Jendela Keluarga: PERBINCANGAN seputar cinta dalam kehidupan merupakan perihal yang
sangat menyenangkan, menakjubkan, dan tak membosankan. Sepasang mempelai
merasakan manisnya cinta dalam bingkai tali ikatan pernikahan, pasangan
suami istri memadu kasih dan cinta di dalam mahligai bahtera rumah
tangga, orang tua mencurahkan butiran-butiran cinta kepada anak-anaknya,
seorang saudara mencintai saudaranya atas dasar ikatan kekerabatan.
Semuanya terpikat, tersihir, dan terpanah oleh “cinta”.
Ketika seorang istri melabuhkan cintanya kepada pasangannya, tentunya
adanya indikasi cahaya cinta yang memancar dalam relung hatinya. Ia
akan memberikan pelayanan spesial dan super kepada tambatan hatinya. Ia
rela berkurban untuk mereguk manisnya cinta. Itulah cinta membuat orang
bahagia ketika meraihnya dan membuat orang merana ketika jalinan cinta
kandas oleh gelombang besar yang menerpa.
Agar cinta seseorang meraih selaksa pahala, hendaklah ia
memperhatikan makna cinta yang sebenarnya, apa dasar cinta berlabuh
dalam hatinya, dan apa motivasi cinta yang tertanam dalam jiwanya.
Cinta yang membuahkan pahala adalah cinta berpijak karena Alloh.
Seseorang mencintai istrinya bukan karena harta melimpah yang
dimilikinya. Seseorang mencintai saudaranya bukan karena jalinan
kekerabatan. Seseorang mencintai anaknya bukan karena ikatan nasab.
Seseorang mencintai teman kerjanya bukan karena satu perusahaan. Jadi,
cinta yang bermuara pahala adalah cinta karena Alloh . Maksud cinta karena Alloh adalah mencintai orang lain-istri, anak, saudara seiman, kerabat, dan teman-karena ketakwaan, keimanan, dan ketaatan kepada Alloh .
Jika seseorang mencintai istrinya karena kecantikannya, niscaya
kecantikan akan punah. Jika seseorang mencintai istrinya karena harta
benda yang melimpah, niscaya harta bendanya bisa binasa. Jika seseorang
mencintai istrinya karena keturunannya, niscaya keturunanya tidak bisa
menyelamatkan dirinya dari kobaran api neraka. Oleh karena itu,
cintailah istri, anak, orang tua, kerabat dan teman karena ketaatan
kepada Alloh , niscaya cinta itu akan membuahkan balasan kebaikan di
dunia dan buah pahala di akhirat kelak.
Buah ranum yang di dapat dari orang yang mencintai karena Alloh
adalah mendapatkan naungan pada suatu hari dimana tidak ada naungan
kecuali naungan dari Alloh . Pada hari kiamat matahari akan didekatkan
kepada manusia dengan sedekat-dekatnya, merekapun berpeluh ada yang
sampai telinga, ada yang sampai lutut, ada juga yang sampai kedua mata
kaki. Saking panasnya hingga kumpulan peluh mereka menembus bumi sejauh
tujuh puluh hasta. Pada hari itu tidak ada naungan atau memayungi terik
panasnya matahari kecuali naungan dari Alloh .
Dari Abu Hurairoh bahwa Nabi Muhammad bersabda:“Tujuh
golongan yang mereka dinaungi oleh Alloh di bawah naungan-Nya (naungan
arsy-Nya atau naungan yang Alloh ciptakan untuk menaungi hamba-Nya yang
dikehendaki-Nya) pada hari tiada naungan selain naungan-Nya: seorang
pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Alloh
, seorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, dua orang yang
saling mencintai karena Alloh ; keduanya berkumpul dan berpisah karena
cinta Alloh, seseorang yang diajak zina oleh seorang wanita yang
memiliki kecantikan dan kemolekan akan tetapi ia berkata, ‘Sesungguhnya
aku takut kepada Alloh .’, seorang yang mengeluarkan sedekah lalu
menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
disedekahkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir kepada
Alloh dalam kesendirian sehingga berlinanglah air matanya. (HR. Bukhori dan Muslim)
Syaikh Sholih Utsaimin berkata,
“Maka makna ‘Pada hari tiada naungan selain naungan-Nya’ atau ‘Mereka
dinaungi oleh Alloh di bawah naungan-Nya’ adalah naungan yang tak
seorangpun mampu mengukurnya pada waktu itu. Karena pada waktu itu tak
ada satupun bangunan yang ditegakkan, tak ada tanaman yang ditanam, tak
ada pasir yang ditegakkan, tak ada batu-batu yang disusun, semua tidak
ada sama sekali. Alloh berfirman,
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, Maka Katakanlah: “Robbku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali. Tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.” (QS. Thoha [20] : 105-107)
Tak ada sesuatupun yang memayungi seseorang dari terik matahari. Tidak
ada bangunan, tidak ada pepohonan, tidak ada bebatuan, dan tidak ada
sesuatupun dari semua itu. Akan tetapi Alloh ‘Azza wa Jalla menciptakan
sesuatu dengannya Dia menaungi siapa saja yang dikehendaki dari para
hamba-Nya pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya. Inilah
makna hadits yang sebenarnya dan hadits itu tidak ada makna lain yang
demikian ini. Yang menjadi pokok dalam hadits bab ini adalah ungkapan
Beliau,
“…Dua orang yang saling mencintai karena Alloh, keduanya berkumpul dan berpisah karena cinta Alloh”. Maksudnya adalah di antara keduanya berproses sebuah cinta. Akan tetapi cinta karena Alloh bukan cinta karena harta, atau karena kemuliaan, atau karena nasab keturunan atau karena yang lain-lainnya. Akan tetapi, cinta karena Alloh . Engkau melihatnya taat kepada Alloh, menjauhi hal-hal yang diharamkan oleh Alloh, sehingga ia dicintai karena semua ini. Inilah pengertian yang termasuk dalam hadits,’…dua orang yang saling mencintai.” (Syarh Riyadhus sholihin 1/432)
Buah lain yang akan didapat bagi orang yang mencintai karena Alloh
adalah Alloh Yang Maha Pengasih dan Penyayang akan mencintainya.
Dari Abu Idris Al-Khaulani , ia berkata, ‘Aku masuk masjid Damaskus. Tiba-tiba aku melihat pemuda dengan gigi seri yang mengkilap yang dikerumuni orang banyak. Jika mereka berbeda pendapat dalam suatu hal mereka mengembalikan perkara itu kepadanya. Mereka meminta pendapatnya. Maka aku bertanya berkenaan dengannya dan dikatakan, ‘Itu adalah Muadz bin Jabal . Keesokan harinya aku datang pagi-pagi sekali ke masjid dan aku dapati ia telah mendahuluiku tiba pagi-pagi di masjid. Aku lihat ia sedang menunaikan sholat. Aku menunggunya hingga selesai menunaikan sholatnya. Aku mendatanginya ke arah depannya. Aku sampaikan salam kepadanya lalu kukatakan, ‘Demi Alloh, aku cinta kepada engkau karena Alloh’. Maka ia berkata, ‘Demi Allohkah? Kujawab, ‘Demi Alloh. Ia menarik ujung selendangku dan menarikku dekat kepadanya, lalu ia berkata, ‘Bergembiralah, sungguh aku telah mendengar Rosululloh bersabda, ‘Alloh berfirman: ‘Pasti akan mendapatkan kecintaan dari-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku, saling bergaul karena-Ku, saling mengunjungi karena-Ku dan saling bershadaqah karena-Ku.” (HR. Malik dalam Al-Muwaththa dengan isnadnya yang shahih)
Buah lain yang didapat dari orang yang mencintai karena Alloh adalah
manisnya iman artinya bukan manisnya gula atau madu, tetapi manis yang
lebih agung dari segala yang manis. Manis yang ditemukan oleh manusia di
dalam hatinya. Manis yang agung yang tiada taranya. Ia menemukan
kelapangan dalam sanubarinya, kecintaan kepada kebaikan, kecintaan
kepada pelaku kebaikan di dalam hatinya. Kebaikan yang tidak diketahui
melainkan oleh orang yang sebelumnya belum pernah menemukannya.
Dari Anas dari Nabi bahwa beliau berkata, “Tiga hal yang barangsiapa tiga hal itu ada dalam dirinya, niscaya ia akan mendapatkan manisnya iman; hendaknya Alloh dan Rosul-Nya paling ia cintai daripada selain keduanya, hendaknya mencintai seseorang dengan tidak mencintainya melainkan karena Alloh dan hendaklah merasa benci kembali kepada kekafiran setelah Alloh menyelamatkan dirinya dari kekafiran itu sebagaimana ia benci dirinya akan dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Syaikh Sholih Utsaimin berkata,
“Inilah yang pokok. Engkau mencintai seseorang tiada lain karena Alloh ,
bukan engkau mencintai karena kerabat, bukan karena hartanya, bukan
karena kemuliaannya, dan bukan karena sesuatu dari dunia, tetapi engkau
mencintai karena Alloh .
Cinta kepada kerabat adalah cinta yang alami. Setiap orang mencintai
kerabatnya dengan cinta alami. Bahkan semua macam binatang mencintai
anak-anaknya. Engkau sering melihat berbagai macam induk binatang dan
serangga mencintai anak-anaknya hingga besar. Lalu para induk mulai
mengusir anak-anaknya…
Yang jelas cinta kepada kerabat adalah cinta alamiah. Akan tetapi,
jika kerabat engkau adalah orang sholih, maka hendaklah engkau
mencintainya di atas sekedar cinta alamiah, engkau mencintainya dengan
cinta karena Alloh.” (Syarh Riyadhus sholihin 1/432)
Semoga kita mampu melabuhkan cinta kita kepada orang tua, istri, anak-anak, karib kerabat, dan teman-teman kita karena Alloh semata. Wallohu a’lam
Sumber: islampos.com
0 comments:
Post a Comment