Selamat Datang di Web Jendela Keluarga Aris Nurkholis - Ratih Kusuma Wardani

Jendela Keluarga: Mewujudkan Keluarga Islami

Keluarga muslim adalah keluarga yang dibangun atas dasar nilai-nilai keislaman, Setiap anggota keluarga komintmen terhadap nilai-nilai keislaman. Sehingga keluarga menjadi tauladan dan lebih dari itu keluarga menjadi pusat dakwah Islam.

Merajut Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah

Keluarga sakinah adalah keluarga yang semua anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah SWT.

Cinta Tanpa Syarat

Ketika suami dan isteri sudah menetapkan “cinta tanpa syarat” dan saling memahami, maka perbedaan dan pertengkaran tidak membesar menjadi konflik yang merusakkan kebahagiaan keluarga.

Cinta Tidak Harus Dengan Kata

Mencintai dengan sederhana, adalah mencintai “dengan kata yang tak sempat diucapkan” dan “dengan isyarat yang tak sempat disampaikan”.

Komunikasi dan Interaksi Penuh Cinta

Hal yang sangat vital perannya dalam menjaga keharmonisan rumah tangga adalah interaksi dan komunikasi yang sehat, komunikasi yang indah dan melegakan serta komunikasi penuh cinta antara seluruh anggotanya.

Tuesday, January 21, 2014

MERAJUT KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH



Apa arti keluarga skinah itu?

Jendela Keluarga: Dalam bahasa Arab, kata sakinah di dalamnya terkandung arti tenang, terhormat, aman, merasa dilindungi, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh pembelaan. Namun, penggunaan nama sakinah itu diambil dari al Qur’an surat 30:21, litaskunu ilaiha, yang artinya bahwa Allah SWT telah menciptakan perjodohan bagi manusia agar yang satu merasa tenteram terhadap yang lain.Jadi keluarga sakinah itu adalah keluarga yang semua anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah SWT.

Apa arti mawaddah wa rahmah?

Di dalam keluarga sakinah itu pasti akan muncul mawaddah dan rahmah (Q/30:21). Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu kasih sayang pada lawan jenisnya (bisa dikatakan mawaddah ini adalah cinta yang didorong oleh kekuatan nafsu seseorang pada lawan jenisnya). Karena itu, Setiap mahluk Allah kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Mawaddah cinta yang lebih condong pada material seperti cinta karena kecantikan, ketampanan, bodi yang menggoda, cinta pada harta benda, dan lain sebagainya. Mawaddah itu sinonimnya adalah mahabbah yang artinya cinta dan kasih sayang.

Wa artinya dan,Sedangkan Rahmah (dari Allah SWT) yang berarti ampunan, anugerah, karunia, rahmat, belas kasih, rejeki. (lihat : Kamus Arab, kitab ta’riifat, Hisnul Muslim (Perisai Muslim) Jadi, Rahmah adalah jenis cinta kasih sayang yang lembut, siap berkorban untuk menafkahi dan melayani dan siap melindungi kepada yang dicintai. Rahmah lebih condong pada sifat qolbiyah atau suasana batin yang terimplementasikan pada wujud kasih sayang, seperti cinta tulus, kasih sayang, rasa memiliki, membantu, menghargai, rasa rela berkorban, yang terpancar dari cahaya iman. Sifat rahmah ini akan muncul manakala niatan pertama saat melangsungkan pernikahan adalah karena mengikuti perintah Allah dan sunnah Rasulullah serta bertujuan hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

Apa ciri-ciri keluarga sakinah mawaddah wa rahmah itu?

Ciri-ciri keluarga skinah mawaddah wa rahmah itu antara lain:

1. Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada empat (idza aradallohu bi ahli baitin khoiran dst); (a) memiliki kecenderungan kepada agama, (b) yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda, (c) sederhana dalam belanja, (d) santun dalam bergaul dan (e) selalu introspeksi. Dalam hadis Nabi juga disebutkan bahwa: “ empat hal akan menjadi faktor yang mendatangkan kebahagiaan keluarga (arba`un min sa`adat al mar’i), yakni (a) suami / isteri yang setia (saleh/salehah), (b) anak-anak yang berbakti, (c) lingkungan sosial yang sehat , dan (d) dekat rizkinya.”

2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu (a) menutup aurat, (b) melindungi diri dari panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami terhadap isteri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik jika saat keluar rumah istri atau suami tampil menarik agar dilihat orang banyak. Sedangkan giliran ada dirumah suami atau istri berpakaian seadanya, tidak menarik, awut-awutan, sehingga pasangannya tidak menaruh simpati sedikitpun padanya. Suami istri saling menjaga penampilan pada masing-masing pasangannya.

3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma`ruf), tidak asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami isteri yang berasal dari kultur yang menyolok perbedaannya.

4. Suami istri secara tulus menjalankan masing-masing kewajibannya dengan didasari keyakinan bahwa menjalankan kewajiban itu merupakan perintah Allah SWT yang dalam menjalankannya harus tulus ikhlas. Suami menjaga hak istri dan istri menjaga hak-hak suami. Dari sini muncul saling menghargai, mempercayai, setia dan keduanya terjalin kerjasama untuk mencapai kebaikan didunia ini sebanyak-banyaknya melalui ikatan rumah tangga. Suami menunaikan kewajiabannya sebagai suami karema mengharap ridha Allah.

Dengan menjalankan kewajiban inilah suami berharap agar amalnya menjadi berpahala disisi Allah SWT. Sedangkan istri, menunaikan kewajiban sebagai istri seperti melayani suami, mendidik anak-anak, dan lain sebagainya juga berniat semata-mata karena Allah SWT. Kewajiban yang dilakukannya itu diyakini sebagai perinta Allah, tidak memandang karena cintanya kepada suami semata, tetapi di balik itu dia niat agar mendapatkan pahala di sisi Allah melalui pengorbanan dia dengan menjalankan kewajibannya sebagai istri.

5. Semua anggota keluarganya seperti anak-anaknya, isrti dan suaminya beriman dan bertaqwa kepada Allah dan rasul-Nya (shaleh-shalehah). Artinya hukum-hukum Allah dan agama Allah terimplementasi dalam pergaulan rumah tangganya.

6. Riskinya selalu bersih dari yang diharamkan Allah SWT. Penghasilan suami sebagai tonggak berdirinya keluarga itu selalu menjaga rizki yang halal. Suami menjaga agar anak dan istrinya tidak berpakaian, makan, bertempat tinggal, memakai kendaraan, dan semua pemenuhan kebutuhan dari harta haram. Dia berjuang untuk mendapatkan rizki halal saja.

7. Anggota keluarga selalu ridha terhadap anugrah Allah SWT yang diberikan kepada mereka. Jika diberi lebih mereka bersyukur dan berbagi dengan fakir miskin. Jika kekurangan mereka sabar dan terus berikhtiar. Mereka keluarga yang selalu berusaha untuk memperbaiki semua aspek kehidupan mereka dengan wajib menuntut ilmu-ilmu agama Allah SWT.

Bagaimana mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah itu?

Untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah perlu melalui proses yang panjang dan pengorbanan yang besar, di antaranya:

1. Pilih pasangan yang shaleh atau shalehah yang taat menjalankan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SWT.

2. Pilihlah pasangan dengan mengutamakan keimanan dan ketaqwaannya dari pada kecantikannya, kekayaannya, kedudukannya.

3. Pilihlah pasangan keturunan keluarga yang terjaga kehormatan dan nasabnya.

4. Niatkan saat menikah untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk menghidari hubungan yang dilaran Allah SWT

5. Suami berusaha menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dengan dorongan iman, cinta, dan ibadah. Seperti memberi nafkah, memberi keamanan, memberikan didikan islami pada anak istrinya, memberikan sandang pangan, papan yang halal, menjadi pemimpin keluarga yang mampu mengajak anggota keluaganya menuju ridha Allah dan surga -Nya serta dapat menyelamatkan anggota keluarganya dario siksa api neraka.

6. Istri berusaha menjalankan kewajibann ya sebagai istri dengan dorongan ibadah dan berharap ridha Allah semata. Seperti melayani suami, mendidik putra-putrinya tentan agama islam dan ilmu pengetahuan, mendidik mereka dengan akhlak yang mulia, menjaga kehormatan keluarga, memelihara harta suaminya, dan membahagiakan suaminya.

7. Suami istri saling mengenali kekurangan dan kelebihan pasangannya, saling menghargai, merasa saling membutuhkan dan melengkapi, menghormati, mencintai, saling mempercai kesetiaan masing-masing, saling keterbukaan dengan merajut komunikasi yang intens.

8. Berkomitmen menempuh perjalanan rumah tangga untuk selalu bersama dalam mengarungi badai dan gelombang kehidupan.

9. Suami mengajak anak dan istrinya untuk shalat berjamaah atau ibadah bersama-sama, seperti suami mengajak anak istrinya bersedekah pada fakir miskin, dengan tujuan suami mendidik anaknya agar gemar bersedekah, mendidik istrinya agar lebih banyak bersukur kepada Allah SWT, berzikir bersama-sama, mengajak anak istri membaca al-qur’an, berziarah qubur, menuntut ilmu bersama, bertamasya untuk melihat keagungan ciptaan Allah SWT. Dan lain-lain.

10.Suami istri selalu meomoh kepada Allah agar diberikan keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah.

11. Suami secara berkala mengajak istri dan anaknya melakukan instropeksi diri untuk melakukan perbaikan dimasa yang akan datang. Misalkan, suami istri, dan anak-anaknya saling meminta maaf pada anggota keluarga itu pada setiap hari kamis malam jum’at. Tujuannya hubungan masing-masing keluarga menjadi harmonis, terbuka, plong, tanpa beban kesalahan pada pasangannnya, dan untuk menjaga kesetiaan masing-masing anggota keluarga.

12. Saat menghadapi musibah dan kesusahan, selalu mengadakan musyawarah keluarga. Dan ketika terjadi perselisihan, maka anggota keluarga cepat-cepat memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan nafsu amarahnya.

Wallahu Alam

http://annajib.wordpress.com

Monday, January 20, 2014

Lima Lomba yang Membuat Suami Istri Semakin Saling Mencintai


Jendela Keluarga: Saling mencintai dan menyatu dalam cinta adalah idaman setiap suami istri. Hanya saja, terkadang ada pasangan yang telah sekian lama menikah, cinta dan penyatuan jiwa itu belum hadir dalam kehidupan berumah tangga.

Sedikitnya, ada 5 lomba yang perlu dilakukan suami istri agar mereka menemukan chemistry penyatuan jiwa dan saling mencinta, sebagaimana diterangkan oleh Ustadz Cahyadi Takariawan, Penulis Buku "Wonderful Family" dan Konselor "Jogja Family Center" (JFC):

1. Berlomba untuk mendahului meminta maaf kepada pasangan. Siapa yang lebih cepat meminta maaf kepada pasangan, dialah yang paling baik.

2. Berlomba untuk mendahului memaafkan pasangan. Siapa yang lebih cepat memaafkan pasangan, dialah yang paling baik.

3. Berlomba untuk mendahului mengalah demi kebaikan bersama. Siapa yang lebih cepat mengalah demi kebaikan bersama, dialah yang paling baik.

4. Berlomba untuk mendahului menyesuaikan dengan keinginan pasangan. Siapa yang lebih cepat menyesuaikan dengan keinginan pasangan, dialah yang paling baik.

5. Berlomba untuk mendahului memberikan yang terbaik bagi pasangan. Siapa yang lebih cepat memberikan yang terbaik bagi pasangan, dialah yang paling baik.

Sumber: bersamadakwah.com

Sunday, January 19, 2014

Cinta Tidak Harus dengan Kata


Jendela Keluarga: Tentu kita semua sudah sering mendengar, membaca dan menikmatu puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono. Mungkin karena Sapardi Djoko Damono laki-laki, maka lahirlah puisi cinta yang indah ini. Isinya, sangat laki-laki. Jika seorang perempuan membuat puisi cinta, tidak akan seperti ini isinya. Saya menghafal puisi ini dengan baik.

Mari kita cermati dengan seksama, karya sang pujangga ini.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang membuatanya terbakar
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang membuatnya tiada

Indah sekali kalimat puisinya, dan saya tidak pernah bosan membaca dan mengucapkannya.

Puisi Cinta Suami

Puisi ini sangat laki-laki. Secara umum, laki-laki kurang bisa mengekspresikan bunga-bunga cinta di hatinya. Ia tak pandai mengungkapkan dengan mesra kepada istrinya. Bahkan banyak lelaki yang tidak mampu mengungkapkan kata “rindu, kangen, sayang, cinta”, dan lain sebagainya kepada istri yang sangat dicinta. Ada beban yang sangat berat untuk mengekspresikan cinta dengan kata-kata.

Mencintai dengan sederhana, adalah mencintai “dengan kata yang tak sempat diucapkan” dan “dengan isyarat yang tak sempat disampaikan”. Laki-laki itu sering merasa “tidak sempat”. Padahal perempuan sangat menunggu kata dan isyarat tadi. Sayang, lelaki “tak sempat”, maka tak ada kata dan isyarat. Ia hanya punya cinta sederhana.

Walau sederhana, namun ia adalah cinta. Semestinyalah istri menerima dengan bahagia, bahkan merayakan bersama dengan penuh kesyukuran jiwa.

Di sisi lain, secara umum perempuan sangat ingin mendapatkan kata-kata mesra dari suaminya. Ia tahu suami mencintainya, namun ia ingin kepastian dari mulut suami sendiri. Bukan hanya membaca isyarat, apalagi jika isyarat itu tidak sempat disampaikan. Ia sangat senang mendapat rayuan, pujian dan kata-kata mesra dari suami. Sayang, suami “tidak sempat” melakukannya. Padahal istri sangat mengharapkannya.

Puisi Rahmah, Bukan Mawaddah

Sering kita mendengar istilah sakinah, mawaddah dan rahmah. Kata sakinah merujuk kepada kondisi keluarga yang tenang, tenteram, nyaman, dan damai. Di atas kondisi sakinah itu, muncullah dua perasaan lainnya, yaitu mawaddah dan rahmah. Kata mawaddah menunjukkan perasaan cinta, kasih dan sayang yang menggelora, menggebu-gebu, dan bercorak sangat fisik. Biasanya terjadi pada anak muda atau pengantin baru.

Sedangkan kata rahmah menunjukkan perasaan cinta, kasih dan sayang yang “sederhana”, tidak menggebu-gebu dan tidak lagi bercorak fisik. Biasanya terjadi pada pasangan yang sudah dewasa atau bahkan tua. Jika pasangan sudah melewati duapuluh tahun usia pernikahan, maka akan dominan corak rahmah daripada mawaddah. Cinta yang sudah tidak berada dalam batas-batas sebab yang bercorak fisik.

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana”, jelas menunjukkan suasana rahmah tersebut. Tidak bercorak fisik dan menggebu, namun sudah menunjukkan kedewasaan cinta dan hubungan. Untuk perbandingan, cinta mawaddah yang bercorak sangat fisik dan menggebu itu seperti ungkapan berikut:

Aku ingin menggenggam erat tanganmu.
Aku ingin memeluk erat tubuhmu.
Aku ingin mencumbumu.
Aku ingin mencium bibirmu.
Aku ingin melumat, mengkulum, meremas….

Kalimat di atas menunjukkan adanya suasana cinta yang menggelora. Biasa terjadi pada anak muda, atau pada pasangan pengantin baru.

Jaman dulu (jadul) ada lagu sangat kondang dari Vina Panduwinata, judulnya saja “Cium Pipiku”. Melihat judul dan isi syairnya, memang ini anak muda pacaran. Orang sedang pacaran, suasananya sama dengan pengantin baru. Bercorak sangat fisik. Berikut cuplikannya :

“Pegang tanganku, pegang pegang tanganku / Rayulah daku, rayu rayulah daku / Bila kau sayang padaku / Katakan sayang…

Peluk diriku, peluk peluk diriku / Cium pipiku, cium cium pipiku / Bila kau cinta padaku / Katakan cinta….”

Saya cuplikkan lagu jadul ini, karena saya tidak ngerti lagu-lagu yang sekarang…:) Mencuplik lagu, tentu sesuai zamannya. Lagu Vina tersebut menggambarkan sebuah asmara yang menggelora dari sepasang kekasih, sebagaimana pada pengantin baru pada umumnya.

Nah, semakin lama usia pernikahan, akan mereda dengan sendirinya corak fisik tersebut. Hubungan semakin dewasa, usia semakin menua, maka corak rahmah menjadi ciri dari kehidupan keluarga yang sudah tidak lagi bisa dikatakan muda. “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana”, adalah keinginan yang sederhana. Lahir dari hubungan yang sudah dewasa.

Menikmati puisi “Aku Ingin” karya Sapardi Djoko Damono di atas, mengingatkan suami dan istri bahwa ungkapan cinta tidak selalu harus menggebu-gebu. Ungkapan cinta bahkan tidak harus dengan kata-kata, bahkan isyarat. Cinta bisa dirasakan, walau “tidak sempat” mengucapkan kata-kata dan menyampaikan isyarat.

Selamat menikmati cinta.

Sumber: Kompasiana.com/PakCah

Saturday, January 18, 2014

Cinta Tanpa Syarat



Jendela Keluarga: John dan Ann Betar layak berbahagia. Mereka merayakan ulang tahun pernikahan mereka yang ke 81. Pasangan asal Connecticut, Amerika Serikat  itu termasuk “makhluk langka” di sebuah negara adidaya seperti Amerika, dimana pernikahan dan keluarga bukan menjadi tema sentral pada umumnya kehidupan masyarakat mereka.

Ann saat ini berusia 98 tahun dan John berusia 102 tahun, mencoba mengingat kembali sumber utama perselisihan mereka. “Ini hanya tentang memasak. Itulah satu-satunya konflik yang pernah kami alami,” kata Ann. Dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai 5 anak, 14 cucu dan 16 cicit. “Ini karena cinta tanpa syarat dan saling memahami,” ujar Ann.

Cinta Tanpa Syarat


Ungkapan Ann Betar tersebut sangat menarik, “Ini karena cinta tanpa syarat dan saling memahami.” Sering kita jumpai dalam kehidupan keluarga, suami dan isteri yang sering terlibat konflik berkepanjangan karena tidak mampu memahami pasangan. Bahwa dalam keluarga selalu ada perbedaan dan pertengkaran, itu wajar saja. Namun ketika suami dan isteri sudah menetapka “cinta tanpa syarat” dan saling memahami, maka perbedaan dan pertengkaran tidak membesar menjadi konflik yang merusakkan kebahagiaan keluarga.

 









Keluarga John dan Ann sudah pasti tidak terlepas dan problematika. Namun mereka sudah memiliki rumus dan cara untuk menghadapinya. “Pernikahan bukan sesuatu yang mesra. Selama 80 tahun, Anda belajar menerima cara hidup pasangan, kesepahaman, ketidaksepahaman, perselisihan tentang anak-anak kami, dan persiapan membesarkan anak-anak. Kepentingan utama adalah anak-anak,” ujar and Ann Betar.

Dalam wawancara dengan ABC, Ann dan John berbagi resep langgeng pernikahan mereka. “Akur, berkompromi, jalani hidup dengan penuh arti dan berguna,” ujar John. “Dan biarkan istrimu yang menjadi bos,” tambahnya. Sementara itu menurut Ann, untuk membuat sebuah hubungan pernikahan bertahan diperlukan suatu komitmen besar. “Kamu sudah tahu apa komitmenmu dan cobalah hidup dengan menjalani itu, memahami satu sama lain,” tuturnya.

Selama menjalani pernikahan hal tersulit yang pernah dialami adalah ketika mereka kehilangan dua anak. Keduanya sangat sedih, namun berhasil melalui cobaan tersebut dan kembali menjalani hidup hingga usia pernikahan mereka terus bertambah. Mereka berdua tidak larut dalam kesedihan, namun memilih fokus untuk hidup bahagia di sisa usai mereka bersama tiga anak yang masih ada dengan 14 cucu serta 16 cicit.

Mensepakati Rumus Kebahagiaan

Suami isteri harus memiliki rumus kebahagaiaan yang disepakati bersama. Bagaimana cara yang harus mereka tempuh untuk menjaga dan menguatkan kebahagiaan dalam keluarga, harus menjadi rumus yang disepakati bersama. Semakin lama usia pernikahan, semakin tua usia masing-masing pihak, harus semakin bijak dalam mensiasati kebahagiaan dalam kehidupan keluarga.

Banyak kegagalan dalam hidup berumah tangga, disebabkan karena ketiadaan rumus kebahagiaan antara suami dan isteri. Mereka belum menemukan rumus yang disepakati sebagai jalan menempuh kehidupan yang langgeng dan bahagia. Keduanya masih berjibaku mempertahankan dan memenangkan ego masing-masing. Tidak saling mengalah, tidak saling mendekat, tidak saling memahami, tidak saling mengerti. Akhirnya mereka tidak menemukan kebahagiaan dalam hidup berumah tangga.

Rumus kebahagiaan John dan Ann sederhana saja. “Ini karena cinta tanpa syarat dan saling memahami”.
Cobalah untuk mendapatkannya bersama pasangan anda.

Sumber: kompasiana.com/PakCah


Friday, January 17, 2014

Nasehat Ustd Farid Nu'man Untuk Para ODOJers ……….

Ustd. Farid Nu'man

Alangkah indahnya nasihat Al Imam Fudhail bin ‘Iyadh Rahimahullah:

“Meninggalkan amalan karena manusia adalah riya` sedangkan beramal karena manusia adalah kesyirikan, adapun yang namanya ikhlash adalah ketika Allah menyelamatkanmu dari keduanya.” (Ucapan ini tersebar dalam banyak kitab, seperti Minhajul Qashidin-nya Imam Ibnu Qudamah, Tazkiyatun Nufuus-nya Imam Ibnu Rajab, dll).







Janganlah kalian batalkan amal shalih itu karena komentar miring manusia, dan jangan pula kalian lakukan karena mengharapkan ridha manusia, tetaplah beramal, dan jangan pernah pikirkan semua komentar yang membuat hati kalian guncang. Urusan kalian adalah kepada Allah Ta’ala bukan dengan mereka. Sibukkanlah hati kalian denganNya, biarlah mereka sibuk menyelediki hati kalian, sehingga mereka lupa dengan hatinya sendiri. Sebab di akhirat nanti kullu nafsimbima kasabat rahiinah (setiap jiwa bertanggung jawab atas perbuatannya masing-masing). Memintalah kepada Allah Ta’ala agar tetap dijaga dan selamatkan dari riya dan kesyirikan dalam beramal.


Ustd. Farid Nu'man

Thursday, January 16, 2014

Komunikasi Efektif Suami Istri


Jendela Keluarga: Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai pasangan suami istri yang terjebak dalam konflik berkepanjangan, hanya karena sebab yang sepele dan remeh. Mereka tidak mampu mengungkapkan keinginan dan perasaan secara lancar kepada pasangannya, yang berdampak muncul salah paham dan memicu emosi serta kemarahan pasangan. Ini menunjukkan adanya komunikasi yang tidak lancar, sehingga berpotensi merusak suasana hubungan antara suami dengan istri.


 Ternyata, komunikasi memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan keharmonisan kehidupan rumah tangga. Gagal berkomunikasi bisa mengancam keutuhan sebuah keluarga, bahkan sampai ke tingkat perceraian. Sebenarnya apakah maksud komunikasi, dan bagaimana agar bisa berkomunikasi secara efektif kepada pasangan?

Makna Komunikasi

Komunikasi adalah aktivitas menyampaikan apa yang ada dalam pikiran, konsep yang kita miliki dan keinginan atau perasaan yang ingin kita sampaikan pada orang lain. Komunikasi juga bermakna sebagai seni mempengaruhi orang lain untuk memperoleh apa yang kita inginkan. (B S Wibowo, 2002).

Yang dimaksud dengan komunikasi efektif adalah sebuah bentuk komunikasi dimana pesan yang disampaikan berhasil mencapai sasaran dengan feedback (respon) yang sesuai dengan tujuan. Jika suami menghendaki “Aku ingin dibuatkan teh panas manis”, maka istri mengerti persis setingkat apa panasnya dan seperti apa tingkat kemanisannya. Jika istri membuatkan kopi pahit, maka jelas ini bentuk komunikasi yang terdistorsi secara berlebihan.

Jika istri menghendaki, “Aku ingin engkau perhatikan”, maka suami mengerti persis bentuk perhatian seperti apa yang diinginkan istri dan menyenangkan hati istri. Jika suami justru pergi meninggalkan rumah dengan marah, ini menandakan proses komunikasi yang terlalu jauh menyimpang.

Pondasi Utama

Jauh sebelum berpikir tentang upaya membangun komunikasi efektif, hal yang pertama kali harus dimiliki adalah menciptakan visi keluarga yang jelas. Suami dan istri harus memiliki cita-cita besar (vision) yang terang benderang, dan menjadi sebuah ikatan moral yang kokoh untuk diwujudkan dalam kehidupan. Visi inilah yang akan menuntun arah perjalanan kehidupan keluarga agar tidak menyimpang dan tidak berbalik arah.

Visi keluarga adalah surga. Ingin mendapatkan kebahagiaan kehidupan di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. Mendapatkan surga dunia dalam rumah tangga, dan mendapatkan surga akhirat di taman keabadian yang dijanjikan-Nya. Inilah visi yang sangat kokoh, yang mengikat kehidupan keluarga menuju kepada muara yang sangat jelas dan indah.

Dengan visi ini, suami dan istri akan selalu berusaha membahagiakan pasangannya. Selalu berusaha untuk menciptakan keluarga yang bahagia, dan bersama masuk surga.

10 Prinsip Komunikasi Efektif

Ada banyak orang berkomunikasi, namun tidak mendapatkan tanggapan seperti yang diharapkan. Ternyata pesan tidak sampai kepada pasangan, atau pesan sampai kepada pasangan tetapi dengan terdistorsi. Dampaknya komunikasi tidak pernah nyambung dan masing-masing merasa tidak nyaman dalam berkomunikasi. Hal ini akan mengakibatkan kemalasan dalam komunikasi dan memilih pasif.

Agar komunikasi antara suami dan istri bisa efektif, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh kedua belah pihak:
  1. Mengetahui ragam komunikasi, dari berbicara, menulis, hingga menyampaikan pesan lewat berbagai media
  2. Bersikap empati. Memposisikan diri Anda pada situasi perasaan dan pikiran yang sedang dialami pasangan.
  3. Fleksibel, komunikasi kadang memerlukan suasana dan gaya serius, namun ada kalanya lebih efektif menggunakan suasana dan gaya yang santai
  4. Memahami bahasa nonverbal. Kadang ekspresi wajah dan bahasa tubuh pasangan Anda sudah mengisyaratkan sesuatu pesan
  5. Jadilah pendengar yang baik. Jangan menguasai komunikasi dengan terlalu banyak bicara dan tidak mau mendengar
  6. Egaliter, hilangkan sekat pembatas antara Anda dengan pasangan yang menghalangi  kehangatan komunikasi
  7. Hindarkan kalimat dan gaya yang menyakiti hati pasangan, atau menyinggung perasaannya
  8. Sampaikan pesan dengan lembut dan bijak. Jangan berlaku kasar dalam komunikasi
  9. Gunakan bahasa dan media yang tepat, sesuai dengan situasi dan kondisi saat melakukan komunikasi
  10. Pilih waktu, suasana dan tempat yang tepat untuk mendukung kelancaran berkomunikasi.
Demikianlah sepuluh prinsip komunikasi efektif antara suami dan istri. Semoga kita semua mampu menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Aamiin.

Oleh: Ustd. Cahyadi Takariawan

Wednesday, January 15, 2014

Komunikasi Dan Interaksi Penuh Cinta




Jendela Keluarga:  Di antara hal yang sangat vital perannya dalam menjaga keharmonisan kehidupan rumah tangga adalah interaksi dan komunikasi yang sehat antara seluruh anggotanya. Suami dan isteri harus mampu membangun komunikasi yang indah dan melegakan, demikian pula orang tua dengan anak, serta sesama anak dalam rumah tangga.

Banyak permasalahan kerumahtanggaan muncul akibat tidak adanya komunikasi yang aktif dan intensif antara suami dengan isteri. Banyak hal yang didiamkan tidak dibicarakan, sehingga menggumpal menjadi permasalahan yang semakin membesar dan sulit diselesaikan. Padahal Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada para suami agar berkomunikasi dan berinteraksi secara bijak kepada isterinya:

“Dan bergaullah dengan mereka secara makruf. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” (An Nisa’: 19).

Muhammad Abduh menjelaskan, “Artinya wajib bagi kalian wahai orang-orang mukmin untuk mempergauli isteri-isteri kalian dengan bijak, yaitu menemani dan mempergauli mereka dengan cara yang makruf yang mereka kenal dan disukai hati mereka, serta tidak dianggap mungkar oleh syara’, tradisi dan kesopanan”.
“Maka mempersempit nafkah dan menyakitinya dengan perkataan atau perbuatan, banyak cemberut dan bermuka masam ketika bertemu mereka, semua itu menafikan pergaulan secara makruf. Diriwayatkan dari salah seorang salaf bahwa dia memasukkan ke dalam hal ini perihal laki-laki berhias untuk isteri dengan sesuatu yang layak baginya, sebagaimana isteri berhias untuknya”, tulis Abduh.

Termasuk dalam kategori ini adalah ketrampilan berbicara, mendengarkan, bergurau atau bercanda, tertawa, respon dan empati, juga ketrampilan berlaku romantis. Demikian pula ketrampilan mengungkapkan perasaan, menyatakan kecintaan dan kasih sayang, memahami perasaan pasangan. Tidak pula boleh diremehkan, ketrampilan praktis untuk memuaskan pasangan dalam kebutuhan biologis.

Kadang dijumpai suasana rumah tangga yang kaku tanpa canda dan penuh suasana ketegangan. Masing-masing anggota keluarga melakukan sendiri apa yang ingin dilakukan, menyimpan sendiri segala permasalahan dan berusaha menyelesaikannya sendiri-sendiri. Mereka berkomunikasi dalam sepi kepada diri sendiri dan tidak membuka diri terhadap yang lain. Suami merasa diri telah cukup berbuat hanya dengan memberikan kecukupan uang kepada isteri dan anak-anaknya. Isteri merasa diri cukup berbuat hanya dengan menyiapkan keperluan suami dan anak-anak, serta melayani suami di tempat tidur.

Suasana seperti itu amat jauh dari harapan sebuah keluarga yang sakinah, karena diwarnai oleh suasana individualistis yang tinggi. Permasalahan akan semakin menumpuk dan menjadi gunung yang siap meledak apabila ada simpul-simpul pemicunya. Mereka berbincang di dalam rumah tangga ala kadarnya sekedar untuk berbasa-basi, selebihnya masing-masing disibukkan oleh urusan sendiri. Rumah sebagai tempat kembali yang nyaman tidak mereka dapatkan suasananya.

Rasulullah saw bersabda:

“Tidak boleh lelaki mukmin membenci perempuan mukminah, jika ia tidak menyukai suatu perbuatan, maka ia akan menyukai perbuatan lainnya” (Riwayat Muslim).

Suami tidak boleh berlaku kasar, apalagi sampai ke tingkat memukul dan menendang isteri. Pukulan yang mendidik hanya boleh dilakukan dalam kasus nusyuz. Rasulullah memberikan penghargaan kepada para suami yang berlaku baik terhadap isteri mereka:

“Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik di antara kamu dalam bergaul dengan isterinya, dan aku adalah yang paling baik di antara kamu dalam bergaul dengan isteri” (Riwayat Tirmidzi).

Banyak suami yang memiliki kelemahan dalam mendengarkan isi hati isteri. Pada kondisi dimana isteri merasa memerlukan perhatian, ia sangat ingin mencurahkan perasaan hatinya kepada suami. Ia ingin mengobrol dan menyampaikan keinginan dan harapan-harapan yang selama ini terpendam belum terungkapkan. Apabila suami tidak merespon, bahkan bersikap menutup diri terhadap keinginan itu, akan cenderung melahirkan ketertekanan batin pada isteri. Pada kondisi yang telah memuncak, keinginan curhat isteri yang tidak ditampung suami tersebut akan menimbulkan ledakan emosional yang dahsyat.

Isteri akan cenderung lari kepada orang lain, mungkin teman dekat, atau tetangga, mungkin orang tua atau bahkan ke psikolog atau kepada seorang ustadz yang dipercaya, untuk menumpahkan semua permasalahan hatinya. Ia hanya ingin mendapatkan suasana kelegaan hati, dengan menceritakan semua permasalahan yang dihadapi. Isteri akan sangat bergembira apabila bertemu dengan seseorang yang bersedia mendengarkan dan menampung curahan hatinya. Bisa jadi seseorang tersebut tidak memberikan solusi apapun dari permasalahan yang diutarakan, akan tetapi kesediaannya mendengar dan merespon secara positif itu telah amat menenteramkan.

Untuk itu, suami harus menjadi seseorang yang paling enak dan nyaman bagi isteri untuk mencurahkan perasaan hatinya. Jangan dibiarkan isteri tidak mendapatkan kesempatan untuk curhat kepada suami di rumah yang berakibat ia mencari orang lain untuk tempat curhat. Kadang hal seperti ini menimbulkan masalah baru. Apabila orang yang menjadi tempat curhat tersebut adalah teman lelaki sekantornya, atau seorang lelaki yang menjadi teman lamanya semasa kuliah atau sekolah dahulu, lalu ternyata ia mendapatkan kecocokan untuk mencurahkan permasalahannya, akan bisa berkembang menjadi hubungan yang lebih intim dan khusus.

Tentu hal ini menuntut kemampuan suami untuk bisa mendengarkan, menampung dan merespon secara positif perasaan hati isteri. Jangan biarkan permasalahan menumpuk di hati isteri sehingga menjadi gumpalan permasalahan yang tidak terselesaikan.

Suami semestinya mengawali suasana keterbukaan dalam komunikasi sehingga permasalahan sekecil apapun bisa segera direspon dan diselesaikan. Pengakuan Nyonya Noni yang dimuat dalam majalah Ayah-bunda edisi 6 – 9 April 1996 berikut hendaknya menjadi pelajaran bagi yang lain, bahwa keterbukaan dalam komunikasi amatlah penting untuk mempertahankan cinta dalam keluarga.

“Dunia pekerjaan saya mengharuskan saya bergaul dengan banyak orang dari berbagai lapisan, baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan boleh dibilang model pergaulannya pun bebas, meskipun saya pikir itu tergantung dari orang yang bersangkutan. Selama ini suami tidak pernah berkomentar negatif terhadap kegiatan saya, tetapi belakangan saya ketahui kalau suami berselingkuh dengan wanita yang sangat belia”, demikian penuturan Nyonya Noni.

“Ketika saya tanyakan, bukan saja dia mengakui tetapi juga mengatakan bahwa hal itu dilakukan karena sebenarnya dia tidak menyukai kegiatan saya. Selama ini saya tidak tahu hal itu karena suami tidak pernah mengatakan terus terang. Akhirnya semenjak delapan bulan yang lalu saya pisah rumah sementara dengan suami”, tambah Nyonya Noni.

Tampak dalam pengakuan di atas, keluarga Nyonya Noni tidak terbiasa melakukan komunikasi secara terbuka. Suami Nyonya Noni tidak pernah mengekspresikan perasaan ketidaksukaannya terhadap pekerjaan dan pola pergaulan Nyonya Noni. Karena tidak pernah berkomunikasi dengan hangat dan terbuka kepada pasangannya, ditambah dengan kesibukan masing-masing menyebabkan rumah tangga Nyonya Noni dilanda kemelut. Suami Noni memilih mengekspresikan ketidaksenangannya dengan melakukan selingkuh, bukan dengan terbuka mengungkapkan keinginan dan harapannya.

Untuk itulah semestinya interaksi dan komunikasi penuh cinta dilakukan dalam rumah tangga, hingga tidak ada ganjalan yang tidak tersampaikan kepada pasangannya.

Oleh : Cahyadi Takariawan
http://wonderful-family.web.id