisiko tidak punya “sense of syariah” dan keterikatan hukum. Mereka akan sangat tidak peduli melihat kemaksiyatan bertebaran karena dalam hatinya berkata “itu pilihan mereka, saya tidak demikian”. Mereka bungkam melihat penistaan agama karena otaknya berbunyi “mereka memang begitu, yang penting saya tidak melakukannya”.

Itulah sebenar-benar paham liberal, yang ‘humanis’, toleran, dan menghargai pilihan-pilihan.

Jadi, yakini dan praktikkanlah teori parenting Barat itu agar anak-anak kita tumbuh menjadi generasi liberal. Simpan saja Al-Qur’an di lemari paling dalam dan tunggulah suatu saat akan datang suatu pemandangan yang sama seperti kutipan kalimat di awal tulisan ini.

sumber: fimadani.com

Sunday, February 23, 2014

Inilah Ciri Masyarakat Indonesia Madani




Jendela Keluarga: Menarik untuk dicermati, sebuah riwayat dari Abdullah bin Salam, yang menceritakan pidato pertama Rasulullah SAW saat pertama kali tiba di Madinah, dimana orang-orang mengerumuninya, beliau bersabda : “" Wahai sekalian manusia,  sebarkanlah salam (keselamatan dan kedamaian), berikan makanan, pelihara silaturrahim dan lakukan shalat (malam) pada saat manusia sedang tidur. niscaya kamu sekalian masuk surga dengan selamat” (HR. Ibnu Majah) . Pidato yang ringkas dan padat ini, jika kita lihat dari momentumnya diucapkan pertama kali saat sampai Madinah, seolah menunjukkan semacam panduan umum dalam membangun masyarakat Madani yang dicita-citakan.  Ada empat nilai tersirat yang bisa kita praktikkan dalam keseharian, yaitu :

Pertama : Masyarakat Cinta Damai . 

Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk afsyus salaam, menyebarkan salam dan kedamaian. Islam adalah agama yang secara bahasa berarti kedamaian dan keselamatan. Definisi seorang muslim dengan gamblang dijelaskan dalam sebuah sabda Rasulullah SAW, yaitu : Rasulullah SAW bersabda : “ Seorang muslim adalah mereka yang orang-orang selamat dari gangguan lisan dan tangannya “ (HR Ahmad).  Maka salah besar jika ada yang mengkaitkan kekerasan dengan ajaran Islam, karena jangankan dengan manusia, terhadap binatang pun kita diajarkan untuk berlaku baik penuh kasih sayang.

Kedua : Masyarakat Peduli dan Berbagi. 

Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk ath’imu tho’aam, berbagi makanan. Maka ciri masyarakat madani selanjutnya adalah berbagi dan peduli. Hal ini dianjurkan dalam skala terkecil yaitu lingkungan bertetangga, dimana Rasulullah SAW mengancam : “ Bukanlah seorang beriman, yang dia tidur dalam kondisi kenyang sementara (dia mengetahui) tetangganya kelaparan.” (HR Bukhori). Semangat berbagi ini tidak harus menunggu kita cukup harta, namun dalam kondisi sempit pun tetap dianjurkan berbagi, bahkan menjadi ciri ketakwaan seseorang. Allah SWT berfirman tentang orang bertakwa : sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah SWT :  Artinya : “ orang-orang yang menginfakkan (hartanya) dalam kondisi lapang dan sempit “ (QS Ali Imron 134)

Ketiga : Masyarakat Bersinergi. 

Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk menyambung silaturahim agar tercipat sinergi bahkan dijanjikan berlimpah rejeki. Karenanya, masyarakat yang dicita-citakan adalah mereka yang gemar bersinergi, saling bekerja sama atau gotong royong dalam budaya kita. Masyarakat bersinergi menjadi ciri masyarakat madani, karena setiap elemen memiliki kelemahan dan kekuatan, untuk membangun bangsa dibutuhkan sinergi dan kebersamaan antar elemen yang rapi dan istiqomah, bahu membahu dalam kebaikan, sebagaimana diperintahkan Al-Quran : Dan tolong-menolonglah kalian dalam melaksanakan kebajikan dan takwa, dan jgn tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. (QS Al Maidah).

Keempat : Masyarakat Spiritual . 

Rasulullah SAW memotivasi kita untuk melakukan sholat malam, agar terjaga kekuatan ruhiyah kita dan kedekatan kita terhadap Allah SWT. Masyarakat yang dicita-citakan harus memiliki tingkatan spiritualitas yang tinggi, sehingga perkembangan dan kemajuan zaman tidak melalaikan dan menjerumuskan dalam kubangan dosa dan kemaksiatan. Agar juga menyadari bahwa dalam kesuksesan dan kegagalan ada hikmah dari takdir Allah SWT. Kita bisa mengambil pelajaran dari Jepang, sebuah bangsa yang maju, namun sungguh disayangkan jika angka bunuh diri di sana tercatat sebagai yang tertinggi di dunia, mencapai 76 orang perhari pada data tahun 2012 yang lalu.

Akhirnya, marilah berupaya untuk mengubah diri dan mewarnai masyarakat kita, dengan nilai-nilai yang dipesankan oleh Rasulullah SAW, sejak awal pertama membangun masyarakat Madinah yang mulia. Semoga Allah SWT memudahkan. Wallahu a’lam bisshowab.




Sumber: Ustd. Hatta Syamsudin. [indonesiaoptimis.com]

*Artikel dimuat di Rubrik Tausiyah Suara Merdeka Jumat 6 September 2013

Friday, February 21, 2014

[Video] Kreatif Banget...!



   Iklan PKS Kreatif Banget....


Thursday, February 20, 2014

Tingkatan Konflik Dalam Rumah Tangga



Jendela Keluarga: Dalam kehidupan rumah tangga, memang selalu ada konflik dengan segala tingkatannya. Tidak ada keluarga tanpa konflik, yang membedakan adalah cara mereka menikmati, mengelola dan keluar dari konflik tersebut. Dengan demikian, tidak perlu berlebihan dalam memandang terjadinya konflik. Justru yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengubah konflik menjadi cinta yang menyala dalam keluarga.


Konflik tidaklah terjadi secara tiba-tiba, namun ada proses dan tingkatannya. Secara teoritis, konflik terjadi dalam tiga tingkatan. 

Tingkatan pertama adalah the unvisible conflict. Konflik yang terjadi pada tingkatan ini masih ada di batin atau perasaan. Ada beberapa ketidakcocokan antara suami dengan isteri, tetapi ketidakcocokan itu tidak tampak atau tidak muncul dalam ucapan, sikap, dan tindakan. Ini adalah sebentuk ketidaknyamanan hubungan yang tidak diekspresikan, namun lebih banyak dipendam dalam hati dan pikiran. Suami dan isteri sama-sama merasakan ada sesuatu yang mengganjal, namun tidak diungkapkan.

Tingkatan kedua adalah the perceived / experienced conflict. Konflik yang terjadi pada tingkatan ini sudah sama-sama diketahui, dialami atau sudah tampak di permukaan. Suami dan isteri sudah sama-sama mengalami perbedaan yang muncul dalam bentuk percekcokan, pertengkaran atau perlawanan. Pemicu konflik bisa jadi karena perbedaan pendapat antara suami dan isteri, perbedaan harapan, keinginan, atau karena adanya tindakan yang tidak menyenangkan. Konflik bisa terjadi dalam bentuk kalimat yang diucapkan atau sikap yang ditampakkan.

Tingkatan ketiga adalah the fighting. Pada tingkatan ini, konflik sudah berubah menjadi tindakan fisik, seperti pukulan, tendangan, tamparan, atau tindakan lain yang bersifat fisik. Menurut kamus, fighting adalah melawan orang lain dengan pukulan atau senjata (blow or weapon). Dalam kehidupan rumah tangga, banyak terjadi pertengkaran suami dan isteri yang melibatkan aktivitas fisik dan “senjata”, seperti menggunakan alat pemukul, memecah piring, melempar gelas, merusak perabotan rumah tangga, dan lain sebagainya.

Memahami tingkatan konflik ini akan sangat membantu bagi suami dan isteri untuk bisa menentukan sikap yang tepat pada saat menghadapinya. Hendaknya suami dan isteri tidak membiarkan konflik berkembang dari tingkatan pertama menuju tingkatan kedua dan ketiga. Deteksi dini adanya konflik di tingkatan pertama sangat diperlukan agar bisa segera mencari jalan keluar dan tidak membiarkannya berlarut-larut atau berlama-lama.


Oleh: Ustd. Cahyadi Takariawan
Sumber: Islamedia.web.id

Tuesday, February 18, 2014

Lomba Menulis Artikel Ilmiah 2014 - SPS UPI



Ketentuan Umum Lomba Menulis Artikel Ilmiah:

Peserta
  • Peserta yang berhak mengikuti lomba menulis artikel ilmiah adalah para akademisi termasuk guru, dosen, mahasiswa, pascasarjana, dan pemerhati pendidikan.

Artikel
  • Artikel yang ditulis bertemakan tentang pendidikan termasuk di dalamnya pembelajaran, pendidikan sekolah, pendidikan formal dan informal, pendidikan tinggi dan kejuruan, kebijakan pendidikan dan belajar sepanjang hayat baik teori maupun praktik.
  • Artikel dapat ditulis secara perorangan maupun kelompok.
  • Artikel merupakan pemikiran sendiri dan belum pernah dipublikasikan atau sedang dipertimbangkan untuk dipublikasikan di jurnal manapun.
  • Artikel dibuat dengan sistematika yang terdapat di ketentuan khusus.

Peserta yang akan mengikuti lomba menulis artikel cukup dengan mengirimkan artikel ke e-mail publikasi.pasca@gmail.com paling lambat 5 Mei 2014

Proses Perlombaan
Semua karya yang masuk akan dinilai secara bertahap.
Tahap pertama akan dinilai dari aspek kesesuaian dengan pedoman penulisan.
Tahap kedua akan dinilai secara konten dan isi artikel.

Artikel yang lolos tahap dua akan dimuat di jurnal yang akan diterbitkan oleh Pusat Pengembangan dan Publikasi Karya Ilmiah Sekolah Pascasarjana UPI dan memperoleh uang tunai sebesar Rp 500.000 (lima ratus ribu rupiah) dan satu eksemplar jurnal yang diterbitkan oleh pusat Pengembangan dan Publikasi Karya Ilmiah hardcopy.

Dari seluruh artikel akan dipilih 3 artikel pemenang. Pemenang akan diumumkan pada website Sekolah Pascasarjana UPI pada tanggal 1 Juli 2014 atau dihubungi oleh panitia melalui surat resmi atau via telpon ke masing-masing pemenang pada tanggal 2 Juli 2014.

Pemenang I, II, III akan memperoleh piagam penghargaan dan uang tunai sebagai berikut:
  1. Juara I: Rp 5.000.000,-
  2. Juara II: Rp 3.000.000,-
  3. Juara III: Rp 2.000.000,-
 (klik gambar untuk memperbesar poster)
Lomba Menulis



Ketentuan Penulisan artikel dapat diunduh di sini


Alamat:
Jalan Dr. Setiabudhi nomor 229 Bandung 40154
No. Telepon: 022 – 2001197, 2002320
No. Faksimili: 022 – 2005090
e-mail: pascasarjana@upi.edu

selengkapnya di: http://sps.upi.edu/

Monday, February 17, 2014

Lomba Menulis Artikel-3 Nasional tahun 2014 tentang ABK, PLK dan Pensif


Direktorat Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar (Dit.PPK-LK Dikdas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) untuk ketiga kalinya mengadakan"Lomba Menulis Artikel Nasional tahun 2014" tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Pendidikan Layanan Khusus (PLK) dan Pendidikan Inklusif (Pensif) yang ditujukan kepada wartawan (cetak/ online/ elektronik), pelajar/mahasiswa dan masyarakat umum.

KRITERIA PENILAIAN 
Karya jurnalistik akan dinilai berdasarkan kriteria: 
1. Muatan Inspirasi (Inspiratif)
2. Objektivitas dan keberimbangan 
3. Kedalaman dan kelengkapan 
4. Akurasi 
5. Cara penyampaian 

PETUNJUK TEKNIS, SYARAT dan KETENTUAN PENGIRIMAN:
Seluruh karya tulisan pelajar/mahasiswa, wartawan dan masyarakat umum berupa artikel/opini/feature maupun "berita-feature" (berita berkisah, dan bukan berita biasa) telah termuat di media cetak (koran/ tabloid/ majalah) di daerahnya masing-masing pada periode terbit/tayangan Januari 2013 hingga Juni 2014.
Karya penulisan bisa dikirim 1-15 (satu hingga lima belas) judul naskah. Namun juri hanya mengambil salah satu karya naskah terbaik dari masing-masing peserta lomba.
Karya tulis yang dimuat di media massa tersebut merupakan copy lengkap guntingan kliping, berikut copy nama media penerbit, halaman terbitan dan tanggal terbitan dengan rapi dan jelas terbaca, hal ini sebagai bukti karya penulisan peserta yang telah dimuat di media massa. 
Sedangkan peserta yang memiliki artikel/opini/feature yang belum pernah dimuat/ belum sempat dimuat di media lokal, bisa mengirimkan karyanya kepada panitia namun tetap orisinil dan bukan jiplakan tulisan milik orang lain. Hanya saja, bagi peserta yang naskahnya termuat di media cetak lokal atau nasional dengan mengirimkan bukti klipingan media tersebut maka akan memperoleh point plus 10 langsung oleh dewan juri. 
Setiap peserta wajib mengirim salinan karya penulisan tersebut berupa file teks microsoft word. Masing-masing karya penulisan mencantumkan pada bagian atas judul naskah, berupa: 
Ø  nama media massa yang menayangkan naskah tsb,
Ø  tanggal terbitan media cetak/ tayangan pada media online,
Ø  halaman yang memuat naskah tersebut,
Ø  nama penulis/peserta,
Ø  profesi kini,
Ø  nama institusi bekerja/ lembaga yang sedang beraktivitas,
Ø  email penulis/peserta,
Ø  nomer ponsel penulis/peserta,
Ø  nama bank, cabang, nomor rekening bank anda (kesalahan mencantumkan nomor rekening bank dan nama bank, merupakan tanggung jawab peserta itu sendiri)
Salinan naskah-naskah tersebut disimpan ke dalam CD, dan kirim ke panitia lomba bersama copy guntingan kliping(tidak perlu kliping asli) ke dalam amplop coklat (ukuran A4/ F4/ Folio). Sementara untuk naskah yang ditayangan di media online, maka naskahnya cukup di-print sesuai dengan halaman media online tersebut.
Di dalam amplop tersebut, peserta melampirkan pula 1 lembar pas foto ukuran 4x6 cm, 1 fotokopi/scan KTP/pelajar, dan/atau 1 fotokopi kartu pers.
    Karya jurnalistik dikirim cap pos atau mengirim langsung mulai 1-15 Juli 2014 dengan amplop coklat (ukuran A4/ F4/ Folio) yang mencantumkan pada bagian kiri  LOMBA TULIS PK-PLK 2014.
Alamat pengiriman (klik): 

HADIAH:
Ø  Juara I : Rp. 8.000.000 dan 1 buah laptop 
Ø  Juara II : Rp. 7.000.000 
Ø  Juara III : Rp. 5.000.000 
Ø  6 Tulisan Favorit masing-masing : Rp. 1.000.000
seluruh hadiah dipotong pajak 
Nama pemenang akan diumumkan pada website www.pk-plk.com, para pemenang juara pertama, kedua, dan ketiga akan diundang pada acara Gebyar Lomba PK-PLK Pendidikan Dasar untuk penyerahan hadiah pada pertengahan bulan November 2014. Hasil penulisan terbaik akan diarsipkan secara online; dibukukan; ataupun diterbitkan di media Dit.PPK-LK Dikdas Kemdikbud.
Sumber:

Sunday, February 16, 2014

Inilah "Pesan" Bung Karno untuk para Pemuda Jomblo !

Soal motivasi untuk para pemuda buat menikah, sungguh ajaran Islam tak kurang-kurang mengingatkan. Salah satu yang kerap jadi alasan para jomblo menunda dan mengulur waktu adalah soal finansial atau pertimbangan keuangan. Apalagi dalam kondisi perekenomian dan pekerjaan serba sulit seperti saat ini, alasan semacam ini tentu semakin terasa logis dan layak untuk dipertahankan. Namun, walau bagaimanapun pembagian rejeki setiap insan tetaplah hak preogratif Allah SWT, yang jelas dalam firman-Nya menjanjikan akan meningkatkan kemampuan finansial mereka yang mau menikah. Firman Allah SWT  : ”Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengayakan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui.” (An Nuur: 32).

Tak kurang, bukan hanya janji untuk meningkatkan kemampuan finansial mereka yang menikah, bahkan mereka yang akan menikah pun akan dimudahkan dan ditolong Allah SWT, sebagaimana tertuang dalam hadits, dimana Rasulullah SAW bersabda : “Tiga orang yang pasti Allah akan menolong mereka : orang yang berjihad di jalan Allah, Mukatab yang ingin menebus dirinya dan orang yang menikah dengan tujuan menjaga dirinya (dari yang haram)” (HR Tirmidzi)

Nah, rasanya sudah banyak kita mengulang-ulang motivasi pernikahan untuk para jomblo yang membandel. Kali ini kita coba mengetuk hati mereka dengan lintasan peristiwa sejarah, berupa pidato bung Karno Presiden RI pertama sekaligus founding fathers negeri yang kita cinta ini. Mari kita simak sejenak ceritanya ...

Pada sidang hari pertama PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tanggal 10 Juli 1945 bung Karno berpidato dengan memukau. Salah satunya ia ingin menghapus keraguan dan kebimbangan sebagian tokoh lain yang berpikir bahwa Kemerdekaan sebuah bangsa membutuhkan banyak persiapan dan modal kekayaan. Bung Karno menganalogikan kemerdekaan dengan perkawinan. Ia mengatakan ..

" Kemerdekaan bagaikan sebuah perkawinan. Siapa yang bersedia menunggu sampai gajinya sudah cukup, katakanlah 500 gulden ? serta menunggu sampai rumah yang dibangunnya selesai ? 

Pertama-tama, pokoknya kawin dulu. Urusan rumah dan biaya perkawinan merupakan urusan belakangan ".*

Nah, demikian pidato bung Karno yang cocok untuk para Jomblo. Memotivasi dan menginspirasi. Gimana Mblo .... siap merdeka atau belum ? Semoga bermanfaat dan salam optimis.
Sumber: indonesiaoptimis.com‪

* dikutip dari Buku Djakarta 1945 : Catatan Julius Pour

Saturday, February 15, 2014

Katakan: I Love You Karena Allah

 

Jendela Keluarga: PERBINCANGAN seputar cinta dalam kehidupan merupakan perihal yang sangat menyenangkan, menakjubkan, dan tak membosankan. Sepasang mempelai merasakan manisnya cinta dalam bingkai tali ikatan pernikahan, pasangan suami istri memadu kasih dan cinta di dalam mahligai bahtera rumah tangga, orang tua mencurahkan butiran-butiran cinta kepada anak-anaknya, seorang saudara mencintai saudaranya atas dasar ikatan kekerabatan. Semuanya terpikat, tersihir, dan terpanah  oleh “cinta”.

Ketika seorang istri melabuhkan cintanya kepada pasangannya, tentunya adanya indikasi cahaya cinta yang memancar dalam relung hatinya. Ia akan memberikan pelayanan spesial dan super kepada tambatan hatinya. Ia rela berkurban untuk mereguk manisnya cinta. Itulah cinta membuat orang bahagia ketika meraihnya dan membuat orang merana ketika jalinan cinta kandas oleh gelombang besar yang menerpa.
Agar cinta seseorang meraih selaksa pahala, hendaklah ia memperhatikan makna cinta yang sebenarnya, apa dasar cinta berlabuh dalam hatinya, dan apa motivasi cinta yang tertanam dalam jiwanya.

Cinta yang membuahkan pahala adalah cinta berpijak karena Alloh. Seseorang mencintai istrinya bukan karena harta melimpah yang dimilikinya. Seseorang mencintai saudaranya bukan karena jalinan kekerabatan. Seseorang mencintai anaknya bukan karena ikatan nasab. Seseorang mencintai teman kerjanya bukan karena satu perusahaan. Jadi, cinta yang bermuara pahala adalah cinta karena Alloh swt Katakan “I Love You karena Alloh”Maksud cinta karena Alloh  adalah mencintai orang lain-istri, anak, saudara seiman, kerabat, dan teman-karena ketakwaan, keimanan, dan ketaatan kepada Alloh swt Katakan “I Love You karena Alloh”.

Jika seseorang mencintai istrinya karena kecantikannya, niscaya kecantikan akan punah. Jika seseorang mencintai istrinya karena harta benda yang melimpah, niscaya harta bendanya bisa binasa. Jika seseorang mencintai istrinya karena keturunannya, niscaya keturunanya tidak bisa menyelamatkan dirinya dari kobaran api neraka. Oleh karena itu, cintailah istri, anak, orang tua, kerabat dan teman karena ketaatan kepada Alloh , niscaya cinta itu akan membuahkan balasan kebaikan di dunia dan buah pahala di akhirat kelak.

Buah ranum yang di dapat dari orang yang mencintai karena Alloh adalah mendapatkan naungan pada suatu hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan dari Alloh . Pada hari kiamat matahari akan didekatkan kepada manusia dengan sedekat-dekatnya, merekapun berpeluh ada yang sampai telinga, ada yang sampai lutut, ada juga yang sampai kedua mata kaki. Saking panasnya hingga kumpulan peluh mereka menembus bumi sejauh tujuh puluh hasta. Pada hari itu tidak ada naungan atau memayungi terik panasnya matahari kecuali naungan dari Alloh .

Dari Abu Hurairoh ranhu Katakan “I Love You karena Alloh”  bahwa Nabi Muhammad saw Katakan “I Love You karena Alloh” bersabda:“Tujuh golongan yang mereka dinaungi oleh Alloh di bawah naungan-Nya (naungan arsy-Nya atau naungan yang Alloh ciptakan untuk menaungi hamba-Nya yang dikehendaki-Nya) pada hari tiada naungan selain naungan-Nya: seorang pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Alloh , seorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Alloh ; keduanya berkumpul dan berpisah karena cinta Alloh, seseorang yang diajak zina oleh seorang wanita yang memiliki kecantikan dan kemolekan akan tetapi ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Alloh .’, seorang yang mengeluarkan sedekah lalu menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir kepada Alloh dalam kesendirian sehingga berlinanglah air matanya. (HR. Bukhori dan Muslim)

Syaikh Sholih Utsaimin  rahimahu Katakan “I Love You karena Alloh” berkata, “Maka makna ‘Pada hari tiada naungan selain naungan-Nya’ atau ‘Mereka dinaungi oleh Alloh di bawah naungan-Nya’ adalah naungan yang tak seorangpun mampu mengukurnya pada waktu itu. Karena pada waktu itu tak ada satupun bangunan yang ditegakkan, tak ada tanaman yang ditanam, tak ada pasir yang ditegakkan, tak ada batu-batu yang disusun, semua tidak ada sama sekali. Alloh swt Katakan “I Love You karena Alloh”berfirman, 

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, Maka Katakanlah: “Robbku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali. Tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.” (QS. Thoha [20] : 105-107)
Tak ada sesuatupun yang memayungi seseorang dari terik matahari. Tidak ada bangunan, tidak ada pepohonan, tidak ada bebatuan, dan tidak ada sesuatupun dari semua itu. Akan tetapi Alloh ‘Azza wa Jalla menciptakan sesuatu dengannya Dia menaungi siapa saja yang dikehendaki dari para hamba-Nya pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya. Inilah makna hadits yang sebenarnya dan hadits itu tidak ada makna lain yang demikian ini. Yang menjadi pokok dalam hadits bab ini adalah ungkapan Beliau,

“…Dua orang yang saling mencintai karena Alloh, keduanya berkumpul dan berpisah karena cinta Alloh”. Maksudnya adalah di antara keduanya berproses sebuah cinta. Akan tetapi cinta karena Alloh  bukan cinta karena harta, atau karena kemuliaan, atau karena nasab keturunan atau karena yang lain-lainnya. Akan tetapi, cinta karena Alloh . Engkau melihatnya taat kepada Alloh, menjauhi hal-hal yang diharamkan oleh Alloh, sehingga ia dicintai karena semua ini. Inilah pengertian yang termasuk dalam hadits,’…dua orang yang saling mencintai.” (Syarh Riyadhus sholihin 1/432)
Buah lain yang akan didapat bagi orang yang mencintai karena Alloh adalah Alloh Yang Maha Pengasih dan Penyayang akan mencintainya.
Dari Abu Idris Al-Khaulani , ia berkata, ‘Aku masuk masjid Damaskus. Tiba-tiba aku melihat pemuda dengan gigi seri yang mengkilap yang dikerumuni orang banyak. Jika mereka berbeda pendapat dalam suatu hal mereka mengembalikan perkara itu kepadanya. Mereka meminta pendapatnya. Maka aku bertanya berkenaan dengannya dan dikatakan, ‘Itu adalah Muadz bin Jabal . Keesokan harinya aku datang pagi-pagi sekali ke masjid dan aku dapati ia telah mendahuluiku tiba pagi-pagi di masjid. Aku lihat ia sedang menunaikan sholat. Aku menunggunya hingga selesai menunaikan sholatnya. Aku mendatanginya ke arah depannya. Aku sampaikan salam kepadanya lalu kukatakan, ‘Demi Alloh, aku cinta kepada engkau karena Alloh’. Maka ia berkata, ‘Demi Allohkah? Kujawab, ‘Demi Alloh. Ia menarik ujung selendangku dan menarikku dekat kepadanya, lalu ia berkata, ‘Bergembiralah, sungguh aku telah mendengar Rosululloh  bersabda, ‘Alloh  berfirman: ‘Pasti akan mendapatkan kecintaan dari-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku, saling bergaul karena-Ku, saling mengunjungi karena-Ku dan saling bershadaqah karena-Ku.” (HR. Malik dalam Al-Muwaththa dengan isnadnya yang shahih)
Buah lain yang didapat dari orang yang mencintai karena Alloh adalah manisnya iman artinya bukan manisnya gula atau madu, tetapi manis yang lebih agung dari segala yang manis. Manis yang ditemukan oleh manusia di dalam hatinya. Manis yang agung yang tiada taranya. Ia menemukan kelapangan dalam sanubarinya, kecintaan kepada kebaikan, kecintaan kepada pelaku kebaikan di dalam hatinya. Kebaikan yang tidak diketahui melainkan oleh orang yang sebelumnya belum pernah menemukannya.
  Dari Anas ranhu Katakan “I Love You karena Alloh” dari Nabi saw Katakan “I Love You karena Alloh” bahwa beliau berkata, “Tiga hal yang barangsiapa tiga hal itu ada dalam dirinya, niscaya ia akan mendapatkan manisnya iman; hendaknya Alloh dan Rosul-Nya paling ia cintai daripada selain keduanya, hendaknya mencintai seseorang dengan tidak mencintainya melainkan karena Alloh dan hendaklah merasa benci kembali kepada kekafiran setelah Alloh menyelamatkan dirinya dari kekafiran itu sebagaimana ia benci dirinya akan dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Syaikh Sholih Utsaimin rahimahu Katakan “I Love You karena Alloh” berkata, “Inilah yang pokok. Engkau mencintai seseorang tiada lain karena Alloh , bukan engkau mencintai karena kerabat, bukan karena hartanya, bukan karena kemuliaannya, dan bukan karena sesuatu dari dunia, tetapi engkau mencintai karena Alloh .

Cinta kepada kerabat adalah cinta yang alami. Setiap orang mencintai kerabatnya dengan cinta alami. Bahkan semua macam binatang mencintai anak-anaknya. Engkau sering melihat berbagai macam induk binatang dan serangga mencintai anak-anaknya hingga besar. Lalu para induk mulai mengusir anak-anaknya…

Yang jelas cinta kepada kerabat adalah cinta alamiah. Akan tetapi, jika kerabat engkau adalah orang sholih, maka hendaklah engkau mencintainya di atas sekedar cinta alamiah, engkau mencintainya dengan cinta karena Alloh.” (Syarh Riyadhus sholihin 1/432)

Semoga kita mampu melabuhkan cinta kita kepada orang tua, istri, anak-anak, karib kerabat, dan teman-teman kita karena Alloh swt Katakan “I Love You karena Alloh” semata. Wallohu a’lam

Sumber: islampos.com

[Penting] Panduan Membersihkan Abu Vukanik



Jendela Keluarga: Saat ini Gunung Merapi mungkin masih menunjukkan aktivitasnya, tetapi begitu mereda, saatnya membersihkan abu vulkanik di rumah dan lingkungan. Sebelum membersihkan, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan. Jangan sembarangan sebab abu vulkanik mengandung unsur yang berbahaya bagi tubuh dan lingkungan.

Berikut ini adalah panduan membersihkan abu vulkanik di berbagai tempat di sekitar rumah Anda. Panduan diperoleh berdasarkan informasi International Volcanic Health Hazard Network (IVHHN).

Hal yang harus dilakukan dalam membersihkan abu vulkanik di luar ruangan:

1. Rencanakanlah hari untuk kerja bakti membersihkan abu bersama tetangga atau komunitas Anda. Ingat, koordinasi harus dilakukan.

2. Usahakan untuk berkoordinasi dengan instansi tertentu tentang cara pembuangan abu vulkanik.

3. Selalu pakai masker debu. Jika ada, pakailah masker yang direkomendasikan IVHHN.

4. Pakailah kacamata untuk melindungi mata dari abu vulkanik. Jangan pakai lensa kontak.

5. Basahi abu terlebih dahulu dengan mencipratkan sebelum mengambilnya dengan sekop. Akan tetapi, jangan menambahkan terlalu banyak air.

6. Jangan menyapu abu yang kering. Abu yang tersapu bisa tercampur dengan udara sehingga bisa berbahaya jika terhirup.

7. Kumpulkan abu di kantong plastik yang cukup kuat. Jika ada truk penampung, kumpulkan langsung saja ke truk tersebut.

8. Abu gunung api membuat permukaan menjadi licin. Berhati-hatilah ketika membersihkan abu di tangga ataupun atap.

9. Hindari membuang abu ke talang, selokan, saluran air, ataupun taman. Abu bisa menyumbat saluran air tersebut.

10. Jika abu juga terdapat di talang atau saluran air, maka bersihkanlah.

11. Jangan mencampur abu gunung api dengan sampah lainnya. Abu gunung api bisa merusak truk sampah yang membawa sampah Anda.

12. Ganti pakaian yang telah digunakan untuk membersihkan abu sebelum kembali memasuki rumah.


Hal yang harus dilakukan untuk membersihkan abu vulkanik di dalam ruangan

1. Pastikan bagian luar ruangan sudah selesai dibersihkan sebelum memulai membersihkan bagian dalam ruangan.

2. Pastikan ventilasi yang baik dengan membuka semua pintu dan jendela sebelum memulai membersihkan.

3. Gunakan satu pintu masuk untuk menghindari kontaminasi pada area yang sudah dibersihkan.

4. Jangan lupa untuk tetap menggunakan masker.

5. Tidak perlu mengajak anak-anak dan binatang piaraan selama membersihkan abu vulkanik. Taruh mereka di tempat yang aman.

6. Basahi dulu abu yang menempel di lantai. Setelah itu kumpulkan dalam kantong plastik yang cukup kuat.

7. Jika hendak membersihkan pakaian dan tirai, sedot dulu abu vulkanik dengan vacuum cleaner. Setelah itu, cuci dengan detergen biasa tanpa perlu menggosoknya terlalu keras. Penggosokan akan merusak kain karena partikel abu vulkanik tajam.

8. Bersihkan pakaian sedikit demi sedikit dengan air yang cukup. Pencucian pakaian  memerlukan banyak detergen.

9. Jika ingin membersihkan permukaan berbahan kaca, porselen, enamel, dan permukaan akrilik, gunakan spons atau kain yang sudah dibasahi dengan air campuran detergen. Hindari menggosok, cukup bersihkan dengan cara mengoles. Gosokan membuat permukaan benda itu tergores.

10. Jika ingin membersihkan permukaan kayu yang dipelitur, sedot dulu abu dengan vacuum cleaner. Setelah itu, bersihkan dengan kain basah dengan cara mengoles.

11. Jika ingin membersihkan lantai, basahi dulu abu dan kumpulkan abu ke kantong plastik yang cukup kuat. Setelah itu, pel dengan kain bersih dan basah.

12. Jika ingin membersihkan peralatan elektronik, matikan dulu suplai listrik pada alat tersebut. Setelah itu, bersihkan dengan vacuum cleaner.

13. Jangan menggunakan sikat penyapu lantai dan fan selama membersihkan. Hal itu bisa membuat abu melayang ke udara.

14. Beberapa bulan setelah pembersihan, AC dan filter harus dirawat. Selalau bersihkan kompor dan kulkas, terutama pada saluran udara.

15. Cucilah kain yang digunakan untuk mencuci barang-barang dengan air mengalir. Jangan mengucek atau menggosoknya.

16. Bersihkan ruangan beberapa kali dalam sehari jika cuaca sedang panas.


Sumber: Kompas.com

Friday, February 14, 2014

Tidak Pernah Terlambat Untuk Menikah




Jendela Keluarga: Pernikahan benar-benar merupakan suatu misteri, rahasia Tuhan yang tidak bisa ditebak oleh manusia. Akan menikah dengan siap, menikah di usia berapa, dari mana asal kelahiran sang jodoh, manusia hanya bisa merencanakan dan mengusahakan. Namun keputusan akhir tetap ada pada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Saya pernah berdiskusi dengan seorang teman lelaki yang sampai usia di atas 50 tahun ia belum juga menikah. Ketika saya tanya tentang rencana untuk menikah, dia mengatakan, “Sudah terlalu tua bagi saya untuk menikah. Sudah terlambat”, katanya. Ia memilih untuk membujang dan tidak menikah. Tidak jarang kita jumpai laki-laki atau perempuan yang merasa sudah tua hingga akhirnya memutuskan untuk tidak melaksanakan pernikahan.

Benarkah ada usia yang dikatakan “terlambat” untuk melaksanakan pernikahan? Lalu apa korelasi usia dengan sebuah prosesi pernikahan.

Pertimbangan Usia dalam Pernikahan

Tentu saja ada pengaruh yang kuat antara usia dengan pernikahan. Namun dalam tulisan kali ini, saya hanya fokus pada dua aspek saja, yaitu faktor kebahagiaan dalam hidup dan faktor keturunan.

Pertama, faktor kebahagiaan. Jika menikah di usia yang relatif muda, maka akan bisa merasakan kebahagiaan dalam pernikahan yang lebih kuat dan lebih lama. Fitrah manusia adalah berpasangan. Agama memberikan jalan yang sah untuk mengikat kecenderungan berpasangan ini, dengan jalan pernikahan. Dengan pernikahan, maka berbagai fitrah kemanusiaan kepada pasangan hidup bisa tersalurkan secara benar dan bertanggung jawab.

Kehidupan manusia akan lebih mencapai keseimbangan dan kestabilan, apabila fitrah berpasangan ini disalurkan secara benar. Dengan menikah, hidup akan seimbang lahir dan batin, jasmani dan ruhani. Kebahagiaan manusia akan terasa berkurang, di saat mereka mencapai sukses besar dalam hidup, namun belum ada pasangan yang mendampinginya. Pasangan hidup inilah yang menggenapkan kebahagiaan dan memastikan tercapainya rasa bahagia secara optimal dalam kehidupan manusia.

Kedua, faktor keturunan. Salah satu tujuan pernikahan adalah untuk mendapatkan anak atau keturunan. Tentu ada sangat banyak resiko, jika melahirkan anak di atas usia empat puluh tahun, apalagi kalau di atas limapuluh tahun. Idealnya, melahirkan anak itu pada rentang usia duapuluh tahun, hingga usia tigapuluh tahun, sebelum mencapai usia empatpuluh. Dengan demikian, pernikahan pada usia di atas limapuluh tahun, tentu tidak lagi bertujuan untuk mendapatkan keturunan dari pernikahan tersebut.

Sangat bagus apabila perempuan bisa menikah di usia duapuluhan –kepala dua—agar bisa mendapatkan anak dalam usia ibu yang masih muda. Pernikahan di bawah usia duapuluh tahun, tentu boleh saja dilakukan, selama sudah memiliki kematangan psikis. Jika belum memiliki kesiapan dan kematangan mental, akan sangat banyak problem dalam keluarga, disebabkan mereka belum dewasa secara kejiwaan. Banyak konflik yang bisa muncul akibat ketidakdewasaan menghadapi persoalan keluarga.

Pernikahan di Usia Tua

Tidak masalah menikah di usia tua, karena usia bukan penghalang untuk melaksanakan pernikahan. Jika di masa muda ada hal-hal yang membuat seseorang terhalangi untuk melaksanakan pernikahan, janganlah hal itu membuatnya menjadi bersikap vatalis dengan memutuskan tidak mau menikah sama sekali. Mungkin ada yang beralasan karena sudah terlalu tua, padahal usianya belum sampai 90 atau 100 tahun…

FItrah manusia untuk menyalurkan hasrat kepada pasangan hidup, harus dibingkai dalam pernikahan yang sah menurut agama dan negara, supaya bisa mendapatkan kebahagiaan yang optimal. Jika fitrah tersebut disalurkan secara sembarangan, tanpa pernikahan, akan memunculkan banyak masalah dan bahkan penyakit. Jadi walaupun sudah berusia tua, menikah bukanlah suatu hal yang aib.

Di zaman sekarang ada banyak pasangan yang menikah di usia yang sudah tua. Ted Parsons dan Jean Reed adalah contoh pasangan yang menikah di usia yang sudah tua. Mereka menjadi pengantin baru di usia sembilan puluhan tahun. Ted (98 tahun) dan Jean (90 tahun) tercatat sebagai pasangan paling tua di Inggris yang melangsungkan pernikahan. Namun rekor dunia untuk pasangan menikah tertua di dunia masih dipegang oleh pasangan Lillian Hartley dan Allam Marks. Lillian berusia 95 tahun dan Allam berusia 98 tahun saat mengikat janji pernikahan.

Membicarakan masa-masa sebelum menikah, Ted menjelaskan bahwa mereka biasa pergi berdua namun tidak romantis karena sudah sama-sama tua. “Jika aku harus berlutut untuk melamarnya, mungkin aku butuh bantuan untuk berdiri lagi,” ungkap Ted bercanda.

Ted pertama kali bertemu dengan Jean 20 tahun lalu di New Malden dan kini mereka memutuskan untuk menikah dengan menggelar upacara sederhana. Ted dan Jean mengenakan pakaian resmi sama-sama memakai tongkat, berjalan bergandengan diiringi Andrew, anak bungsu Ted.

Setelah resmi menjadi suami istri kini mereka berencana bulan madu ke wilayah pantai utara dengan mengendarai mobil. Ted sendiri hanya punya jatah perpanjangan 3 tahun untuk SIM-nya. “Saya akan menjaga Jean seumur hidupku dan dia pun akan merawatku,” ucap Ted.

Upacara Pernikahan di Usia 103 Tahun

Ada lagi kisah upacara pernikahan pada usia yang sudah di atas 100 tahun. Hal ini menandakan, bahwa pernikahan yang sah bisa dilakukan oleh siapa saja yang menghendakinya. Tidak pandang usia.

Di usia 103 tahun, Jose Manuel Riella menggelar upacara pernikahan bersama sang istri tercinta, Martina Lopez (99 tahun). Bagi pasangan asal Paraguay ini, usia tidak menjadi halangan untuk menyelenggarakan sebuah upacara pernikahan. Keduanya sudah menikah melalui catatan sipil, namun mereka ingin menyelenggarakan upacara pernikahan secara keagamaan. Pasangan yang telah menikah selama 80 tahun tersebut menggelar prosesi pernikahan secara agama, setelah mendapat desakan dari delapan anak mereka.

“Anak-anak saya ingin kami menikah. Mereka mengatakan kepada saya bahwa ini yang mereka inginkan,” ujar Lopez seperti dilansir kantor berita Reuters. Saat ini, Lopez dan Riella telah memiliki 50 cucu, 35 cicit, dan 20 buyut. 

Waw, luar biasa semangat hidup mereka. Walaupun sudah berusia lanjut, namun melaksanakan pernikahan dengan prosesi keagamaan tetap mereka lakukan, demi mendapatkan ketenangan dalam hidup.

Jadi, memang tidak pernah terlambat untuk menikah…..

Oleh: Ustd. Cahyaddi Takariawan

Sumber: kompasiana.com/PakCah

Update Status Cinta Anda Sekarang Juga !

Jendela Keluarga: Rutinitas harian senantiasa menggerus romantis antar suami istri. Yang dahulu bergelojak hebat penuh dendang cinta, saat ini menjadi biasa saja. Jika dahulu dunia serasa milik berdua, maka bukan tidak mungkin saat ini rumah berasa ‘neraka’.  Salah satu buktinya bisa kita lihat di pagi hari, saat kesibukan mempersiapkan anak-anak sekolah.  Tampaknya  semua sepakat untuk menciptakan suasana menegangkan di awal pagi. Semua menginginkan untuk keluar rumah dengan kondisi yang terbaik. Detak jantung seolah berlomba dengan jarum jam untuk segera menuju angka tujuh. Maka keberkahan pagi hari sering tak membuahkan mesra sama sekali.

Di ujung hari suasana tak jauh berbeda. Sepulang kerja segunung lelah selalu melanda. Sang suami yang menuntut sambutan yang layak bak pangeran pulang dari peperangan  menaklukan negeri musuh, ternyata tak mendapatkan impiannya. Sang istri merasa lelah bukan kepalang sehabis menjaga anak-anak seharian yang selalu menciptakan kehebohan-kehebohan baru yang dilakukan. Karenanya, tak ada pelukan mesra dari istri yang harum mewangi. Sungguh kesan yang buruk untuk menutup hari. Liburan akhir pekan seringkali menjanjikan untuk dipenuhi agenda romantis bersama pasangan. Namun nyatanya banyak terlupakan dengan serangkaian agenda lemburan atau aktifitas suami ‘hangout’ bersama teman-teman kantor membuang kepenatan dunia kerja.

Gambaran di atas bukan kisah fiksi, namun nyata terjadi dalam keseharian kita. Sungguh sebuah rutinis yang membunuh cinta. Ya sadar atau tidak, kekacauan teknis setiap hari akan menggerus romantis antara suami istri.  Kelelahan yang di dapat setiap hari akan membuat agenda romantis suami istri menjadi kalah terengah-engah. Pada kondisi seperti inilah perlu kesadaran akan pentingnya ‘mengupdate’ status cinta Anda dan pasangan. Ini bukan tips hebat atau gila-gilaan yang membutuhkan biaya besar, namun kali ini ‘sekedar’ berbagi mesra lewat ungkapan cinta. Jika ungkapan ini mudah terucap dari lisan kita, niscaya kemesraan itu akan semakin nyata, bahkan bertambah sedemikian rupa, berbunga-bunga.

Mengapa perlu mengupdate status cinta ? Mengapa harus ada ungkapan cinta yang setiap saat harus kita menghiasi hari-hari kita ?  Mari kita awali dengan sebuah keyakinan ; sungguh setiap wanita membutuhkan pengakuan lebih tegas dan lugas tentang cinta suaminya. Tidak cukup dengan perhatian yang diberikan atau timbunan hadiah di dalam kamar, namun itu semua belumlah cukup selama belum mendengar satu dua kata yang memproklamasikan cinta sang suami.

Syariat Islam yang indah melihat pernyataan cinta adalah sebuah anjuran secara umum kepada saudara seiman, apalagi dengan para istri, tentu mempunyai tingkat pahala yang lebih jauh lagi. Dari Miqdad bin Ma'ad ra, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengajarkan : Apabila seorang mencintai saudaranya, hendaklah ia memberitahu kepadanya bahwa ia mencintainya (HR Tirmidzi dan Ahmad  dengan isnad shahih.) Memberitahukan kecintaan kepada seorang sahabat adalah anjuran Islam untuk mengekalkan ukhuwah. Lalu apa yang membuat ragu para suami untuk memproklamirkan cinta, mengupdate status cintanya kepada istri ?

Mari sejenak mengampil inspirasi dari rumah tangga nabi yang mulia, bagaimana pernyataan cinta begitu dibutuhkan. Adalah Muhammad Qutb dalam bukunya Aisyah, Guru Teladan Kaum Pria, menceritakan bahwa Aisyah ra, bila bertanya pada Rasul,  selalu dengan nada canda. Suatu ketika Aisyah ra bertanya, : “ Bagaimana cintamu padaku ? “. “Bagai untaian tali ! “, jawab sang Rasul. “ Bagaimana untaian itu ya Rasul ? “ Rasulullah menjawab : “ Ia dalam keadaan semula “.  Dalam keadaan semula, itu berarti tidak pernah berkurang karena ditelan zaman dan ketuaan. Begitulah update status cinta Rasulullah SAW yang segera membuat ibunda Aisyah tersipu malu.

Kita lihat begitu lugasnya ibunda Aisyah dalam menuntut pernyataan cinta Rasulullah SAW, suami dan manusia termulia. Ibunda Aisyah membutuhkan kejelasan dan jaminan ketenangan dengan ucapan cinta yang keluar dari lisan suami pujaan hatinya itu. Bukan meragukan atau tak percaya, namun lebih untuk menenangkan hati dan menjaga mesra. Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan, memberikan penyataan dan ungkapan cinta yang sugguh penuh ketulusan.

Maka bagi para suami hendaknya tak ragu dan tak segan untuk mengungkapkan kecintaannya dengan lugas, karena pengakuan tulus itulah yang membuat para istri lebih tenang menapaki kehidupannya. Keyakinan keberadaan  sosok suami yang siap mencintai sepenuh hati, bagi para istri adalah modal besar untuk mengarungi bahtera kehidupannya lebih jauh lagi. Maka sampaikanlah pernyataan cinta Anda dengan bahasa sederhana yang paling Anda suka, entah bergaya barat “ i love you”, atau “ you my tenderlove”, atau yang bergaya kraton “ aku trisno marang sliromu “, atau boleh juga bergaya anak negeri tahun 80-an : “aku cinta kamu” dan sebagainya.  Susunlah kata dan ungkapan terbaik yang Anda bisa, nyalakan dengan ketulusan yang Anda punya, lalu biarkan deretan kata-kata indah itu meluncur begitu saja merasuki hatinya. Mungkin lidah akan serasa kelu di awal mencoba, teruskan saja toh tidak ada sutradara yang akan berteriak “ cut “ memotong mesra Anda.

Segera update status cinta Anda. Lakukan hari ini atau Anda membuang kesempatan pahala di awal pagi. Berikan kejutan untuk istri Anda, pada saat-saat yang menegangkan di pagi hari misalnya, atau waktu-waktu yang tak terduga. Bisa dengan bisikan lembut disebelah telinga, atau untaian kata-kata sambil mata saling berpandangan, atau sekedar sederet kata via sms harian yang dirindukan. Yakinlah, sepanjang apa yang anda sampaikan benar-benar berawal dari ketulusan hati, maka efek yang dihasilkan sungguh akan luar biasa. Hati pasangan Anda akan tergetar dan membumbung tinggi ke atas awan. Satu point untuk anda hari ini. 
Selamat !
 
http://www.indonesiaoptimis.com/

*artikel dimuat dalam rubrik inspiring romance pada Majalah Embun Lazis Jateng

Thursday, February 13, 2014

Hal yang Perlu dihindari di Usia Muda


Jendela Keluarga: Usia 20 Tahunan adalah usia transisi paling penting dalam hidup kita. Perpindahan gejolak dari era sekolahan ke era karir, menuntut  kita untuk cepat beradaptasi dengan perubahan yang ada. Keputusan yang kita ambil saat ini – diusia 20 tahunan – tidak hanya berpengaruh untuk jangka panjang saja, tapi juga untuk masa depan kita jauh kedepan.

Apakah anda ingin membuat usia 20 tahunan anda menjadi usia monumental untuk membuat sebuah perubahan dalam hidup anda? Ataukah anda ingin bersenang senang dan membiarkannya berlalu begitu saja? Apapun pilihannya, semua tergantung anda.

Tapi satu yang pasti, usia 20 tahunan adalah usia yang sangat krusial, setiap rencana yang anda tulis, setiap keputusan yang anda buat dan setiap langkah yang anda pilih, akan berpengaruh jauh ke masa depan anda.
Berikut ini hal-hal yang seharusnya tidak anda lakukan ketika berusia 20 Tahunan.

1. Bekerja Hanya untuk Uang, Bukan Membangun Impian

Jangan pernah mencari kenyamanan anda ketika masih muda. Masa muda harusnya anda gunakan untuk mencari tantangan sebanyak mungkin, membangun road map menuju cita cita yang anda impikan.

Terkadang pekerjaan dengan tawaran gaji yang cukup besar menghampiri, tapi permasalahannya adalah apakah anda benar benar menikmati pekerjaan yang akan anda geluti itu?

Sebagai contoh jika anda seorang sarjana seni, apakah anda akan menerima pekerjaan sebagai seorang akuntan dengan gaji yang besar? Padahal jelas-jelas bahwa dunia akuntansi bukanlah dunia anda.

Ok, mungkin di hari ini pekerjaan sebagai seorang seniman masih tidak menghasilkan apa-apa, dan pekerjaan sebagai akuntan dapat langsung mendatangkan pendapatan bulanan, tapi apakah anda yang seorang seniman mampu membohongi diri selamanya dengan bekerja sebagai seorang akuntan?

Jika John Lennon memutuskan untuk bekerja di pabrik daripada terus-menerus bermain musik tanpa di bayar di awal karirnya, akankah The Beatles ada saat ini?
Kembali lagi, semua ini masalah proses. Nikmatilah prosesnya.

2.    Tergesa-Gesa Dalam Jatuh Cinta

Mungkin bagi anda yang baru saja lulus dari dunia kampus, pasti mulai berinisiatif bahwa inilah saatnya mencari tambatan hati yang tepat untuk menjalin rumah tangga bersama. Toh orang tua anda pun juga mendukung langkah anda ini. Apalagi jika undangan sweet seven teen telah lama berganti menjadi undangan pernikahan dari beberapa kolega dekat kita.

Permasalahannya apakah anda akan langsung mengumbar cinta anda begitu bebas dari dunia perkuliahan dan mulai meniti jenjang karir?

Alih-alih fokus mengejar tambatan hati yang tepat, lebih baik kita fokus untuk memperbaiki kualitas diri.
Percayalah, lelaki yang baik akan selalu diperuntukkan untuk wanita yang baik pula.

3.    Tetap Kekanak-Kanakan

Diusia peralihan awal 20 tahunan, sering kali kita masih terlihat “kekanakan” dihadapan rekan kerja kita yang lebih tua. Kita masih sering becanda tidak pada tepatnya hingga masih mengedepankan ego daripada professionalitas.

Being child like is good, seperti halnya anak kecil yang selalu ingin belajar banyak hal dan kreatif. But being childish? NO! Bukan sebuah kebanggan lagi di usia anda jika apa-apa masih minta sama orang tua.

Real man use three pedals??? NO!
Real man pakai mobil yang dia beli dengan keringatnya sendiri.

4.    Family  Comes Second

Kita tahu bahwa di usia 20 tahunan adalah usia dimana kita sedang semangat-semangatnya mengejar karir kita. Tapi ingat, jangan pernah lupakan bahwa dibalik kesuksesan anda selalu ada keluarga yang mendukung. Jangan pernah menomor duakan mereka. Anggaplah kehidupan keluarga anda saat inilah adalah sebagai ajang latihan sebelum anda membangun rumah tangga anda dikemudian hari.

Satu lagi yang ingin saya share di poin ini. Anda tahu apa beda The Boy dengan The Man ?

“The Boy comes home cause he need his mommy for giving him some money. The Man comes home cause he knew that he cares of his mommy.”

5.    Tetap di Pekerjaan yang Tidak Mengajarkanmu Apa-apa

Pernah membaca cerita tentang persahabatan antara Ayam dan Elang ? Pekerjaan yang terasa nyaman dan tanpa tuntutan tidak akan membuat anda belajar apa-apa. Menjebak anda dalam sebuah kenyamanan semu yang sepertinya enak, padahal lambat laun kreativitas anda akan tergerus karena tidak terbiasa dengan berbagai macam tantangan yang baru. Hal ini mungkin akan membuat senang anda di hari ini, tapi di kemudian hari ketika kreativitas anda sudah tidak terlatih lagi? Tidak ada salahnya pergi mencari pekerjaan baru yang akan mengajarkan anda banyak hal. Sebelum keadaan membuat anda terlalu nyaman tanpa belajar apa-apa.

6.    Ikut-ikutan Trend

Anda boleh meyadari tren apa saja yang berkembang hari ini, tapi jangan pernah terlalu fokus untuk mengikuti suatu tren tersendiri. Jika anda anda menghabiskan sebagian besar waktu anda hanya untuk mengikuti tren tertentu saja, kapan anda akan fokus untuk menciptakan tren anda sendiri?
Ingat! Mereka yang sukseslah yang menciptakan tren itu, bukan para pengikutnya.

7.    Selesai Belajar

Kita tahu, kita sudah muak dengan program 12 tahun wajib belajar + 4 tahun kuliah (itupun kalau tidak ngaret). Sudah saatnya kita menutup buku pelajaran dan fokus bekerja untuk mencari uang. Tapi apakah itu benar?

Mereka yang sukses tidak pernah berhenti belajar dan belajar tidak harus di bangku kelas. Dunia ini penuh permasalahan yang sangat menarik untuk dipelajari jika kita mampu memahaminya.

Ingat, wajib belajar bukan hanya 12 tahun + 4 tahun kuliah. Wajib belajar adalah seumur hidup!

Manfaatkan sebaik mungkin usia 20 Tahunan anda, karena apapun keputusan yang anda ambil hari ini, akan berdampak jauh ke masa depan anda,
“Age is just number, Young is forever and Mature is character” –