PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERBASIS KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS 1 SD JUARA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN
2011/2012
Aris Nurkholis1
1 Guru Matematika, SD Juara Yogyakarta
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa pada pokok bahasan bangun datar
sederhana melalui penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran matematika
berbasis kontekstual. 2) Mendeskripsikan
respon siswa terhadap metode pembelajaran yang diimplentasikan. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode tindakan kelas yang bersifat mendiskripsikan data
dan menginterpretasikan data. Sampel penelitian adalah siswa kelas 1 SD Juara
Yogyakarta pada tahun ajaran 2011/2012. Sampel diambil dengan teknik purposive
sampling. Data dikumpulkan dengan
pedoman observasi, tes dan pedoman wawancara, dan dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan 1) Penerapan
penilaian portofolio dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Terjadi peningkatan perolehan hasil belajar siswa sebesar 5,7%
pada kompetensi kognitif siswa (dari skor rata-rata sebesar 72,6 dengan
kualifikasi baik pada siklus I menjadi sebesar 76,8 dengan kualifikasi baik
pada siklus II), sebesar 16,42% pada kompetensi afektif siswa (dari skor
rata-rata sebesar 69,4 dengan kualifikasi cukup baik pada siklus I
menjadi sebesar 80,8 dengan kualifikasi baik pada siklus II), 2) Respon
siswa terhadap penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran matematika
berbasis kontekstual adalah sangat positif.
Kata kunci: penilaian
portofolio, kontekstual, prestasi belajar.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia
seutuhnya. Hal tersebut merupakan tujuan pendidikan yang menjadi tanggung jawab
profesional setiap guru. Sebagaimana tujuan pendidikan yang tertuang dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yaitu pendidikan
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggungjawab.
Tujuan pendidikan yang diharapkan tersebut bukanlah suatu proses
yang mudah dan cepat tetapi diperlukan sarana yang tepat serta waktu yang cukup
panjang. Tujuan pendidikan tersebut akan sulit tercapai apabila orientasi
pendidikan memiliki kecenderungan memperlakukan siswa sebagai obyek pembelajaran, guru berfungsi
sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktrinator, materi bersifat
subject-oriented, dan manajemen bersifat sentralistis. Pendidikan yang demikian
menyebabkan praktik pendidikan mengisolir diri dari kehidupan riil yang ada di
luar sekolah, kurang relevan antara apa yang diajarkan dengan kehidupan
sehari-hari, terlalu terkonsentrasi pada pengembangan intelektual yang tidak
berjalan dengan pengembangan individu sebagai satu kesatuan yang utuh dan
berkepribadian (Sutarto Hadi, 2003:1). Dilihat dari kegiatan siswa selama
berlangsungnya pembelajaran, Stahl cit. Supinah (2008:1) mengungkapkan bahwa
pada pembelajaran konvensional atau tradisional siswa cenderung bekerja untuk
dirinya sendiri, mata ke papan tulis dan penuh perhatian, mendengarkan guru
dengan seksama, dan belajar hanya dari guru atau bahan ajar, sehingga siswa
pasif. Hal ini mengidentifikasikan bahwa dalam pembelajaran di sekolah guru
masih menggunakan cara-cara tradisional atau konvensional.
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan selama 6 bulan
(bulan Juli sampai Desember 2011) pada saat pembelajaran matematika di SD Juara Yogyakarta,
ditemukan bahwa siswa kelas 1
memiliki karakter gaya belajar kinestetik. Hal ini terlihat anak-anak lebih
suka atau senang belajar ketika guru mengajarkan matematika dengan banyak
melakukan aktifitas/kegiatan. Sedangkan ketika guru mengajarkan matematika
dengan hanya menerangkan di depan kelas, terlihat siswa tidak memperhatikan
guru dalam menjelaskan materi namun siswa lebih cenderung untuk melakukan
aktifitas lain, jalan-jalan, bermain dengan teman-temannya bahkan hingga sampai
siswa keluar-masuk kelas. Dampak implementasi pembelajaran
yang bernuansa konvesional tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada
pelajaran matematika yang masih sangat rendah, di mana ketuntasan klasikal yang
dicapai oleh siswa kelas I pada semester 1 tahun ajaran 2011/2012 kurang dari 80% dengan nilai rata-rata kelas
sebesar 6,50.
Agar proses belajar siswa tidak hanya berorientasi pada pengembangan aspek
kognitif saja tetapi juga berorientasi pada aspek afektif dan psikomotor maka
perlu kiranya dikembangkan suatu penilaian yang mengarah pada pencapaian tujuan
tersebut.
Hasil observasi menunjukan bahwa siswa-siswa kelas
1 SD Juara Yogyakarta memiliki gaya belajar kinestetik. Siswa masih menganggap
bawa belajar hanya bermain, bernyanyi, menggambar, dan mewarnai. Hal ini
seperti apa yang dilakukan ketika masih berada di bangku Playgroup atau TK 1,
TK 2. Sehingga siswa belum bisa belajar fokus dan konsentrasi didalam ruang
kelas. Siswa lebih senang belajar dengan banyak melakukan aktifitas /kegiatan
atau banyak banyak melibatkan aktifitas gerak tubuh. Disisi lain guru matematika
masih menerapkan penilaian konvensional yang mana hasil belajar siswa dinilai
berdasarkan kemampuan siswa pada penguasaan bahan yang diujikan dalam bentuk
tes dan tanpa memberikan umpan balik dari hasil tes tersebut. Guru cenderung hanya
memperhatikan penilaian yang berorientasi pada
penguasaan materi secara kognitif saja dan kurang memperhatikan aspek afektif
dan psikomotor.
Berdasarkan
semua permasalahan yang terungkap tersebut maka perlu diupayakan
pengimplentasian suatu perspektif penilaian baru yaitu penilaian portofolio
yang diterapkan dalam pembelajaran matematika sebagai upaya meningkatan
kompetensi dasar siswa. Dalam KTSP, penilaian portofolio menjadi salah satu kewajiban untuk
dilakukan guru di kelas. Portofolio merupakan catatan atau kumpulan hasil karya
siswa yang didokumentasi secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk
tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaan guru, catatan
hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan
kegiatan siswa, dan karangan yang dibuat siswa (Rusoni, 2001). Menurut
Surapranata dan Hatta (2004), portofolio diartikan sebagai kumpulan karya atau
dokumen siswa yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil
selama proses pembelajaran, digunakan oleh guru dan siswa untuk menilai dan
memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa dalam mata
pelajaran tertentu. Sedangkan menurut Suherman (2007) mendefinisikan portofolio sebagai kumpulan bukti fisik
kinerja (individu atau kelompok) sebagai data otentik dari aktivitas yang
dilakukan. Lee (2005) menjelaskan bahwa portofolio adalah kompilasi bukti
menunjukkan kemajuan akademik, prestasi, ketrampilan, dan sikap. Ditambahkan
bahwa bukti pada portofolio dikoleksi pada periode tertentu.
Pranata (2004) menyatakan bahwa penilaian portofolio
mampu menghargai siswa sebagai individu yang dinamis, aktif mengkonstruksi
pengetahuan sesuai dengan pengalamannya yang spesifik. Di samping itu,
penilaian portofolio memandang bahwa penilaian merupakan bagian utuh dari
belajar, sehingga pembelajaran dilaksanakan dengan cara memberikan tugas-tugas
yang menuntut aktivitas belajar yang bermakna serta menerapkan apa yang
dipelajari dalam konteks nyata. Penilaian portofolio dapat
memperlihatkan kemampuan siswa dalam memanfaatkan berbagai sumber belajar serta
mengkreasikan pengertian mereka sendiri tentang sesuatu tema. Selain itu
penilaian portofolio juga dapat membantu siswa dalam merefleksi diri,
mengevaluasi diri, dan menentukan tujuanbelajarnya. Dengan demikian penilaian
portofolio dapat menilai belajar siswa secara menyeluruh baik aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotor.
Banyak
penelitian tentang portofolio memberikan bukti-bukti yang meyakinkan mengenai
keefektifan dan keotentikan implementasi portofolio dalam pengajaran matematika
pada tahun-tahun pertama. Rivard (dalam Santyasa, 2003) menyatakan bahwa
penulisan tugas-tugas seperti membuat ringkasan, merumuskan penjelasan, dan
menganalisis fenomena matematika dapat meningkatkan belajar siswa. Di samping
itu, dia juga menyatakan bahwa dari 88% siswa yang ditugasi membuat rumusan
penjelasan fenomena alam sehari-hari dalam suatu laporan tertulis dapat
meningkatkan belajar matematika. Para siswa yang terklasifikasi pada tingkatan
rata-rata dan di bawah rata-rata kelas menyatakan bahwa dengan menulis membuat
mereka berpikir tentang apa yang mereka pelajari, ketimbang hanya menghafalkan
materi untuk sebuah ujian. Para siswa yang menggunakan bahasa sehari-hari untuk
menjelaskan konsep-konsep ilmiah pada suatu topik tertentu dapat meningkatkan
minat mereka terhadap topik tersebut. Menggunakan portofolio juga dapat
memperbaiki sikap para siswa dalam belajar matematika.
Salah
satu model pembelajaran yang cocok untuk menerapkan penilaian portofolio
adalah model pembelajaran kontekstual.
Model pembelajaran ini memberikan peluang yang sama dengan penilaian portofolio
yaitu pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas kelas yang berpusat pada
siswa dan memungkinkan siswa belajar memanfaatkan berbagai sumber belajar yang
tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Dalam model
pembelajaran kontekstual guru adalah fasilitator pembelajaran
dan manajer lingkungan belajar. Jadi Pengajaran dan
Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan
isi materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata. Selain itu juga memotivasi
siswa untuk menghubungkan pengetahuan pengetahuan yang diperoleh dan
penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, sebagai warga masyarakat
dan sebagai tenaga kerja nantinya (US Department of Education and the National
School-to-Work Office, 2001).
Saat ini banyak sekolah di Amerika Serikat yang mengadopsi
prinsip-prinsip CTL. Sebenarnya konsep pembelajaran kontekstual bukan konsep
baru. Konsep ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 1916 oleh John Dewey,
yang mengetengahkan kurikulum dan metodologi pengajaran sangat erat hubungannya
dengan minat dan pengalaman siswa. Proses belajar akan sangat efektif bila
pengetahuan baru diberikan berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang sudah
dimiliki siswa sebelumnya dan ada hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya
(pengalam nyata). Selanjutnya diikuti oleh Katz (1981) dan Howey & Zipher
(1989). Ketiga pakar terakhir ini menyatakan bahwa program pembelajaran
bukanlah sekedar deretan satuan pelajaran. Agar pembelajaran menjadi efektif,
guru harus menjelaskan dan mempunyai pandangan yang sama tentang beberapa
konsep dasar seperti peran guru, hakikat pengajaran dan pembelajaran, serta misi
sekolah dalam masyarakat. Apabila guru menyepakati bahwa ketiga konsep tersebut
bermuara pada Contextual Teaching and Learning, barulah Contextual
Teaching and Learning akan berhasil baik.
Keberhasilan implementasi model kontekstual telah banyak ditemukan. Wasis (2006) dalam penelitiannya menemukan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kontekstual, pembelajaran menjadi berpusat kepada siswa.
Sebagian besar waktu pembelajaran digunakan oleh siswa untuk membangun
pengetahuannya sendiri melalui berbagai kegiatan, antara lain: praktikum,
diskusi, presentasi, mengerjakan LKS atau tugas-tugas lain, membaca untuk
menemukan konsep atau kalimat-kalimat kunci. Peran guru dalam bentuk
pembimbingan tetap dibutuhkan selama kegiatan-kegiatan tersebut, tetapi lebih
bersifat fasilitator bukan decision maker. Dalam model
pembelajaran Kontekstual memungkinkan
guru dapat menerapkan penilaian portofolio, karena fase-fase dalam model pembelajaran kontekstual dapat
digunakan sebagai alat dan bahan dari portofolio siswa.
Fokus
permasalahan yang dicari jawabannya melalui penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut 1) Apakah implementasi penilaian portofolio dalam pembelajaran matematika
berbasis kontekstual dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan bangun sederhana? 2) Bagaimana respon siswa terhadap implementasi penilaian
portofolio dalam pembelajaran matematika berbasis kontekstual?
Metode Penelitian
Penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas yang melibatkan 25 siswa kelas I SD
Juara Yogyakarta pada semester 2 tahun ajaran 2011/2012. Penelitian
ini dilaksanakan dalam dua siklus pembelajaran, yang tiap siklusnya terdiri
dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan,
(3) observasi dan evaluasi, dan (4) refleksi. Masing-masing siklus dilaksanakan
dalam dua kali
pembelajaran dan satu kali pelaksanaan tes akhir tindakan.
Data
yang dikumpulkan adalah 1) data hasil belajar siswa yang meliputi kompetensi kognitif,
dan komptensi afektif, dikumpulkan
dengan lembar kerja
(LK), kuis, pekerjaan rumah (PR), dan tes (ulangan harian) dan lembar
observasi, dan 2) data respon siswa terhadap model yang di implementasikan dikumpulkan dengan pedoman wawancara. Data
dianalisis secara deskriptif, dengan krieteria kerberhasilan terjadi
peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Data respon siswa
dianalisis secara deskriptif dengan kriteria keberhasilan adalah respon
siswa minimal berkategori postif.
Hasil
Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas I SD Juara Yogyakarta dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang. Materi pelajaran yang
dipelajari siswa di kemas dalam dua siklus pembelajaran, dan tiap siklus
dirinci menjadi tiga kali
pertemuan. Tiap pertemuan dilaksanakan tiga
kali dalam seminggu, dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran tatap muka dan 1 jam pelajaran tatap muka.
Di
awal proses pembelajar, guru yang berkolaborasi dengan peneliti terlebih dahulu
menyampaikan bahwa kegiatan pembelajaran di kelas pada pokok bahasan Bangun Datar Sederhana yang
dilaksanakan dengan menggunakan penilaian portofolio melalui model pembelajaran
kontekstual. Guru menyampaikan tentang model
penilaian yang akan dilaksanakan selama proses pembelajaran mencakup dua aspek penilaian penilaian
kompetensi kognitif, dan kompetensi afektif
dengan menggunakan penilaian portofolio. Guru selanjutnya menyampaikan gambaran
umum tentang penilaian portofolio dan jenis tagihan yang akan dijadikan sebagai
portofolio siswa. Tagihan yang akan dijadikan sebagai portofolio siswa untuk
kompetensi kognitif, yaitu berupa laporan hasil mengerjakan LK, pekerjaan rumah
(PR), kuis dan tes tertulis. Tagihan
untuk kompetensi afektif, yaitu berupa hasil observasi guru terhadap afektif
siswa selama proses pembelajaran yang berkaitan dengan kerjasama siswa dalam
kelompok, antusiasme siswa dalam bertanya, antusiasme siswa dalam menjawab
pertanyaan.
Kegiatan
pembelajaran yang dilakukan disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran
kontekstual. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut. Pertama; mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya.
Kedua; melaksanakan sejauh mungkin
kegiatan inkuiri untuk semua topik.
Ketiga; kembangkan sifat ingin
tahu siswa dengan bertanya.
Keempat; menciptakan masyarakat
belajar.
Kelima; menghadirkan model sebagai
contoh pembelajaran.
Keenam; melakukan refleksi di akhir
pertemuan.
Ketujuh; melakukan penilaian yang
sebenarnya dengan berbagai cara.
Dalam
setiap proses pembelajaran di masing-masing siklus, siswa belajar menggunakan
media berupa lembar kerja (LK) yang difasilitasi oleh guru. LK tersebut, dapat
dijadikan sebagai penuntun siswa selama proses pembelajaran di kelas. Guru
kemudian menyampaikan tentang model pembelajaran yang akan digunakan selama
proses pembelajaran, yaitu model pembelajaran kontekstual. Dengan menggunakan setting kelas kooperatif dan fleksibel, serta proses pembelajaran dapat dilakukan di luar kelas. Guru
selanjutnya membantu siswa untuk membentuk kelompok dengan batasan jumlah
anggota minimal 3 orang dan
maksimal 4 orang yang
heterogen baik dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademik. Dari jumlah
siswa kelas I sebanyak 25 orang,
terbentuk 8 kelompok
yang terdiri atas 7 kelompok
beranggotakan 3 orang dan 1 kelompok beranggotakan 4 orang.
Data kompetensi kognitif siswa yang diperoleh dari hasil observasi dan
evaluasi pada siklus I yang diperoleh dari data nilai rata-rata portofolio
siswa yang mencakup LK, PR, kuis pada tiap pertemuan dan tes ulangan harian di
akhir siklus, diperoleh nilai rata-rata kognitif siswa (X) sebesar 72,6 dan
standar deviasi (SD) sebesar 7,08. Berdasarkan kriteria
penggolongan yang telah ditetapkan maka kompetensi kognitif siswa kelas I SD
Juara Yogyakarta pada siklus
I berada pada kategori baik .
Data
kompetensi afektif siswa yang diperoleh dari hasil observasi dan evaluasi
siklus I memiliki rata-rata afektif siswa (X) sebesar 69,4 dan standar deviasi (SD) sebesar 5,3. berada pada kategori cukup baik sesuai dengan
kriteria penggolongan yang telah ditetapkan.
Data
kompetensi kognitif siswa yang diperoleh dari hasil observasi dan evaluasi pada
siklus II yang diperoleh dari data nilai rata-rata portofolio siswa yang
mencakup LK, PR, kuis pada tiap
pertemuan dan tes ulangan harian
di akhir siklus, diperoleh nilai rata-rata kognitif siswa (X) sebesar 76,8 dan standar deviasi (SD) sebesar 6,4. Berdasarkan kriteria penggolongan
yang telah ditetapkan maka kompetensi kognitif siswa kelas I SD Juara
Yogyakarta pada siklus
II berada pada kategori baik .
Data
kompetensi afektif siswa yang diperoleh dari hasil observasi dan evaluasi
siklus II memiliki rata-rata afektif siswa (X) sebesar 80,8 dan standar
deviasi (SD) sebesar 4,8. berada
pada kategori baik sesuai dengan kriteria penggolongan yang telah
ditetapkan.
Data
respon siswa kelas I SD Juara Yogyakartapada tahun ajaran 2011/2012 terhadap penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran matematika
melalui model kontekstual yang
dikumpulkan dengan menggunakan metode
wawancara kepada siswa di akhir akhir siklus II menunjukkan bahwa
hampir 80% siswa menunjuk respon yang sangat positif.
Pembahasan
Dari
hasil analisis data pada siklus I diperoleh skor rata-rata kompetensi kognitif
siswa di akhir tindakan sebesar 72,6 dengan
kualifikasi baik, skor rata-rata kompetensi afektif siswa sebesar 69,4 dengan kualifikasi cukup baik. Belum tercapaianya hasil sesuai
dengan harapan pada kompetensi afektif siswa (dengan krieria keberhasilan
minimal berkategori baik) yang diperoleh pada siklus I ini disebabkan oleh
kendala kendala berikut. 1) Masih kurangnya kerjasama anggota kelompok. Siswa
yang memiliki kemampuan lebih tinggi nampak antusias dalam mengerjakan tugas-tugas
yang harus dikerjakan. Sedangkan siswa yang berkemampuan rendah cenderung pasif dan lebih bersikap
acuh tak acuh dan enggan bertanya kepada temannya yang lebih mampu. 2) Sebagian
dari mereka masih beranggapan bahwa keaktifan mereka dalam setiap kegiatan
pembelajaran tidak memperoleh penilaian. Anggapan ini juga menyebabkan mereka
enggan untuk mengemukakan pertanyaan ketika mereka menemukan permasalahan.
Setelah
diadakan penyempurnaan dan perbaikan terhadap kendala-kendala yang ditemukan
pada siklus I, maka pada siklus II skor yang diperoleh siswa pada masing-masing
aspek (kognitif, afektif) sudah lebih baik dibandingkan dengan skor yang
diperoleh siswa pada siklus I. Pada siklus II terjadi peningkatan kognitif
siswa sebesar 5,7% (dari skor
rata-rata kognitif siswa sebesar 72,6
dengan kualifikasi baik pada siklus I menjadi sebesar 76,8 dengan tetap pada kualifikasi baik
pada siklus II), afektif siswa sebesar 16,42% (dari skor
rata-rata afektif siswa sebesar 69,4
dengan kualifikasi cukup baik pada siklus I menjadi sebesar 80,8 dengan kualifikasi baik pada siklus II).
Berdasarkan
hasil yang diperoleh pada siklus I dan siklus II, maka pelaksanaan tindakan
yang dilakukan dapat dikatakan cukup mampu meningkatkan aspek kognitif, aspek
afektif siswa kelas I
SD Juara Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Hal ini dapat terjadi karena
penerapan penilaian portofolio dalam model pembelajaran
kontekstual memberikan peluang yang luas kepada siswa untuk berkreativitas
dalam pembelajaran di kelas. Siswa memiliki kesempatan untuk mengembangkan
sikap dan keterampilan mereka dalam pembelajaran, sehingga dengan penguasaan
proses yang optimal dapat membantu siswa dalam membangun konsep matematika yang
mereka pelajari. Keseimbangan antara proses dan produk merupakan dua sisi yang
saling menunjang dalam belajar matematika.
Penilaian portofolio melalui model kontekstual juga memberikan kesempatan yang
luas bagi siswa untuk membangun pengetahuan dan pikiran siswa itu sendiri. Hal
ini selaras dengan faham konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan
dibangun dalam pikiran siswa, dalam hal ini siswa mencari makna dan akan
mencoba untuk menemukan hubungan urutan di dalam kejadian-kejadian dari dunia
informasi yang mereka peroleh. Hal penting dan sangat menunjang keberhasilan
proses pembelajaran adalah perasaan senang untuk belajar dengan penilaian
porofolio dalam pembelajaran kontekstual. Perasaan siswa terhadap model penilaian
dan pembelajaran yang diterapkan tercermin dari respon yang diberikan oleh
siswa. Siswa memiliki respon yang positif terhadap penerapan penilaian
portofolio dalam pembelajaran kontekstual di kelasnya. Data respon siswa tersebut dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara kepada siswa di akhir akhir
siklus II yang menunjukkan
bahwa hampir 80% siswa menunjuk respon yang sangat positif.
Dari
paparan tersebut dan refleksi yang dilakukan, penilaian portofolio dalam
pembelajaran kontekstual memiliki beberapa kebaikan. Adapun kebaikan tersebut
adalah sebagai berikut.1) Pengajaran menjadi berpusat pada siswa . 2) Penilaian
portofolio dapat menolong guru membukukan dan mengevaluasi kemampuan dan
pengetahuan siswa sesuai dengan harapan tanpa mengurangi kreativitas siswa di
kelas. Penilaian portofolio juga dapat memfasilitasi siswa untuk lebih
bertanggungjawab terhadap pekerjaan mereka di kelas dan meningkatkan peran serta mereka dalam kegiatan
pembelajaran. 3) Dengan penilaian portofolio, memungkinkan guru untuk melihat
siswa. 4) Penilaian portofolio memungkinkan guru dan siswa secara bersama-sama
bertanggungjawab untuk merancang proses pembelajaran dan untuk mengevaluasi
kemajuan belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. 5) Melalui penilaian
portofolio melalui model pembelajaran kontekstual, kegiatan yang dilakukan
selama proses pembelajaran menjadi lebih terarah dan sistematis sehingga guru
lebih efektif dalam mengelola waktu dan penyampaian materi.
Di
samping memiliki beberapa keunggulan, ada hal-hal tertentu yang kiranya perlu
diperhatikan dalam menerapkan penilaian portofolio dalam pembelajaran kontekstual.
1) Guru hendaknya dapat memanajemen alokasi waktu yang tersedia dengan baik,
karena penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran kontekstual memerlukan
waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan penggunaan penilaian
konvensional. 2) Model penilaian dan pembelajaran ini akan lebih cocok
diterapkan dalam mengajarkan matematika yang menuntut adanya kegiatan
praktikum, dan dalam implementasinya di lapangan, model ini akan efektif jika
siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil (3-5 orang).
Kesimpulan
Berdasarkan
permasalahan dan hasil analisis data dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1) Penerapan penilaian portofolio dalam pembelajaran matematika berbasis kontekstualdapat
meningkatkan hasil belajar siswa kels I SD Juara Yogyakarta pada tahun ajaran 2011/2012 pada pokok bahasan bangun
datar sederhana. Terjadi peningkatan perolehan hasil belajar siswa sebesar 5,7% untuk kompetensi kognitif siswa
(dari skor rata-rata sebesar 72,6 dengan
kualifikasi baik pada siklus I menjadi sebesar 76,8 dengan kualifikasi baik pada siklus II), sebesar 16,42 % untuk kompetensi afektif (dari
skor rata-rata sebesar 69,4
dengan kualifikasi cukup baik pada siklus I menjadi sebesar 80,8 dengan kualifikasi baik pada siklus II). 2) Respon siswa kelas I SD Juara
Yogyakarta pada tahun
ajaran 2011/2012 terhadap penerapan penilaian
portofolio dalam pembelajaran matematika berbasis kontekstual adalah sangat positif.
Berdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat diajukan beberapa
saran-saran sebagai berikut. 1) Penerapan penilaian portofolio dalam
pembelajaran matematika berbasis kontekstual dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model
penilaian pembelajaran dalam upaya meningkatkan kompetensi kognitif, dan afektif siswa. Untuk itu, kepada
guru matematika pada umumnya, disarankan untuk mencoba menerapkan penilaian
portofolio dalam pembelajaran matematika berbasis berbasis kontekstual pada pokok bahasan lain. 2) Dalam
menerapkan model penilaian portofolio dalam pembelajaran matematika berbasis kontekstual guru hendaknya memperhatikan
beberapa hal seperti menyiapkan diri sebagai fasilitator dan mediator yang baik
bagi siswa dalam belajar di kelas maupun di luar kelas. Setiap tahapan dalam
pembelajaran berbasis kontekstual merupakan
bahan portofolio baik itu terkait dengan observasi guru terhadap aktivitas
siswa maupun karya-karya yang dihasilkan siswa ketika menjalani proses
pembelajaran.
Daftar Pustaka
Krulik. S.,
& Rudnick, J. A. 1995. The new sourcebook for teaching reasioning and
problem solving in elementary school. Londo: Allyn and Bacon.
Lee, S.W (2005). Encyclopedia of School
Psychology. Thousand Oaks : Sage Publication
Rustaman, N.
Y. 2004. “Penilaian berbasis kelas”. Makalah. Disajikan dalam seminar/
lokakarya di FPMIPA IKIP Negeri Singaraja. Program Pascasarjana & FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia. Singaraja 4 Desember 2004.
Sadia, I W.
1992. Pengaruh pola asuh orang tua dan pengajar dengan metode
discovery-kontekstual terhadap konsep diri dan sifat mandiri serta hubungan
dengan prestasi belajar IPA siswa SMP Negeri di Propinsi Bali. Laporan
Penelitian. FKIP Universitas Udayana.
Santyasa, I
W. 2003. Pendidikan, pembelajaran, dan penilaian berbasis kompetensi. Makalah.
Disajikan dalam seminar Jurusan Pendidikan Matematika IKIP Negeri Singaraja
pada tanggal 27 Februarai 2003.
Santyasa, I
W. 2004. Pengantar asesmen dan portofolio. Buku ajar. Jurusan Pendidikan
Matematika, Fakultas MIPA, IKIP Negeri Singaraja.
Salam, S.
2001. “Penilaian portofolio dalam pendidikan seni rupa: Landasan dan model”.
Jakarta: Pusat Statistik Pendidikan,
Balitbang-Depdiknas.http://www.depdiknas.go.id/jurnal/29/penilaian_portfolio_dalam_pendid.htm
Suherman, E.
2007. Asesmen Portofolio.
Educare. Volume 5 Nomor 1, edisi Agustus 2007
Supinah, dkk. 2008. Pembelajaran Matematika SD
dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP. Yogyakarta: PPPPTK .
Surapranata,
S., & Hatta, M. 2004. Penilaian portofolio. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sutarto Hadi. 2003. Pendidikan Realistik: Menjadikan
Pelajaran matematika Lebih Bermakna bagi Siswa (Makalah yang Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika ’Perubahan
Paradigma dari Paradigma Mengajar ke Paradigma Belajar’).
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.