Selamat Datang di Web Jendela Keluarga Aris Nurkholis - Ratih Kusuma Wardani

Jendela Keluarga: Mewujudkan Keluarga Islami

Keluarga muslim adalah keluarga yang dibangun atas dasar nilai-nilai keislaman, Setiap anggota keluarga komintmen terhadap nilai-nilai keislaman. Sehingga keluarga menjadi tauladan dan lebih dari itu keluarga menjadi pusat dakwah Islam.

Merajut Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah

Keluarga sakinah adalah keluarga yang semua anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah SWT.

Cinta Tanpa Syarat

Ketika suami dan isteri sudah menetapkan “cinta tanpa syarat” dan saling memahami, maka perbedaan dan pertengkaran tidak membesar menjadi konflik yang merusakkan kebahagiaan keluarga.

Cinta Tidak Harus Dengan Kata

Mencintai dengan sederhana, adalah mencintai “dengan kata yang tak sempat diucapkan” dan “dengan isyarat yang tak sempat disampaikan”.

Komunikasi dan Interaksi Penuh Cinta

Hal yang sangat vital perannya dalam menjaga keharmonisan rumah tangga adalah interaksi dan komunikasi yang sehat, komunikasi yang indah dan melegakan serta komunikasi penuh cinta antara seluruh anggotanya.

Friday, February 7, 2014

Model Pembelajaran Tematik Terpadu

Jendela Keluarga: Kurikulum 2013 telah mulai diimplementasikan di beberapa sekolah sasaran atau sekolah-sekolah yang menyatakan kesiapan untuk melaksanakannya atas komitmen sendiri. Di jenjang Sekolah Dasar (SD/MI), proses pembelajaran menggunakan pendekatan tematik. 

Apakah Model Pembelajaran Tematik Terpadu (PTP) itu?

Model pembelajaran tematik terpadu (PTP) yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai integrated thematic instruction (ITI) dikembangkan mula-mula di awal tahun 1970-an.  Akhir-akhir ini Pembelajaran Tematik Terpadu (PTP) dianggap sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif (highly effective teaching model). Keefektifan model pembelajaran tematik terpadu dapat dilihat dari kemampuannya dalam mewadahi serta menyentuh secara terpadu ranah-ranah emosi (emotional), fisik (physical), dan akademik (academic) di dalam kelas atau di lingkungan sekolah. 

Secara empirik, Model PTP ini juga telah dibuktikan mampu dan sukses untuk memicu akselerasi dan menaikkan kapasitas daya ingat (memori) peserta didik (enhance learning and increase long-term memory capabilities of learners) untuk jangka waktu yang lebih panjang.

Pembelajaran Tematik Terpadu (PTP) dan Pembelajaran Tematik Terintegrasi

Model pembelajaran tematik terpadu yang sangat disarankan penggunaannya di sekolah dasar atau sederajat ini juga dikenal dengan nama pembelajaran tematik terintegrasi (integrated thematic instruction, ITI). Pada mulanya model pembelajaran tematik terintegrasi dikonseptualisasikan pada tahun 1970-an.  Pendekatan pembelajaran tematik integratif ini sebelumnya telah dikembangkan khusus untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talented), anak-anak yang cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat.

Premis utama PTP (Model Pembelajaran Tematik Terpadu) adalah bahwa siswa membutuhkan kesempatan-kesempatan tambahan (additional opportunities) agar dapat memanfaatkan bakat dan talentanya, menyediakan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis.  Di lain pihak, model PTP cocok untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan kualitatif terkait lingkungan belajar yang ada di sekitar siswa.  Model PTP bila diimplementasikan pada siswa sekolah dasar (SD/MI) maka diharapkan akan dapat memberikan inspirasi kepada peserta didik dalam memperoleh pengalaman belajar.

Secara kualitatif terdapat perbedaan antara model pembelajaran tematik terpadu bila dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya, yaitu dalam hal sifatnya yang akan memandu siswa agar dapat mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangnan dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

Elemen-elemen Terkait dalam PTP (Model Pembelajaran Tematik Terpadu)

Implemementasi model pembelajaran ini (PTP) akan menuntut kemampuan guru untuk dapat mentransformasikan materi pembelajaran di kelas. Setiap guru yang menerapkan model pembelajaran ini harus terlebih dahulu memahami materi apa yang diajarkan dan bagaimana mengaplikasikannya dalam lingkungan belajar di kelas saat bersama siswa. Dengan demikian diharapkan Model PTP ini akan bersifat ramah otak (mudah memberikan pemahaman kepada siswa), di mana untuk itu guru harus mampu mengidentifikasi elemen-elemen lingkungan yang mungkin relevan dan dapat dioptimasi ketika berinteraksi dengan peserta didik selama proses pembelajaran.

10 Elemen yang Harus Dilakukan Guru dalam Implementasi Model Pembelajaran Tematik Terpadu pada Kurikulum 2013

Ada sepuluh elemen yang terkait dengan hal ini dan perlu ditingkatkan oleh guru agar pembelajaran yang dilakukannya di kelas dapat sukses dan maksimal memanfaatkan potensi-potensi yang ada, yaitu:
  1. Guru harus mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif.
  2. Guru semestinya memperkaya sensori pengalaman di bidang sikap, keterampilan, dan pengetahuan melalui berbagai aktivitas di kelasnya.
  3. Penyajian isi atau substansi pembelajaran oleh guru haruslah dalam bentuk yang bermakna bagi siswa.
  4. Lingkungan pembelajaran dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memperkaya pembelajaran yang dilaksanakan.
  5. Guru senantiasa bergerak untuk memacu terjadi proses pembelajaran yang efektif (Movement to Enhance Learning).
  6. Guru harus membuka pilihan-pilihan pembelajaran yang mungkin bagi seluruh siswa di kelasnya.
  7. Karena sumberdaya waktu adalah hal yang sangat terbatas di dalam kelas, maka optimasi waktu secara tepat sangat diperlukan.
  8. Guru harus melakukan kolaborasi dengan semua pihak yang mungkin untuk menjadikan pembelajaran yang lebih efektif.
  9. Adalah hal yang harus dilakukan guru pada saat pembelajaran berlangsung, di mana setiap hal diberikan umpan balik yang segera.
  10. Ketuntasan atau aplikasi menjadi aspek penting dalam pembelajaran tematik terpadu.

Thursday, February 6, 2014

Sabar Adalah Tuntutan Setiap Mihwar Dakwah

Jendela Keluarga: Pada suatu waktu, ustadz Anis Matta memberikan taujih kepada para aktivis dan qiyadah dakwah yang berkumpul di Jakarta Convention Center (JCC). Di antara isi taujih beliau adalah tentang pentingnya kita menguatkan kesabaran dalam menapaki jalan perjuangan. Menurut beliau, sabar adalah karakter dan akhlaq yang paling banyak disebut di dalam Al Qur'an, sampai para ulama menyebut sabar sebagai induknya semua akhlaq terpuji.




Tiada hentinya kita harus mengingatkan diri tentang kesabaran. Bukan hanya karena di jalan dakwah akan banyak tantangan dan hambatan dari luar. Makar, konspirasi, pembusukan karakter, pengadilan yang tidak adil, persepsi publik yang negatif, penyelewengan opini lewat berbagai media, dan lain sebagainya. Namun kesabaran ini diperlukan di setiap mihwar, karena secara internal pun dakwah ini hanya bisa dijalankan oleh mereka yang sabar.

Sabar, sabar, sabar… Beginilah jalan dakwah telah kita lalui. Berkomunitas bersama orang-orang salih bukannya tanpa masalah, maka Allah memerintahkan agar kita selalu bersabar bersama mereka :

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas (Al Kahfi : 28).

Bisa jadi ada salah paham di antara para aktivis. Bisa jadi ada ketidaknyamanan perasaan di antara para pelaku dakwah. Bisa jadi ada gesekan-gesekan antar aktivis dakwah dalam kancah politik praktis. Bisa jadi ada data yang kurang valid, namun digunakan untuk pengambilan keputusan. Bisa jadi ada stigma yang menganga, dan tidak pernah ada pengadilan yang memberikan klarifikasi. Bisa jadi ada persepsi yang keliru terhadap seorang aktivis namun diyakini untuk memberikan penilaian kepadanya. Bisa jadi ada ketidaktepatan dalam menerapkan teori-teori fiqih dakwah yang telah dipelajari selama ini.

Capek, lelah mendera jiwa dan raga. Namun ini adalah pilihan, yang tidak ada sedikitpun paksaan kita bersamanya. Bisa jadi di sepanjang perjalanan dakwah ini ada ketidakpahaman, ada ketidakmengertian, dan kita tidak pernah menemukan jawaban. Bisa jadi Khalid bin Walid tidak pernah mengerti mengapa dirinya diganti dari posisi panglima perang yang demikian dihormati. Namun toh kehormatan dirinya tidak runtuh karena posisi itu tidak lagi dia miliki.

Kehormatan diri kita adanya pada konsistensi. Konsisten menapaki kebenaran. Konsisten menapaki jalan kebaikan. Komitmen pada peraturan. Teguh memegang keputusan. Mendengar dan taat, itulah karakter kader teladan. Bukankah ini ujian, karena yang kita dengar dan kita taati bisa jadi berbeda dengan suara hati nurani. "Qum Ya Hudzaifah !" Menggelegar suara perintah. Dan Hudzaifah segera bangkit berdiri. Taat tanpa kompromi kepada Sang Nabi.

Kehormatan diri bukan terletak pada posisi kita sebagai apa. Tidak menjadi apa-apa, tetap bisa dihormati. Kita terhormat karena karakter yang kuat, kita terhormat karena karya yang tiada pernah berhenti, kita terhormat karena kerja yang terus menerus, kita terhormat karena keteladanan, kita terhormat karena konsisten, kita terhormat karena kesabaran dan kesetiaan di jalanNya.

Sabar, itulah kunci keberhasilan dakwah di setiap mihwar.

Survei: Media Sosial Perpendek Hubungan Asmara


Kehidupan romantis pasangan umumnya mendapat cobaan pada tujuh tahun usia hubungan. Namun, bagi pasangan modern, bukan tak mungkin cobaan datang lebih cepat.

Sebuah survei menemukan, pasangan masa kini cenderung mengakhiri hubungan hanya dalam dua tahun sembilan bulan. Apa sebabnya? 

"Mayoritas mereka yang disurvei mengatakan media sosial mengurangi intensitas mereka bersama pasangan," kata peneliti seperti dilansir Daily Mail.

Penelitian melibatkan 1.953 orang dewasa Inggris yang mengakhiri pernikahan atau hubungan serius dalam dua tahun terakhir. Sebagian besar peserta dan mantan pasangan aktif di jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram sebelum berpisah.

Sebanyak 36 persen peserta mengakui bahwa mereka bertemu kembali dengan mantan secara online, baik melalui media sosial ataupun situs kencan. Lebih dari setengah responden merasa bahwa media sosial berperan memudarkan rasa cinta.

Sebanyak 34 persen peserta mengatakan: pasangannya bertemu atau menggoda orang lain di jejaring sosial. 23 persen merasa cepat akrab. Sementara 17 persen mengatakan pasangan lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya daripada bersama mereka. 

Di sisi lain, media sosial membuat 12 persen responden iri melihat kebahagiaan pasangan lain dibanding dengan hubungan sendiri.

George Charles, juru bicara VoucherCodesPro.co.uk yang melakukan survei mengatakan, "Tujuh tahun digambarkan sebagai periode bagi pasangan untuk berjuang agar tetap romantis. Namun temuan kami memperlihatkan pasangan modern berumur lebih pendek," katanya. 

Ia mengatakan, kondisi ini hasil kehidupan sosial yang sibuk dan dominasi teknologi.

sumber: viva.co.id

Wednesday, February 5, 2014

[Video] Merinding nontonnya




Jendela Keluarga: Video ini memperlihatkan sekelompok anak manusia yang selalu ada dalam setiap kondisi, selalu memberikan pelayanan kepada siapa saja yang membutuhkan. Mulai dari pimpinan sampai seluruh jajaran akar rumput semuanya bergerak memberikan bantuan dan pelayanan.

Kunci Rumah Tangga Harmonis

 


Jendela Keluarga – Harmonis adalah perpaduan dari berbagai warna karakter yang membentuk kekuatan eksistensi sebuah benda. Perpaduan inilah yang membuat warna apa pun bisa cocok menjadi rangkaian yang indah dan serasi.

Warna hitam, misalnya, kalau berdiri sendiri akan menimbulkan kesan suram dan dingin. Jarang orang menyukai warna hitam secara berdiri sendiri. Tapi, jika berpadu dengan warna putih, akan memberikan corak tersendiri yang bisa menghilangkan kesan suram dan dingin tadi. Perpaduan hitam-putih jika ditata secara apik, akan menimbulkan kesan dinamis, gairah, dan hangat.

Seperti itulah seharusnya rumah tangga dikelola. Rumah tangga merupakan perpaduan antara berbagai warna karakter. Ada karakter pria, wanita, anak-anak, bahkan mertua. Dan tak ada satu pun manusia di dunia ini yang bisa menjamin bahwa semua karakter itu serba sempurna. Pasti ada kelebihan dan kekurangan.

Nah, di situlah letak keharmonisan. Tidak akan terbentuk irama yang indah tanpa adanya keharmonisan antara nada rendah dan tinggi. Tinggi rendah nada ternyata mampu melahirkan berjuta-juta lagu yang indah.
Dalam rumah tangga, segala kekurangan dan kelebihan saling berpadu. Kadang pihak suami yang bernada rendah, kadang isteri bernada tinggi. Di sinilah suami-isteri dituntut untuk menciptakan keharmonisan dengan mengisi kekosongan-kekosongan yang ada di antar mereka.

Ada empat hal yang mesti diperhatikan untuk menciptakan keharmonisan rumah tangga.keempatnya adalah:

1. Jangan melihat ke belakang

Jangan pernah mengungkit-ungkit alasan saat awal menikah. “Kenapa saya waktu itu mau nerima aja, ya? Kenapa nggak saya tolak?” Buang jauh-jauh lintasan pikiran ini.

Langkah itu sama sekali tidak akan menghasilkan perubahan. Justru, akan menyeret ketidakharmonisan yang bermula dari masalah sepele menjadi pelik dan kusut. Jika rasa penyesalan berlarut, tidak tertutup kemungkinan ketidakharmonisan berujung pada perceraian.

Karena itu, hadapilah kenyataan yang saat ini kita hadapi. Inilah masalah kita. Jangan lari dari masalah dengan melongkok ke belakang. Atau, na’udzubillah, membayangkan sosok lain di luar pasangan kita. Hal ini akan membuka pintu setan sehingga kian meracuni pikiran kita.

2. Berpikir objektif

Kadang, konflik bisa menyeret hal lain yang sebetulnya tidak terlibat. Ini terjadi karena konflik disikapi dengan emosional. Apalagi sudah melibatkan pihak ketiga yang mengetahui masalah internal rumah tangga tidak secara utuh.

Jadi, cobalah lokalisir masalah pada pagarnya. Lebih bagus lagi jika dalam memetakan masalah ini dilakukan dengan kerjasama dua belah pihak yang bersengketa. Tentu akan ada inti masalah yang perlu dibenahi.
Misalnya, masalah kurang penghasilan dari pihak suami. Jangan disikapi emosional sehingga menyeret masalah lain. Misalnya, suami yang tidak becus mencari duit atau suami dituduh sebagai pemalas. Kalau ini terjadi, reaksi balik pun terjadi. Suami akan berteriak bahwa si isteri bawel, materialistis, dan kurang pengertian.

Padahal kalau mau objektif, masalah kurang penghasilan bisa disiasati dengan kerjasama semua pihak dalam rumah tangga. Tidak tertutup kemungkinan, isteri pun ikut mencari penghasilan, bahkan bisa sekaligus melatih kemandirian anak-anak.

3. Lihat kelebihan pasangan, jangan sebaliknya

Untuk menumbuhkan rasa optimistis, lihatlah kelebihan pasangan kita. Jangan sebaliknya, mengungkit-ungkit kekurangan yang dimiliki. Imajinasi dari sebuah benda, bergantung pada bagaimana kita meletakkan sudut pandangnya.

Mungkin secara materi dan fisik, pasangan kita mempunyai banyak kekurangan. Rasanya sulit sekali mencari kelebihannya. Tapi, di sinilah uniknya berumah tangga. Bagaimana mungkin sebuah pasangan suami isteri yang tidak saling cinta bisa punya anak lebih dari satu.

Berarti, ada satu atau dua kelebihan yang kita sembunyikan dari pasangan kita. Paling tidak, niat ikhlas dia dalam mendampingi kita karena Allah sudah merupakan kelebihan yang tiada tara. Luar biasa nilainya di sisi Allah. Nah, dari situlah kita memandang. Sambil jalan, segala kekurangan pasangan kita itu dilengkapi dengan kelebihan yang kita miliki. Bukan malah menjatuhkan atau melemahkan semangat untuk berubah.

4. Sertakan sakralitas berumah tangga

Salah satu pijakan yang paling utama seorang rela berumah tangga adalah karena adanya ketaatan pada syariat Allah. Padahal, kalau menurut hitung-hitungan materi, berumah tangga itu melelahkan. Justru di situlah nilai pahala yang Allah janjikan.

Ketika masalah nyaris tidak menemui ujung pangkalnya, kembalikanlah itu kepada sang pemilik masalah, Allah swt. Pasangkan rasa baik sangka kepada Allah swt. Tataplah hikmah di balik masalah. Insya Allah, ada kebaikan dari semua masalah yang kita hadapi.

Lakukanlah pendekatan ubudiyah. Jangan bosan dengan doa. Bisa jadi, dengan taqarrub pada Allah, masalah yang berat bisa terlihat ringan. Dan secara otomatis, solusi akan terlihat di depan mata. Insya Allah!

Monday, February 3, 2014

Sukses Tidak Mengenal Usia


Jendela Keluarga: Berapa usia anda sekarang ? Bisa saya pastikan belum ada yang mencapai delapan puluh tahun saat membaca tulisan saya ini. Apakah anda telah menjadi orang yang sukses pada usia anda sekarang ? Jika anda merasa belum sukses, jangan khawatir dan jangan pernah berputus asa. Ternyata sukses bukan masalah usia. Dia bisa datang pada usia muda atau usia tua.

Jangan mengira sukses itu adalah sebuah hasil, karena sesungguhnya sukses itu adalah tentang bagaimana kita berusaha dan terus berusaha melakukan hal terbaik. Zig Ziglar memaknai sukses sebagai berikut, 

Success means doing the best we can with what we have. Success is the doing, not the getting; in the trying, not the triumph. Success is a personal standard, reaching for the highest that is in us, becoming all that we can be.

Menurut Ziglar, sukses adalah melakukan yang terbaik apa yang bisa kita lakukan dengan apa yang kita miliki. Sukses adalah melakukan, bukan mendapatkan; sukses adalah usaha, bukan kemenangan. Sukses adalah standar pribadi, meraih yang tertinggi yang ada di dalam diri kita, menjadi semua yang kita bisa.

Mari kita perhatikan, sangat banyak orang mencapai sukses ketika usia mereka sudah tidak bisa dibilang muda lagi. Walaupun semua orang menghendaki mendapatkan sukses sejak masih muda remaja, namun jangan pernah putus asa jika belum mendapatkannya. Karena sukses bisa menjadi milik kita kapan saja, pada usia berapa saja, tidak pernah terlambat untuk mendapatkannya.

Penulis Sukses di Usia 99

Toyo Shibata jelas tidak lagi muda. Pada usianya yang hampir 100 tahun, perempuan Jepang itu memunculkan buku kumpulan puisi, dan baru pertama kali itu pula ia menerbitkan buku. Tidak dinyana, buku berjudul Don Be Frustated tersebut laris manis. Tidak sampai satu tahun, telah menembus angka penjualan 1.500.000 eksemplar. Sangat fantastis. Sementara di Jepang, buku puisi disebut sukses jika sudah mencapai 10.000 eksemplar.

Buku perdana Toyo Shibata berhasil masuk The 10 Best Seller 2010 versi Touhan, penerbit buku terbesar di Jepang. Uniknya, ia baru mulai menulis saat berusia 92 tahun. Luar biasa, benar-benar nenek yang produktif. Usia tidak menghalanginya berkarya dan bekerja meraih sukses. Padahal kita lihat banyak orang tua di sekitar kita yang sudah tidak berpikir lagi untuk menghasilkan karya besar. Bahkan banyak juga anak muda yang tidak memiliki keinginan kuat untuk sukses dan memiliki karya monumental.

Toyo Shibata menjadi contoh bahwa kesuksesan bisa diraih pada usia berapapun. Ia menjadi ikon bahwa menulis bisa dilakukan kapan saja, pada usia berapa saja. Ia membuktikan bahwa usia bukan penghalang untuk berkarya dan berprestasi gemilang. Benar-benar pesan yang kuat, bahwa tidak ada terlambat untuk meraih sukses dan terkenal. Kita semua belum pernah mendengar nama Toyo Shibata sebelum ini. Justru kita mengenal namanya saat ia berusia 99 tahun dan bersiap menyambut usia genap 100 tahun.

Menjadi Penyanyi Terkenal di Usia 60

Kita juga ingat musisi fenomenal Urip Ariyanto yang lebih terkenal dengan nama Mbah Surip. Lagu Tak Gendong melejitkan namanya, dan sempat menjadi berita yang menghangatkan dunia hiburan Indonesia. Ia lahir tahun 1949, setelah mengalami berbagai jenis pekerjaan, tahun 1979 mulai hijrah ke Jakarta. Mbah Surip sebenarnya sudah banyak melahirkan album, seperti Ijo Royo-royo (1997), Indonesia (1998), Reformasi (1998), "Tak Gendong" (2003) dan Barang Baru (2004). Album ini bukan dirilis perusahaan musik, tapi direkam dan diedarkan sendiri. Distribusinya bukan dari Disc Tara atau toko musik terkenal lain, tapi melalui warung dan toilet umum di seputar Blok M dan Ancol.

Baru pada April 2009, perusahaan rekaman Falcon memilih 10 lagu Mbah Surip, termasuk "Tak Gedong dan Bangun Tidur", lalu melemparnya ke pasar, dan ternyata langsung meledak. Usianya sudah 60 tahun saat menjadi populer dan sukses. Ia menjadi selebritis mendadak, diundang di berbagai kegiatan dan forum. Diwawancara berbagai stasiun televisi, radio,  majalah dan koran. Lagunya dinyanyikan sejak anak kecil sampai orang tua. Ucapan â€Å“I Love You Full” menjadi bahasa gaul yang ditirukan banyak kalangan.

Walaupun hanya sebentar menikmati masa sukses, namun ada pesan yang kuat tertangkap oleh kita, bahwa sukses tidak mengenal usia. Mbah Surip sudah tua saat terkenal. Ia tidak terkenal saat berusia 20 atau 30 tahun. Lagu Tak Gendong yang sudah dirilis pada tahun 2003, baru meledak setelah dirilis ulang pada tahun 2009. Konon, ia berhak mendapatkan royalti 4,5 Milyar Rupiah dari album Tak Gendong yang dirilis tahun 2009. Jelas uang yang tak pernah dibayangkan Mbah Surip sepanjang hidupnya. Ternyata sukses tidak mengenal usia.

Sanders Sukses di Usia 65

Kita juga mengenal Kolonel Harland Sanders, pendiri Kentucky Fried Chicken. Sanders lahir di tahun 1890. Ia telah melakukan banyak pekerjaan sebelum menjadi sukses dengan KFC-nya. Pernah menjadi tukang parkir pada usia 15 tahun di New Albany, kemudian pada usia 16 tahun menjadi tentara yang dikirim selama 6 bulan di Kuba. Setelah itu ia menjadi petugas pemadam kebakaran, pegawai asuransi, operator kapal feri, penjual ban, dan operator bengkel. Sanders sempat belajar ilmu hukum melalui korespondensi dan mempraktikkannya dalam dunia pengadilan. Pada usia 40 tahun Kolonel mulai memasak untuk orang yang yang bepergian yang singgah di bengkelnya di Corbin.

Percaya diri dengan kualitas ayam gorengnya, Kolonel membuka usaha waralaba yang dimulai tahun 1952. Ia pergi jauh menyeberangi Negara bagian dengan mobil dari satu restoran ke restoran lainnya, memasak sejumlah ayam untuk pemilik restoran dan karyawannya. Jika reaksi yang terlihat bagus, ia menawarkan perjanjian untuk mendapatkan pembayaran dari setiap ayam yang laku terjual. Inilah kegigihan Kolonel Sanders. Dia memulai suksesnya di usia 65 tahun, saat tidak memiliki uang sepeser pun kecuali dari tunjangan hari tuanya sebagai pensiunan tentara.

Dia memiliki keahlian dalam memasak, dia tawarkan resep masakannya ke lebih dari 1.000 restoran di negaranya. Akhirnya restoran yang ke-1008 menerima resepnya tersebut, dan kini Kentucky Fried Chicken telah tersebar di lebih dari 80 negara di dunia. Ya, tak ada kata terlambat untuk menjadi sukses dan terkenal. Di usia 66 tahun memulai usaha besar, dan ternyata Sanders mendapatkan tempat di dunia makanan. KFC menjadi cita rasa makanan orang di berbagai negara.

Walikota Sukses di Usia 89

Hazel McCallion adalah sosok perempuan yang sangat kuat. Pada usianya yang sudah lebih dari 90 tahun, ia masih mampu menjadi walikota Mississauga, Ontario, Kanada yang sukses. Ia selalu terpilih dalam pemilihan walikota sejak 1978. Sudah 33 tahun memimpin kota hingga sekarang, mampu mengubah Mississauga yang dulu kumuh, kini menjadi salah satu kota terindah di Kanada.

Masyarakat Mississauga selalu mendukung Hazel dalam setiap pemilihan walikota yang digelar secara langsung dan demokratis. Hazel selalu berhasil memenangkan para pesaing politiknya dalam ritual pemilihan umum, namun hal itu tidak membuatnya besar kepala dan sombong. Kekuasaan yang dimilikinya di Kota Mississauga, tidak mengantarkan ia menjadi seorang pemimpin yang glamour atau hedonis. Bahkan ia menampilkan jati dirinya sebagai seorang pemimpin yang sederhana dan bersahaja.

Hazel McCallion mulai karir politiknya di distrik Streetsville, berawal sebagai ketua Badan Perencanaan Streetsville pada tahun 1967. Ia terpilih sebagai walikota Streetsville pada tahun 1970, dan menjabat sampai tahun 1973. Ia mulai terpilih menjadi walikota Mississauga pada tahun 1978, ketika ia sudah berumur 67 tahun.

Karena popularitasnya, ia tidak memerlukan kampanye selama proses pemilihan umum walikota. Bukan hanya itu, ia bahkan menolak menerima donasi politik. Hazel tidak meminta pihak manapun untuk menyumbangkan dana bagi pemenangan dirinya dalam setiap pemilihan wakil kota. Ia memenangkan pemilihan walikota Mississauga 12 (dua belas) kali berturutan, hingga ia berhasil memenangkan pemilihan terakhir pada 25 Oktober 2010 kemarin, pada saat usianya sudah 89 tahun.

Wisuda Sarjana di Usia 99

Tidak pernah terlambat untuk menuntut ilmu dan menjadi sarjana. Ungkapan ini rupanya benar-benar diterapkan oleh seorang nenek berusia 94 tahun, Hazel Soares. Warga kota San Leandro, California, Amerika Serikat (AS) ini adalah satu dari sekitar 500 lulusan Mills College yang berhasil meraih gelar sarjana. Upacara kelulusan berlangsung pada Sabtu, 15 Mei 2010.

Perlu waktu lama (untuk lulus) karena saya sangat sibuk, kata Soares. Akhirnya saya berhasil mencapainya dan membuat saya merasa sangat puas, lanjut sarjana sejarah seni ini. Soares, ibu enam anak dan nenek dari 40 cucu dan cicit, berhasil menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Soares lahir di Richmond, California pada tahun 1915, ia mengatakan ingin kuliah setelah lulus dari sekolah menengah atas Roosevelt di Oakland pada 1932, saat sedang terjadi Depresi Besar. Kecuali kita dapat bantuan dana, sangat mustahil bisa kuliah, kata Soares. Tapi keinginan saya untuk kuliah tidak pernah lenyap, lanjutnya.

Satu lagi seorang nenek, Nola Ochs (OAKS) dari Kansas, menempati posisi sebagai orang tertua saat lulus dari Fort Hays State University tiga tahun lalu pada usia 95 tahun, menurut Guinness Book of World Records. Ochs, kini 98 tahun, baru-baru ini juga menerima gelar master di bidang studi liberal dari Fort Hays.

Dia kuliah satu kelas dengan cucunya yang berusia 21 tahun. Berjalan di kampus dengan rambut putih dan keriput,  Nola menjadi sangat populer di kampus. Teman kelas memberi dia kejutan ketika berultah yang ke 95. Selama kuliah dua semester, nenek Nola mendapat IPK 3,7 dan menyelesaikan lebih dari 100 paper dan esai. Profesornya memberi nila A plus terhadap salah satu paper Nola dan menjadikannya sebagai contoh bagaimana membuat paper yang baik.

Ada lagi yang lebih tua dari mereka berdua. Leo Plass, kakek berusia 99 tahun keluar dari perguruan tinggi selama masa Depresi Besar (Great Depression) tahun 1932 untuk bekerja, tapi kini meraih gelar sarjana. Leo Plass, pria asal Redmond, Oregon, Amerika Serikat itu berhasil meraih gelar sarjana dari Eastern Oregon University, La Grande, pada 11 Juni lalu dalam usia 99 tahun.

Ketika Eastern Oregon University, dulu bernama Eastern Oregon Normal School, memeriksa skripsi Leo, mereka baru menyadari bahwa berdasarkan ketentuan yang baru ternyata Plass memenuhi syarat untuk meraih gelar sarjana. Jadilah Leo diwisuda dan mungkin menjadi wisudawan tertua di dunia.

“Saya hanya butuh waktu 80 tahun untuk menyelesaikan kuliah,” kata Leo berkelakar kepada Reuters, Kamis (17/6). “Mereka membawa saya keliling kampus. Ya ampun, semuanya sudah berubah,” kata Leo saat wisuda. Leo Plass yang akan berusia 100 tahun pada 3 Agustus 2011 mengaku tidak memiliki keinginan atau rencana khusus untuk meniti karier lain dengan gelar barunya tersebut.

Lakukan Sesuatu, Jika Ingin Sukses

Bagi manusia yang religius, sukses adalah sebuah keinginan dan cita-cita terbesar dalam kehidupan. Kita ingin mendapatkan sukses di dunia dan sukses di akhirat. Kita ingin bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Jika hanya mengejar sukses dunia saja, kita akan merugi kelak di akhirat. Contoh-contoh yang saya tulis di atas tentu saja adalah sukses menurut ukuran dunia. Bagaimana orang-orang melakukan aktivitas kehidupan yang bisa membuatnya menjadi sukses dalam kehidupan. Bahkan pada usia yang sudah tua sekalipun, sukses bisa diraih.

Kita tidak memisahkan jalan antara sukses dunia dengan sukses akhirat, karena itu berada di jalan yang harus sama, agar tidak perlu menempuh dua jalan yang berbeda untuk bisa sukses pada keduanya. Allah telah memerintahkan manusia agar selalu bekerja keras, bekerja serius, dengan mengoptimalkan segenap potensi dan waktu yang dimiliki :

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Alam Nasyrah: 7 , 8).

Allah menghendaki agar semua waktu kita produktif, tidak ada yang tersia-siakan. Bersambung antara satu kegiatan dengan kegiatan berikutnya, antara satu usaha dengan usaha berikutnya. Jangan membiarkan diri manja dan cengeng dengan meratapi kondisi yang tidak sesuai harapan, sampai menghabiskan waktu hanya untuk menangisi nasib yang belum berpihak kepada dirinya. Tidak mengenal usia, semua waktu harus bermanfaat dan teroptimalkan untuk membuat karya. Namun di semua usaha kita, ujungnya adalah harapan besar kepada Tuhan.

Inilah jalan sukses itu. Kesungguhan, kegigihan, dan keseriusan dalam perjuangan untuk melakukan aktivitas terbaik pada setiap waktu yang kita lewati. Tidak mudah mengeluh, tidak mudah kecewa, tidak berputus asa dari kebaikan. Jika di masa muda belum merasa menemukan kesuksesan, bukan alasan untuk menutup lembar kehidupan dengan mengatakan â€Å“Sudah selesai sejarahku. Tidak mungkin aku menjadi orang sukses. Ini pikiran dan jiwa pesimis yang harus dibuang.

Selama kita masih diberi waktu, semua peluang dan kesempatan sukses selalu terbuka. Tinggal kita mengolah potensi dan mengambil kesempatan yang terbuka tersebut untuk meraih sukses. Kewajiban manusia hanyalah berusaha, melakukan yang terbaik, sembari terus berdoa. Allah yang akan memberikan kesuksesan bagi kita. Jangan pernah menyerah untuk mendapatkan sukses. Sesaat sebelum meninggalnya, seseorang bisa meraih sukses.

Jangan merasa tua untuk memulai karya. Jangan merasa tua untuk bekerja produktif. Jangan merasa tua untuk meraih mimpi. Jangan merasa tua untuk mendapatkan sukses.

Oleh: Ustd. Cahyadi Takariawan

Saturday, February 1, 2014

Keluarga Sakinah, Keluarga Dambaan




Semoga menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Ungkapan ini sering terdengar seiring dengan musim orang menikah. Seakan sudah menjadi kalimat pakem yang harus diucapkan saat menghadiri kondangan & menyalami sang mempelai. Lantas apa maksud dari ungkapan tersebut

Jendela Keluarga: Sebagai sebuah ibadah, tentu saja pernikahan memiliki sejumlah tujuan yang mulia. Memahami tujuan itu akan menghindarkan pernikahan hanya sekedar ajang pelampiasan nafsu seksual belaka. Tujuan-tujuan itu adalah pertama mewujudkan mawaddah dan rahmat, yakni terjalinnya cinta kasih dan tergapainya ketentraman hati (ar-Rum : 21). Kedua, sebagai upaya mengikuti sunnah Rasulullah. Ketiga, melanjutkan keturunan dan menghindari dosa. Keempat, untuk mempererat tali silaturahim. Kelima, pernikahan sebagai sarana dakwah. Keenam, dalam rangka menggapai mardhatillah. 

Jika demikian tujuan pernikahan yang sebenarnya, maka dapat dipastikan bahwa suatu pernikahan yang tidak diarahkan untuk mewujudkan keluarga sakinah, berarti jauh dari apa yang diajarkan oleh Islam itu sendiri. Lalu, apa ukuran sebuah keluarga disebut keluarga sakinah? 

Keluarga Sakinah: Keluarga dengan Enam Kebahagiaan

Keluarga sakinah adalah keluarga dengan enam kebahagiaan yang terlahir dari usaha keras pasangan suami istri dalam memenuhi semua kewajiban, baik kewajiban perorangan maupun kewajiban bersama. Teramat jelas bagaimana Allah dan Rasul-Nya menuntun kita untuk mencapai tiap kebahagiaan itu. Enam kebahagiaan yang dimaksud adalah:

Pertama, kebahagiaan finansial. Kepala keluarga wajib mencukupi kebutuhan nafkah istri dan anak-anaknya dengan berbagai usaha yang halal. Kebahagiaan finansial adalah ketika kebutuhan asasi seperti sandang, papan dan pangan, serta kebutuhan dharuri seperti pendidikan, kesehatan, keamanan, terlebih bila kebutuhan kamali dapat dipenuhi. Sehingga keluarga itu dapat hidup normal, mandiri, bahkan bisa memberi.

      Kedua, kebahagiaan seksual. Sudah menjadi fitrahnya, dalam kehidupan rumah tangga suami istri ingin meraih kepuasan seksual. Islam menuntunkan agar istri senantiasa bersiap memenuhi panggilan suami, tapi juga diajarkan agar suami selalu memperhatikan kebutuhan seksual istri. Ketika sepasang suami istri secara bersama dapat mencapai kepuasan seksual, maka mereka akan merasakan kebahagiaan seksual. Terlebih bila dari aktifitas seksual itu kemudian terlahir anak. Dengan pendidikan yang baik tumbuh menjadi anak yang shalih dan shalihah, kebahagiaan akan semakin memuncak.

Ketiga, kebahagiaan spiritual. Salah satu kewajiban bersama suami istri adalah melaksanakan ibadah-ibadah mahdah seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya. Ketika sebuah keluarga terdiri dari pasangan suami istri yang rajin beribadah, dan dalam moment-moment tertentu memenuhi anjuran Allah dan Rasul-Nya untuk melaksanakannya secara bersama, seperti shalat berjamaah, membaca al-Qur’an, puasa sunnah dan sebagainya, maka kehidupan rumah tangga itu akan dihiasi oleh suasana religius dengan aura spiritual yang kental. Mereka merasakan secara bersama nikmatnya beribadah kepada Allah. Inilah yang disebut kebahagiaan spiritual.

Keempat, kebahagiaan moral. Suami wajib menggauli istri dengan ma’ruf. Istri juga wajib bersikap sopan dan patuh kepada suami. Suami istri bersikap sayang kepada anak-anak, sementara anak wajib bersikap hormat kepada kedua orang tuanya. Ketika pergaulan antar anggota keluarga, juga dengan karib kerabat dan tetangga, senantiasa dihiasi dengan akhlaq mulia, akan terciptalah kebahagiaan moral.

Masing-masing akan merasa nyaman dan tenteram tinggal di rumah itu. Rumah akan benar-benar dirasakan sebagai tempat yang memberikan ketenangan, bukan sebaliknya. Keresahan yang membuat para penghuninya tidak betah tinggal di sana.

Kelima, kebahagian intelektual. Untuk menjalani hidup dengan sebaik-baiknya menurut tolok ukur Islam, juga untuk mampu mengatasi secara cepat dan tepat setiap problematika keluarga yang timbul, diperlukan pengetahuan akan ara’ (pendapat), afkar (pemikiran) dan ahkam (hukum-hukum) Islam pada pasangan suami istri. Maka menuntut ilmu (tsaqofah Islam) adalah wajib.

Ketika, sepasang suami istri memiliki pemahaman dan ilmu Islam yang cukup sedemikian kebutuhan untuk hidup secara Islami dan menjawab setiap masalah tercukupi, mereka akan merasakan suatu kebahagiaan karena hidup akan dirasakan terkendali, terang dan mantap. Pengetahuan memang akan mendatangkan kebahagiaan. Sebagaimana kebodohan mendatangkan kesedihan. Inilah yang disebut kebahagiaan intelektual.

Keenam, kebahagiaan ideologis. Keluarga dalam Islam bukan hanya dibentuk untuk memenuhi kebutuhan individu, tapi juga memuat misi keumatan. Yakni sebagai basis para pejuang Islam dalam usahanya menegakkan risalah Islam. Dengan misi itu, berarti masing-masing anggota keluarga diarahkan untuk memiliki peran yang nyata dalam dakwah. Termasuk anak-anak yang terlahir dididik untuk menjadi kader dakwah yang tangguh di masa mendatang.

Nah, keluarga yang mampu merealisasikan misi Islam yang amat mulia inilah keluarga muslim yang sebenarnya. Ketika suami istri merasa mampu mengayuh biduk rumah tangganya dalam kerangka misi tersebut, pasti mereka akan merasakan suatu kebahagiaan tersendiri. Kebahagiaan itu kita sebut kebahagiaan ideologis.

Manakah diantara keenam kebahagiaan itu yang utama? Tergantung pada persepsi atau pemahaman pasangan suami istri. Keluarga Rasulullah dibangun dengan meletakkannya pada kerangka perjuangan. Inilah keluarga teladan dengan kebahagiaan ideologis. Tapi berdasarkan riwayat-riwayat yang sangat jelas, Rasul juga mampu menciptakan kebahagiaan intelektual, kebahagiaan moral, spiritual, termasuk seksual bagi keluarganya.

Secara finansial, Rasul memang hidup dalam kesahajaan. Tapi siapa sangka mereka juga ternyata merasakan kebahagiaan finansial. Karena kebahagiaan yang terakhir ini tidak ditentukan oleh jumlah harta yang dimiliki, tapi oleh perasaan qanaah (cukup) atas rizki yang Allah karuniakan.

Kesiapan Mental Spiritual

Paling sedikit ada empat persiapan yang harus dilakukan untuk membentuk keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Yakni persiapan ilmu menyangkut tentang bagaimana hidup sebagai istri/ibu atau sebagai suami/bapak dan bagaimana menjalani hidup bersama dalam sebuah keluarga dengan segala hak dan kewajibannya. Berikutnya adalah persiapan mental, finansial dan fisikal (kesehatan).

Empat persiapan itu perlu dilakukan oleh calon pengantin, mengingat bahwa pernikahan berarti mempertautkan dua pribadi dari dua keluarga yang sama sekali berbeda. Hidup dalam satu atap dengan pasangan barunya jelas akan membawa perubahan-perubahan yang drastis. Yang semula sendiri, kini berdua. Yang semula bebas kini terikat dengan hak dan tanggungjawab dan sebagainya.

Untuk menghadapi semua itu, diperlukan kesiapan mental. Yakni bagaimana menghadapi tekanan hidup dengan berbagai macam problematika kehidupan, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan pasangan dan sebagainya. Pasangan yang memiliki kesiapan mental akan dapat menjalani semua tekanan itu dengan jiwa yang tegar, sabar dan optimis.

Sebaliknya yang tidak memiliki kesiapan mental akan banyak sekali menghadapi tekanan mental. Mungkin persoalan yang dihadapi sebenarnnya biasa-biasa saja, tapi karena memang dasarnya miskin ketahanan mental, akibatnya menjadi sangat serius.

           Keluarga yang normal dalam ukuran Islam adalah keluarga yang mampu mewujudkan sejumlah fungsi pokoknya, yaknsi fungsi ekonomi, fungsi sosial, fungsi edukatif, fungsi protektif, fungsi religius, fungsi rekreatif, fungsi dakwah dan fungsi afektif. Terpenuhinya seluruh hak dan kewajiban anggota keluarga (suami, istri dan anak-anak) akan membuat semua fungsi tersebut berjalan.

Sehingga peluang tercapainya enam kebahagiaan dalam keluarga sakinah terbuka lebar. Sebaliknya, pengabaian sebagian apalagi seluruh hak dan kewajiban anggota keluarga jelas akan menimbulkan disfungsi keluarga. Ujungnya, tak satu pun kebahagiaan bisa diraih. Buruknya relasi suami istri acap dipicu tidak didapatkannya salah satu atau lebih dari enam kebahagiaan tersebut di atas. Seorang suami yang mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan finansial keluarga akan memancing reaksi negatif dari sang istri. Terlebih bila tolok ukur kebahagiaan istri pada tercapainya perolehan materi.

Begitu juga pasangan suami istri yang gagal mencapai kepuasan seksual, bergaul secara kasar, miskin pemahaman Islam, kering nuansa ibadah dan tak secuilpun terpikir perjuangan Islam, jelas akan memurukkan keluarga itu ke jurang disfungsi yang teramat fatal. Bila tidak segera teratasi, keutuhan keluarga itu akan terancam. Paling tidak kehidupan keluarga itu tidak harmonis, kering dan menggelisahkan).

Sumber : Majalah Female Readers (Zulia)