Selamat Datang di Web Jendela Keluarga Aris Nurkholis - Ratih Kusuma Wardani

Saturday, February 8, 2014

Karena Dakwah Adalah Cinta



Jendela Keluarga: Teman-teman yang dirahmati Allah mari kita sedikit merenung, bagaimana berat perjuangan Rasulullah dan para sahabat dahulu ketika meletakkan batu pondasi dakwah ini. Tak sekedar caci dan fitnah, segala macam siksaan pun mereka dapatkan. Ada yang ditindas batu, dicambuk di bawah jemuran matahari gurun, di boikot hingga kelaparan, dan tak sedikit yang harus gugur demi berlaku tsabat, teguh berdiri diatas jalan dakwah.

Rasulullah sendiri ketika shalat pernah dilempar kotoran unta, diludahi, diancam, dicaci, dipukul, belum lagi dikata-katai penyair, gila, tukang sihir, dan beragam tudingan miring yang dikarang sesuka-sukanya oleh orang kafir Quraisy.

Inilah Rasulullah, sang penggerak awal Dakwah yang disiksa sebegitu kejamnya. Bayangkan, bila terhadap kekasih-Nya saja Allah memberikan ujian seperti itu dalam berdakwah, maka ujian seperti apakah yang seharusnya kita terima yang bukan apa-apa ini..??

Tapi pertanyaannya, apakah kita sudah menerima ujian seberat yang Rasulullah dan para sahabat terima saat berdakwah..?? Tidak..!! Sangat jauh sekali penderitaan yang beliau hadapi dengan yang kita hadapi dalam proses berdakwah mengubah manusia menjadi hamba-hamba Allah seutuhnya. Namun ada sebuah fenomena aneh yang melanda, kita yang ujiannya tak seberapa ini sepertinya lebih sering mengeluh ketimbang mereka..

Bila seorang sahabat suatu kali saat sedang disiksa keceplosan meminta kepada Rasulullah agar berdoa meminta pertolongan Allah segera turun, langsung Rasulullah tegur..! Beliau ingatkan kalau nabi dan umat sebelum mereka itu lebih berat ujiannya, bahkan ada yang dagingnya disisir dengan sisir besi.Tapi itulah perjuangan mereka yang telah berbuah manis, dimana tongkat estafeta dakwah itu sekarang bisa sampai ke tangan kita setelah melalui berbagai kurun generasi lampau..

Yang perlu kita tekankan disini, bahwa Rasulullah dan para sahabat juga manusia biasa dan memiliki perasaan marah, kecewa, sedih, dan lain sebagainya sama seperti kita. Bahkan di puncak trubulasi dakwah ketika ujian begitu deras menghantam beliau secara bertubi-tubi, Rasulullah bersama para sahabat tetap teguh melaksanakan amanah langit yang ada di pundak mereka: Dakwah..

Bisa dibayangkan, saat orang-orang yang berkontribusi besar melindungi beliau kemudian Allah panggil satu-persatu. Mulai dari paman hingga istri tercinta yang telah begitu banyak memberikan segala yang dimilikinya untuk melindungi dakwah Islam. Kehilangan orang yang dicintai sudah amat berat rasanya, belum ditambah dengan munculnya ancaman dan rongrongan dari kaum musyrik Quraisy.

Rasulullah akhirnya mencoba peruntungan dengan berdakwah diluar kota Madinah, kota Thaif yang merupakan salah satu kota metropolitan bangsa Arab kala itu. Beliau ditemani pembantu yang setia, Zaid bin Haritsah radiyallahu ‘anhu berdakwah menyeru para pembesar Thaif kepada kebaikan dunia-akhirat.

Namun bukansambutan hangat dan kalungan bunga yang beliau terimamelainkan lemparan batu-batu cadas serta hina nestapa, padahal seharusnya ajakan mulia seperti itu mendapat jawaban yang penuh cinta.Lihatlah bagaimana manusia pilihan Allah yang paling mulia diatas muka bumi dilempari batu dan dihina bukan hanya oleh para pembesar, bahkan hingga anak-anak dan orang-orang ‘tak waras’ pun ikut-ikutan..

Demi Allah, manusia beriman mana yang tak teriris hatinya menyaksikan bagaimana sang Rasul mulia menghadapi berat perlawanan masyarakatnya sendiri. Kaki beliau sampai berdarah-darah terseret di tengah-tengah tanah sahara yang panas membara..

Sang anak angkat sekaligus pembantu setia, Zaid bin Haritsah pun menitikkan air mata. Tak habis pikir bagaimana mungkin masyarakat begitu dahsyat menolak ajakan ke syurga dan tega menyakiti nabinya sendiri.. Tapi itulah faktanya jika mata telah dibutakan oleh kepentingan dan syahwat keberhalaan..

Rasul merebahkan diri di sudut kota Thaif, wilayah tersembunyi di perkebunan Bani Rabi’ah untuk sejenak menghela perih. Linangan air mata membasahi wajah beliau, betul-betul sebuah ujian yang sangat berat. Dimulai dari meninggalnya orang-orang tercinta,akibatnya beliau semakin keras dimusuhi, disiksa, serta terusir dari negerinya, bahkan di negeri orang pun tak diterima.

Namun tak pernah sedetikpun Rasul mulia ini mengaduh dan menyesal atas dakwahnya karena hatinya selalu dihiasi baik sangka kepada Rabb-nya ‘Azza wa Jalla. Inilah skenario Allah untuk mendidik manusia paling mulia.. Namun kondisi maha sakit itu betul-betul membuat hati manusia paling tangguh ini bergemuruh, beliau pun berdoa mengetuk pintu langit..

اللهم إليك أشكو ضعف قوتي, و قلة حيلتي, و هواني على الناس..
يا أرحم الراحمين, أنت رب المستضعفين, و أنت ربي..
إلى من تكلني, إلى بعيد يتجهمني, أم إلى عدو ملكته إمري..
إن لم يكن بك علي غضب فلا أبالي, و لكن عافيتك هي اوسع لي..
أعوذ بنور وجهك الذي اشرقت له الظلمات, و صلح عليه أمر الدنيا و الآخرة..
من أن تنزل بي غضبك, أو تحل علي سخطك..
لك العتبى حتى ترضى, و لا حولى و لا قوة إلا بك..

Ya Allah, hanya kepada-Mu lah aku mengadukan kelemahan diriku, kurangnya dayaku, dan kehinaanku dihadapan manusia..
Wahai Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Engkaulah Tuhan orang-orang yang tertindas, Engkaulah Tuhanku..
Kepada siapakah Kau serahkan diriku.. Kepada orang jauh yang akan mendzalimiku, ataukah kepada musuh hingga Kau kuasakan mereka atas urusanku..
Andai ini bukan karena Engkau murka kepadaku maka aku tak akan peduli, akan tetapi keselamatan dari-Mu akan lebih melapangkan hatiku..
Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang telah menerangi segala kegelapan, serta menjadi baik dengannyasegala urusan dunia dan akhirat..
(aku berlindung) dari turunnya kemarahan-Mu kepadaku, atau berlakunya kemurkaan-Mu keatasku..
Hak-Mu lah segala cela -atasku- hingga Engaku ridha, sungguh tidak ada daya dan tidak ada upaya kecuali dengan-Mu..

Doa manusia paling mulia ini Allah dengar (dan Dia Maha Mendengar), lalu diutuslah malaikat penjaga gunung menawarkan kepada Rasulullah, bagaimanakalau penduduk Thaif ditimpakan saja dengan bukit-bukit kota Mekkah. Agar sekalian mereka musnah sebagaimana musnahnya kaum-kaum kafir dari umat terdahulu.. Kaum ‘Aad, Tsamud, Aikah, yang telah diadzab Allah karena mendustakan serta berbuat kurang ajar terhadap para Rasul..

Bila kita ada di posisi ini, sangat manusiawi apabila kita menjawab, “Iya”.. Sekali lagi, sangat manusiawi bila kita mengiyakan tawaran malaikat penjaga gunung itu.. Toh, para nabi sebelum Rasulullah juga banyak yang memanjatkan doa kepada Allah agar kaumnya dimusnahkan saja dari muka bumi.. Ini bukanlah usaha balas dendam, tapi sebuah logika sederhana: Musnahkan mereka agar tidak menyebarkan fitnahdan kekafiran di muka bumi ini..

Namun apa jawaban baginda Rasul kita Shallallahu ‘alaihi wasallam..?? Ini sebuah jawaban yang terlihat sederhana namun menghujam jauh ke dasar hati, sebuah jawaban yang akan membuat air mata menitik bila dibandingkan dengan segala kejahatan yang telah beliau terima.. Sebuah jawaban yang membuat diri terenyuh dan sulit melontarkan dengan kata-kata..

“Biarkanlah mereka, semoga nanti akan muncul dari keturunan mereka orang-orang yang akan Menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya.”

Allahu Akbar, inilah keistimewaan Nabi kita: Harapan.. Disaat Nabi-Nabi lain berada dalam kondisi yang sama namun lebih memilih untuk mendoakan kebinasaan kaumnya, maka Rasulullah lebih memilih untuk berharap dan berdoa kepada Allah agar menyelamatkan mereka dari pekat kekafiran..

Dan sahabat, karena berkah doa beliau yang terdzalimi itulah kota Thaif menjadi salah satu kota yang teguh memeluk Islam pasca wafatnya Rasulullah. Padahal saat itu kota-kota lain banyak yang memilih untuk murtad dan melawan Khalifah baru saat itu, Abu Bakar Ash-Shiddiq..

Inilah Cinta..!! tak sekedar cinta syahwat semata yang hanya fatamorgana, tidak juga cinta orang tua kepada anaknya, yang pada hari kiamat tak akan tersisa lagi sesuatupun yang bisa disebut darinya.. Namun ini adalah cinta seorang Nabi terhadap umatnya yang kan terus kekal hingga hari akhir zaman.. Hingga raga berpisah dari nyawa beliau masih sempat berucap, “Umatku.. Umatku.. Umatku..”

Cinta macam apakah ini yang telah menguatkan manusia biasa seperti beliau, tak seperti cinta manusia sekarang yang lebih sering membuat galau.. Inilah cinta, karena cinta itu menguatkan bukannya melemahkan..!!

Dan kita harus selalu ingat selalu, bagaimana Allah letakkan ujian berat ini pada akhir periode stagnansi dakwah di Mekkah, dimana setelah ujian berat ini Allah datangkan pertolongan secara bertubi-tubi sebagaimana datangnya ujian sebelum itu..

Dimulai dengan datangnya Addas, seorang nashrani yang menemui beliau di sudut kota Thaif membawakan buah-buah anggur kepada Rasulullah untuk meringankan kesusahannya pasca dilempari batu oleh anak-anak kota Thaif. Addas menyadari bahwa yang dihadapinya adalah seorang Nabi, maka beliau mencium keningnya yang penuh berkah.. Inilah sebuah penghargaan pertama yang beliau terima setelahnya..

Tak berhenti sampai disitu, ketika Rasulullah sedang singgah di suatu lembah beliau didatangi oleh rombongan jin yang mencuri dengar bacaan ayat-ayat Qur’an. Jin-jin tersebut akhirnyamasuk islam, tak berhenti sampai disitu bahkan mereka langsung menjadi Da’i yang ikut menyeru kepada Islam seketika itu juga.

{Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.}
(QS. Al-Ahqaf: 29)

Disusul kemudian dengan adanya perlindungan dari Muth’im bin ‘Ady, seorang yang saat itu masih Muyrik kepada Rasulullah untuk dapat kembali memasuki kota Mekkah dengan aman. Akhirnya Rasulullah bisa kembali berdakwah di kota Mekkah.. Tak berhenti sampai disana, Allah masih memberikan sebuah kejutan spesial untuk beliau dengan meng-Isra’ dan me-mi’rajkan beliau, dari kota Mekkah ke Baitul Maqdis, Al-Aqsha di Palestina, lalu kemudian naik ke sidratul muntaha.

Dalam bahasa kita, Isra’ dan Mi’raj ini merupakan sebuah piknik spiritual yang begitu besar nilainya bagi Rasulullah. Melihat berlapis-lapis langit, menemui nabi-nabi terdahulu, dan pada puncaknya beliau diangkat ke Baitul Ma’mur untuk langsung menerima perintah shalat lima waktu dari Allah ‘Azza wa Jalla.

Dan pada akhirnya ‘hadiah’ pasca ujian berat di kota Thaif itu ditutup dengan munculnya orang-orang kota Yatsrib yang saat itu berhaji ke kota Mekkah.. Jalan dakwah pun mulai terbuka lebar, puluhan orang Yatsrib memeluk Islam, yang kemudian disusul dengan pengutusan seorang Duta untuk mendakwahkkan Islam disana, Mush’ab bin Umair..

Tak hanya mampu memikat orang-orangnya, bahkan kota Yatsrib sendiri pun akhirnya luluh dalam harmoni dakwah seorang Mush’ab bin Umair.. Inilah dia seorang Da’i muslim yang mampu menakhlukan satu kota dengan satu kata: Cinta..

Inilah awal kebangkitan, perubahan alur sejarah yang saat itu masih dikuasai oleh tangan-tangan kekafiran hingga berangsur dipegang oleh kaum muslimin..

Inilah dakwah..

"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami dari (kejahatan) orang-orang kafir".
 
Oleh: Darmadi Didik
Asal: Balikpapan
Mahasiswa Mahad Aly An-Nuaimy Angkatan 5
 


0 comments:

Post a Comment