Jendela Keluarga: Teman-teman yang dirahmati Allah
mari kita sedikit merenung, bagaimana berat perjuangan Rasulullah dan
para sahabat dahulu ketika meletakkan batu pondasi dakwah ini. Tak
sekedar caci dan fitnah, segala macam siksaan pun mereka dapatkan. Ada
yang ditindas batu, dicambuk di bawah jemuran matahari gurun, di boikot
hingga kelaparan, dan tak sedikit yang harus gugur demi berlaku tsabat,
teguh berdiri diatas jalan dakwah.
Rasulullah sendiri ketika shalat
pernah dilempar kotoran unta, diludahi, diancam, dicaci, dipukul, belum
lagi dikata-katai penyair, gila, tukang sihir, dan beragam tudingan
miring yang dikarang sesuka-sukanya oleh orang kafir Quraisy.
Inilah Rasulullah, sang
penggerak awal Dakwah yang disiksa sebegitu kejamnya. Bayangkan, bila
terhadap kekasih-Nya saja Allah memberikan ujian seperti itu dalam
berdakwah, maka ujian seperti apakah yang seharusnya kita terima yang
bukan apa-apa ini..??
Tapi pertanyaannya, apakah kita
sudah menerima ujian seberat yang Rasulullah dan para sahabat terima
saat berdakwah..?? Tidak..!! Sangat jauh sekali penderitaan yang beliau
hadapi dengan yang kita hadapi dalam proses berdakwah mengubah manusia
menjadi hamba-hamba Allah seutuhnya. Namun ada sebuah fenomena aneh yang
melanda, kita yang ujiannya tak seberapa ini sepertinya lebih sering
mengeluh ketimbang mereka..
Bila seorang sahabat suatu kali
saat sedang disiksa keceplosan meminta kepada Rasulullah agar berdoa
meminta pertolongan Allah segera turun, langsung Rasulullah tegur..!
Beliau ingatkan kalau nabi dan umat sebelum mereka itu lebih berat
ujiannya, bahkan ada yang dagingnya disisir dengan sisir besi.Tapi
itulah perjuangan mereka yang telah berbuah manis, dimana tongkat
estafeta dakwah itu sekarang bisa sampai ke tangan kita setelah melalui
berbagai kurun generasi lampau..
Yang perlu kita tekankan disini,
bahwa Rasulullah dan para sahabat juga manusia biasa dan memiliki
perasaan marah, kecewa, sedih, dan lain sebagainya sama seperti kita.
Bahkan di puncak trubulasi dakwah ketika ujian begitu deras menghantam
beliau secara bertubi-tubi, Rasulullah bersama para sahabat tetap teguh
melaksanakan amanah langit yang ada di pundak mereka: Dakwah..
Bisa dibayangkan, saat
orang-orang yang berkontribusi besar melindungi beliau kemudian Allah
panggil satu-persatu. Mulai dari paman hingga istri tercinta yang telah
begitu banyak memberikan segala yang dimilikinya untuk melindungi dakwah
Islam. Kehilangan orang yang dicintai sudah amat berat rasanya, belum
ditambah dengan munculnya ancaman dan rongrongan dari kaum musyrik
Quraisy.
Rasulullah akhirnya mencoba
peruntungan dengan berdakwah diluar kota Madinah, kota Thaif yang
merupakan salah satu kota metropolitan bangsa Arab kala itu. Beliau
ditemani pembantu yang setia, Zaid bin Haritsah radiyallahu ‘anhu
berdakwah menyeru para pembesar Thaif kepada kebaikan dunia-akhirat.
Namun bukansambutan hangat dan
kalungan bunga yang beliau terimamelainkan lemparan batu-batu cadas
serta hina nestapa, padahal seharusnya ajakan mulia seperti itu mendapat
jawaban yang penuh cinta.Lihatlah bagaimana manusia pilihan Allah yang
paling mulia diatas muka bumi dilempari batu dan dihina bukan hanya oleh
para pembesar, bahkan hingga anak-anak dan orang-orang ‘tak waras’ pun
ikut-ikutan..
Demi Allah, manusia beriman mana
yang tak teriris hatinya menyaksikan bagaimana sang Rasul mulia
menghadapi berat perlawanan masyarakatnya sendiri. Kaki beliau sampai
berdarah-darah terseret di tengah-tengah tanah sahara yang panas
membara..
Sang anak angkat sekaligus
pembantu setia, Zaid bin Haritsah pun menitikkan air mata. Tak habis
pikir bagaimana mungkin masyarakat begitu dahsyat menolak ajakan ke
syurga dan tega menyakiti nabinya sendiri.. Tapi itulah faktanya jika
mata telah dibutakan oleh kepentingan dan syahwat keberhalaan..
Rasul merebahkan diri di sudut
kota Thaif, wilayah tersembunyi di perkebunan Bani Rabi’ah untuk sejenak
menghela perih. Linangan air mata membasahi wajah beliau, betul-betul
sebuah ujian yang sangat berat. Dimulai dari meninggalnya orang-orang
tercinta,akibatnya beliau semakin keras dimusuhi, disiksa, serta terusir
dari negerinya, bahkan di negeri orang pun tak diterima.
Namun tak pernah sedetikpun
Rasul mulia ini mengaduh dan menyesal atas dakwahnya karena hatinya
selalu dihiasi baik sangka kepada Rabb-nya ‘Azza wa Jalla. Inilah
skenario Allah untuk mendidik manusia paling mulia.. Namun kondisi maha
sakit itu betul-betul membuat hati manusia paling tangguh ini
bergemuruh, beliau pun berdoa mengetuk pintu langit..
اللهم إليك أشكو ضعف قوتي, و قلة حيلتي, و هواني على الناس..
يا أرحم الراحمين, أنت رب المستضعفين, و أنت ربي..
إلى من تكلني, إلى بعيد يتجهمني, أم إلى عدو ملكته إمري..
إن لم يكن بك علي غضب فلا أبالي, و لكن عافيتك هي اوسع لي..
أعوذ بنور وجهك الذي اشرقت له الظلمات, و صلح عليه أمر الدنيا و الآخرة..
من أن تنزل بي غضبك, أو تحل علي سخطك..
لك العتبى حتى ترضى, و لا حولى و لا قوة إلا بك..
Ya Allah, hanya kepada-Mu lah aku mengadukan kelemahan diriku, kurangnya dayaku, dan kehinaanku dihadapan manusia..
Wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Engkaulah Tuhan orang-orang yang tertindas, Engkaulah Tuhanku..
Kepada
siapakah Kau serahkan diriku.. Kepada orang jauh yang akan
mendzalimiku, ataukah kepada musuh hingga Kau kuasakan mereka atas
urusanku..
Andai ini bukan karena
Engkau murka kepadaku maka aku tak akan peduli, akan tetapi keselamatan
dari-Mu akan lebih melapangkan hatiku..
Aku
berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang telah menerangi segala
kegelapan, serta menjadi baik dengannyasegala urusan dunia dan akhirat..
(aku berlindung) dari turunnya kemarahan-Mu kepadaku, atau berlakunya kemurkaan-Mu keatasku..
Hak-Mu lah segala cela -atasku- hingga Engaku ridha, sungguh tidak ada daya dan tidak ada upaya kecuali dengan-Mu..
Doa manusia paling mulia ini
Allah dengar (dan Dia Maha Mendengar), lalu diutuslah malaikat penjaga
gunung menawarkan kepada Rasulullah, bagaimanakalau penduduk Thaif
ditimpakan saja dengan bukit-bukit kota Mekkah. Agar sekalian mereka
musnah sebagaimana musnahnya kaum-kaum kafir dari umat terdahulu.. Kaum
‘Aad, Tsamud, Aikah, yang telah diadzab Allah karena mendustakan serta
berbuat kurang ajar terhadap para Rasul..
Bila kita ada di posisi ini,
sangat manusiawi apabila kita menjawab, “Iya”.. Sekali lagi, sangat
manusiawi bila kita mengiyakan tawaran malaikat penjaga gunung itu..
Toh, para nabi sebelum Rasulullah juga banyak yang memanjatkan doa
kepada Allah agar kaumnya dimusnahkan saja dari muka bumi.. Ini bukanlah
usaha balas dendam, tapi sebuah logika sederhana: Musnahkan mereka agar
tidak menyebarkan fitnahdan kekafiran di muka bumi ini..
Namun apa jawaban baginda Rasul
kita Shallallahu ‘alaihi wasallam..?? Ini sebuah jawaban yang terlihat
sederhana namun menghujam jauh ke dasar hati, sebuah jawaban yang akan
membuat air mata menitik bila dibandingkan dengan segala kejahatan yang
telah beliau terima.. Sebuah jawaban yang membuat diri terenyuh dan
sulit melontarkan dengan kata-kata..
“Biarkanlah mereka, semoga nanti
akan muncul dari keturunan mereka orang-orang yang akan Menyembah Allah
dan tidak menyekutukan-Nya.”
Allahu Akbar, inilah
keistimewaan Nabi kita: Harapan.. Disaat Nabi-Nabi lain berada dalam
kondisi yang sama namun lebih memilih untuk mendoakan kebinasaan
kaumnya, maka Rasulullah lebih memilih untuk berharap dan berdoa kepada
Allah agar menyelamatkan mereka dari pekat kekafiran..
Dan sahabat, karena berkah doa
beliau yang terdzalimi itulah kota Thaif menjadi salah satu kota yang
teguh memeluk Islam pasca wafatnya Rasulullah. Padahal saat itu
kota-kota lain banyak yang memilih untuk murtad dan melawan Khalifah
baru saat itu, Abu Bakar Ash-Shiddiq..
Inilah Cinta..!! tak sekedar
cinta syahwat semata yang hanya fatamorgana, tidak juga cinta orang tua
kepada anaknya, yang pada hari kiamat tak akan tersisa lagi sesuatupun
yang bisa disebut darinya.. Namun ini adalah cinta seorang Nabi terhadap
umatnya yang kan terus kekal hingga hari akhir zaman.. Hingga raga
berpisah dari nyawa beliau masih sempat berucap, “Umatku.. Umatku..
Umatku..”
Cinta macam apakah ini yang
telah menguatkan manusia biasa seperti beliau, tak seperti cinta manusia
sekarang yang lebih sering membuat galau.. Inilah cinta, karena cinta
itu menguatkan bukannya melemahkan..!!
Dan kita harus selalu ingat
selalu, bagaimana Allah letakkan ujian berat ini pada akhir periode
stagnansi dakwah di Mekkah, dimana setelah ujian berat ini Allah
datangkan pertolongan secara bertubi-tubi sebagaimana datangnya ujian
sebelum itu..
Dimulai dengan datangnya Addas,
seorang nashrani yang menemui beliau di sudut kota Thaif membawakan
buah-buah anggur kepada Rasulullah untuk meringankan kesusahannya pasca
dilempari batu oleh anak-anak kota Thaif. Addas menyadari bahwa yang
dihadapinya adalah seorang Nabi, maka beliau mencium keningnya yang
penuh berkah.. Inilah sebuah penghargaan pertama yang beliau terima
setelahnya..
Tak berhenti sampai disitu,
ketika Rasulullah sedang singgah di suatu lembah beliau didatangi oleh
rombongan jin yang mencuri dengar bacaan ayat-ayat Qur’an. Jin-jin
tersebut akhirnyamasuk islam, tak berhenti sampai disitu bahkan mereka
langsung menjadi Da’i yang ikut menyeru kepada Islam seketika itu juga.
{Dan (ingatlah) ketika Kami
hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur'an, maka
tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah
kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka
kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.}
(QS. Al-Ahqaf: 29)
Disusul kemudian dengan adanya
perlindungan dari Muth’im bin ‘Ady, seorang yang saat itu masih Muyrik
kepada Rasulullah untuk dapat kembali memasuki kota Mekkah dengan aman.
Akhirnya Rasulullah bisa kembali berdakwah di kota Mekkah.. Tak berhenti
sampai disana, Allah masih memberikan sebuah kejutan spesial untuk
beliau dengan meng-Isra’ dan me-mi’rajkan beliau, dari kota Mekkah ke
Baitul Maqdis, Al-Aqsha di Palestina, lalu kemudian naik ke sidratul
muntaha.
Dalam bahasa kita, Isra’ dan
Mi’raj ini merupakan sebuah piknik spiritual yang begitu besar nilainya
bagi Rasulullah. Melihat berlapis-lapis langit, menemui nabi-nabi
terdahulu, dan pada puncaknya beliau diangkat ke Baitul Ma’mur untuk
langsung menerima perintah shalat lima waktu dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Dan pada akhirnya ‘hadiah’ pasca
ujian berat di kota Thaif itu ditutup dengan munculnya orang-orang kota
Yatsrib yang saat itu berhaji ke kota Mekkah.. Jalan dakwah pun mulai
terbuka lebar, puluhan orang Yatsrib memeluk Islam, yang kemudian
disusul dengan pengutusan seorang Duta untuk mendakwahkkan Islam disana,
Mush’ab bin Umair..
Tak hanya mampu memikat
orang-orangnya, bahkan kota Yatsrib sendiri pun akhirnya luluh dalam
harmoni dakwah seorang Mush’ab bin Umair.. Inilah dia seorang Da’i
muslim yang mampu menakhlukan satu kota dengan satu kata: Cinta..
Inilah awal kebangkitan,
perubahan alur sejarah yang saat itu masih dikuasai oleh tangan-tangan
kekafiran hingga berangsur dipegang oleh kaum muslimin..
Inilah dakwah..
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan
kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau
pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah
kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka
tolonglah kami dari (kejahatan) orang-orang kafir".
Oleh: Darmadi Didik Asal: Balikpapan |
---|
Mahasiswa Mahad Aly An-Nuaimy Angkatan 5 |
0 comments:
Post a Comment