Jendela Keluarga: Pernikahan benar-benar merupakan suatu
misteri, rahasia Tuhan yang tidak bisa ditebak oleh manusia. Akan
menikah dengan siap, menikah di usia berapa, dari mana asal kelahiran
sang jodoh, manusia hanya bisa merencanakan dan mengusahakan. Namun
keputusan akhir tetap ada pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Saya pernah berdiskusi dengan seorang teman
lelaki yang sampai usia di atas 50 tahun ia belum juga menikah. Ketika
saya tanya tentang rencana untuk menikah, dia mengatakan, “Sudah terlalu
tua bagi saya untuk menikah. Sudah terlambat”, katanya. Ia memilih
untuk membujang dan tidak menikah. Tidak jarang kita jumpai laki-laki
atau perempuan yang merasa sudah tua hingga akhirnya memutuskan untuk
tidak melaksanakan pernikahan.
Benarkah ada usia yang dikatakan “terlambat”
untuk melaksanakan pernikahan? Lalu apa korelasi usia dengan sebuah
prosesi pernikahan.
Pertimbangan Usia dalam Pernikahan
Tentu saja ada pengaruh yang kuat antara usia
dengan pernikahan. Namun dalam tulisan kali ini, saya hanya fokus pada
dua aspek saja, yaitu faktor kebahagiaan dalam hidup dan faktor
keturunan.
Pertama, faktor kebahagiaan. Jika menikah di
usia yang relatif muda, maka akan bisa merasakan kebahagiaan dalam
pernikahan yang lebih kuat dan lebih lama. Fitrah manusia adalah
berpasangan. Agama memberikan jalan yang sah untuk mengikat
kecenderungan berpasangan ini, dengan jalan pernikahan. Dengan
pernikahan, maka berbagai fitrah kemanusiaan kepada pasangan hidup bisa
tersalurkan secara benar dan bertanggung jawab.
Kehidupan manusia akan lebih mencapai
keseimbangan dan kestabilan, apabila fitrah berpasangan ini disalurkan
secara benar. Dengan menikah, hidup akan seimbang lahir dan batin,
jasmani dan ruhani. Kebahagiaan manusia akan terasa berkurang, di saat
mereka mencapai sukses besar dalam hidup, namun belum ada pasangan yang
mendampinginya. Pasangan hidup inilah yang menggenapkan kebahagiaan dan
memastikan tercapainya rasa bahagia secara optimal dalam kehidupan
manusia.
Kedua, faktor keturunan. Salah satu tujuan
pernikahan adalah untuk mendapatkan anak atau keturunan. Tentu ada
sangat banyak resiko, jika melahirkan anak di atas usia empat puluh
tahun, apalagi kalau di atas limapuluh tahun. Idealnya, melahirkan anak
itu pada rentang usia duapuluh tahun, hingga usia tigapuluh tahun,
sebelum mencapai usia empatpuluh. Dengan demikian, pernikahan pada usia
di atas limapuluh tahun, tentu tidak lagi bertujuan untuk mendapatkan
keturunan dari pernikahan tersebut.
Sangat bagus apabila perempuan bisa menikah
di usia duapuluhan –kepala dua—agar bisa mendapatkan anak dalam usia ibu
yang masih muda. Pernikahan di bawah usia duapuluh tahun, tentu boleh
saja dilakukan, selama sudah memiliki kematangan psikis. Jika belum
memiliki kesiapan dan kematangan mental, akan sangat banyak problem
dalam keluarga, disebabkan mereka belum dewasa secara kejiwaan. Banyak
konflik yang bisa muncul akibat ketidakdewasaan menghadapi persoalan
keluarga.
Pernikahan di Usia Tua
Tidak masalah menikah di usia tua, karena
usia bukan penghalang untuk melaksanakan pernikahan. Jika di masa muda
ada hal-hal yang membuat seseorang terhalangi untuk melaksanakan
pernikahan, janganlah hal itu membuatnya menjadi bersikap vatalis dengan
memutuskan tidak mau menikah sama sekali. Mungkin ada yang beralasan
karena sudah terlalu tua, padahal usianya belum sampai 90 atau 100
tahun…
FItrah manusia untuk menyalurkan hasrat
kepada pasangan hidup, harus dibingkai dalam pernikahan yang sah menurut
agama dan negara, supaya bisa mendapatkan kebahagiaan yang optimal.
Jika fitrah tersebut disalurkan secara sembarangan, tanpa pernikahan,
akan memunculkan banyak masalah dan bahkan penyakit. Jadi walaupun sudah
berusia tua, menikah bukanlah suatu hal yang aib.
Di zaman sekarang ada banyak pasangan yang
menikah di usia yang sudah tua. Ted Parsons dan Jean Reed adalah contoh
pasangan yang menikah di usia yang sudah tua. Mereka menjadi pengantin
baru di usia sembilan puluhan tahun. Ted (98 tahun) dan Jean (90 tahun)
tercatat sebagai pasangan paling tua di Inggris yang melangsungkan
pernikahan. Namun rekor dunia untuk pasangan menikah tertua di dunia
masih dipegang oleh pasangan Lillian Hartley dan Allam Marks. Lillian
berusia 95 tahun dan Allam berusia 98 tahun saat mengikat janji
pernikahan.
Membicarakan masa-masa sebelum menikah, Ted
menjelaskan bahwa mereka biasa pergi berdua namun tidak romantis karena
sudah sama-sama tua. “Jika aku harus berlutut untuk melamarnya, mungkin
aku butuh bantuan untuk berdiri lagi,” ungkap Ted bercanda.
Ted pertama kali bertemu dengan Jean 20 tahun lalu di New Malden dan
kini mereka memutuskan untuk menikah dengan menggelar upacara sederhana.
Ted dan Jean mengenakan pakaian resmi sama-sama memakai tongkat,
berjalan bergandengan diiringi Andrew, anak bungsu Ted.
Setelah resmi menjadi suami istri kini mereka
berencana bulan madu ke wilayah pantai utara dengan mengendarai mobil.
Ted sendiri hanya punya jatah perpanjangan 3 tahun untuk SIM-nya. “Saya
akan menjaga Jean seumur hidupku dan dia pun akan merawatku,” ucap Ted.
Upacara Pernikahan di Usia 103 Tahun
Ada lagi kisah upacara pernikahan pada usia
yang sudah di atas 100 tahun. Hal ini menandakan, bahwa pernikahan yang
sah bisa dilakukan oleh siapa saja yang menghendakinya. Tidak pandang
usia.
Di usia 103 tahun, Jose Manuel Riella
menggelar upacara pernikahan bersama sang istri tercinta, Martina Lopez
(99 tahun). Bagi pasangan asal Paraguay ini, usia tidak menjadi halangan
untuk menyelenggarakan sebuah upacara pernikahan. Keduanya sudah
menikah melalui catatan sipil, namun mereka ingin menyelenggarakan
upacara pernikahan secara keagamaan. Pasangan yang telah menikah selama
80 tahun tersebut menggelar prosesi pernikahan secara agama, setelah
mendapat desakan dari delapan anak mereka.
“Anak-anak saya ingin kami menikah. Mereka
mengatakan kepada saya bahwa ini yang mereka inginkan,” ujar Lopez
seperti dilansir kantor berita Reuters. Saat ini, Lopez dan Riella telah
memiliki 50 cucu, 35 cicit, dan 20 buyut.
Waw, luar biasa semangat hidup mereka.
Walaupun sudah berusia lanjut, namun melaksanakan pernikahan dengan
prosesi keagamaan tetap mereka lakukan, demi mendapatkan ketenangan
dalam hidup.
Jadi, memang tidak pernah terlambat untuk menikah…..
Oleh: Ustd. Cahyaddi Takariawan
Sumber: kompasiana.com/PakCah
0 comments:
Post a Comment