Selamat Datang di Web Jendela Keluarga Aris Nurkholis - Ratih Kusuma Wardani

Jendela Keluarga: Mewujudkan Keluarga Islami

Keluarga muslim adalah keluarga yang dibangun atas dasar nilai-nilai keislaman, Setiap anggota keluarga komintmen terhadap nilai-nilai keislaman. Sehingga keluarga menjadi tauladan dan lebih dari itu keluarga menjadi pusat dakwah Islam.

Merajut Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah

Keluarga sakinah adalah keluarga yang semua anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah SWT.

Cinta Tanpa Syarat

Ketika suami dan isteri sudah menetapkan “cinta tanpa syarat” dan saling memahami, maka perbedaan dan pertengkaran tidak membesar menjadi konflik yang merusakkan kebahagiaan keluarga.

Cinta Tidak Harus Dengan Kata

Mencintai dengan sederhana, adalah mencintai “dengan kata yang tak sempat diucapkan” dan “dengan isyarat yang tak sempat disampaikan”.

Komunikasi dan Interaksi Penuh Cinta

Hal yang sangat vital perannya dalam menjaga keharmonisan rumah tangga adalah interaksi dan komunikasi yang sehat, komunikasi yang indah dan melegakan serta komunikasi penuh cinta antara seluruh anggotanya.

Showing posts with label keluarga. Show all posts
Showing posts with label keluarga. Show all posts

Wednesday, April 30, 2014

Menjemput Kesetiaan

 
 
Jendela Keluarga: Engkau aktif dalam kegiatan dakwah ? Engkau telah bekerja melakukan berbagai upaya menebarkan kebaikan di daerah ? Jika ya, maka mungkin engkau pernah mendengar ucapan-ucapan seperti ini, entah dari siapa.
 
“Luar biasa aktivitas anda membesarkan dakwah di daerah. Sayang sekali, senior anda yang di pusat justru mengkhianati perjuangan anda. Mereka telah mengejar harta, tahta dan wanita, dan melupakan tujuan perjuangan. Lalu, untuk apa anda tetap berpayah-payah di daerah?”
“Sia-sia semua yang kalian kerjakan. Hasilnya dirampas oleh sebagian kecil elit di antara kalian. Apa kalian masih akan bertahan ?”
“Lihatlah apa yang terjadi pada kalian. Setiap hari bertabur berita jelek di media. Itu menandakan aktivitas dakwah kalian sudah jauh menyimpang, karena kerakusan para pemimpin kalian. Mereka telah gila dunia dan melupakan akhirat”.
Semua kata-kata itu keluar begitu saja dari mereka yang tidak mengerti makna ucapannya sendiri. Seakan-akan semua yang diucapkannya adalah kebenaran. Seakan-akan yang disampaikan adalah data dan fakta yang telah teruji kebenarannya, lalu semua yang mendengarkan diharapkan segera beriman. Seakan-akan semua yang mereka ungkapkan adalah dalil pembenaran untuk meninggalkan gelanggang perjuangan.
Alkisah, seorang kader dakwah merasa tengah mengalami titik kejenuhan. Banyak beban dakwah dan beban kehidupan harus dihadapi sendiri. Ia mulai merenung, berpikir, dan akhirnya merasa semakin lemah. Aktivitas dakwah yang semula menumpuk setiap hari, perlahan mulai dikurangi. Dikumpulkannya “kata orang” tentang pemimpinnya. Dia belanja isu tentang kehidupan para pimpinan dakwah. Cukup banyak sudah isu dikumpulkan, semua semakin melemahkan semangat dakwahnya. Ia mulai menghitung ulang keterlibatannya dalam aktivitas dakwah, dan mempertimbangkan langkah mundur ke belakang.
Di hadapanku ia curahkan semua isi hatinya. Sesak, gumpalan beban menghimpit dada dan hatinya. Lelah, penat, jenuh, kecewa, sedih, bercampur aduk…. Air matanya tumpah ruah saat bercerita tentang kepedihan hatinya. Aku merasakan bendungan perasaan itu ambrol, air bah kekecewaan mengalir sangat deras tidak terbendung. Dahsyat, luar biasa….
Aku segera menceritakan makna ikhlas bagi kader yang berada di lapangan. Aku hanya kader lapangan, waktuku habis di jalan, bukan di kantoran. Aku tidak bisa menjelaskan dengan rangkaian teori yang “tinggi-tinggi”. Ilmuku adalah ilmu lapangan, ilmu aplikasi, berisi pengalaman dan akumulasi rekaman kejadian setiap hari. Teoriku adalah teori kehidupan, yang aku dapatkan langsung dari medan perjuangan. Merekam detail hikmah yang muncul dari perjalanan di sepanjang wilayah dakwah.
Saudaraku, aku ajak engkau melihat benih-benih yang kita semai di ladang-ladang dakwah di berbagai wilayah. Subhanallah, benih itu tumbuh subur menghijau, membuat takjub siapapun yang melihat dan merasakan detak pertumbuhannya. Kita sirami benih itu, dan kita rawat dengan sepenuh cinta dan kasih sayang. Perasaan lelah dan jenuh menghadapi berbagai kendala, segera hilang sirna dengan sempurna, saat menyaksikan hasil semaian di ladang-ladang dakwah kita.
Rasa jenuh dan lelah bisa hinggap pada hati dan pikiran siapa saja. Pekerjaan rutin sehari-hari membuat kita mudah mengalami kejenuhan, apalagi jika yang dihadapi hanya koran, berita televisi, internet dan kata orang. Dunia disempitkan oleh media, bukan diluaskannya. Lalu apa yang menyemangati kita ? Mari berjalan menikmati hijaunya lahan-lahan semaian dakwah yang telah kita rawat lebih dari dua puluh tahun lamanya. Berjalan, bertemu kader-kader dakwah di setiap daerah, menyapa dan membersamai aktivitas mereka. Subhanallah, lihat wajah-wajah cerah yang tampak di setiap pertemuan.
Di sebuah mushalla kecil di kecamatan Piyungan, Bantul, Yogyakarta, aku merasakan optimisme dan membuncahnya harapan. Di sebuah ruang sederhana di Gendeng, Baciro, Kota Jogja, aku menjadi saksi kesetiaan tanpa jeda. Di sebuah gedung pertemuan di Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan, aku merasakan detak jantung penuh cinta. Di sebuah ruangan di Baubau, Sulawesi Tenggara, aku merasakan getar kesadaran akan kemenangan. Di sepanjang bumi Sumatera aku melihat dan merasakan pancaran semangat yang membara. Di berbagai belahan Kalimantan aku mendapatkan suasana gelegak kehangatan tak terkalahkan. Di Nusa Tenggara Barat, yang muncul hanyalah optimisme menghadapi medan perjuangan. Di Maluku, kepal tangan yang terangkat kuat menandakan tak akan menyerah menghadapi kendala dakwah. Di Papua, minoritas bukanlah alasan untuk merasa lemah dan kalah.
Lalu apa yang melemahkanmu, saudaraku ? Berjalanlah, dan semua wilayah ini adalah bumi dakwah, tempat kita menyemai cinta. Bergeraklah, dan semua daerah ini adalah bumi perjuangan, tempat kita menanamkan harapan. Dimanapun engkau berjalan, dimanapun engkau bergerak, akan merasakan kesegaran udara yang sangat jernih. Tak ada polusi di sana, polusi itu justru ada di sini, di tulisan ini. Tulisan yang tak mampu menggambarkan betapa besar sesungguhnya ukuran cinta dan harapan yang ada pada dada para kader di sepanjang wilayah dakwah. Tulisan yang saya khawatirkan justru menyempitkan makna kesetiaan dan keikhlasan setiap titik perjuangan kader di seluruh bumi Allah.
Maka bergeraklah, berjalanlah, beraktivitaslah bersama kafilah dakwah. Rasakan sendiri, lihat sendiri, dengarkan sendiri kata-kata mutiara yang muncul dari lapangan. Diam telah membuatmu merasakan kejenuhan. Tidak bergerak menyebabkan pikiranmu dipenuhi pesimisme dan kegalauan. Tidak berkegiatan membuat hatimu selalu dalam kebimbangan dan keputusasaan. Bergeraklah di lapangan dakwah, engkau akan menemukan sangat banyak harapan dan untaian mutiara kesabaran.
Jadi, apa yang melemahkanmu, saudaraku ? Lihat sendiri, dengan mata kepalamu sendiri, bagaimana wajah-wajah penuh kecintaan akan selalu engkau dapatkan. Kemanapun engkau pergi, yang engkau temui adalah benih-benih tersemai dengan pupuk keimanan dan keutamaan. Kemanapun engkau melangkah, yang engkau dapatkan adalah buah-buah yang terawat oleh cinta dan kasih sayang para pembina. Para pembina telah mencurahkan cinta, telah menorehkan kasih, telah memahatkan sayang di hati sanubari semua benih dakwah di sepanjang daerah.
Bisakah engkau menanamkan bibit-bibit kebencian, kemarahan, dendam dan kesumat, lalu menyuburkannya hanya dengan pupuk isu serta gosip sepanjang masa? Bisakah engkau menciptakan lahan-lahan yang akan tersuburkan dengan fitnah, caci maki dan sumpah serapah ? Siapa yang akan bisa memberikan cinta, jika yang engkau keluarkan untuk mereka adalah dendam membara ? Siapa yang akan memberikan kesetiaan, jika yang engkau tanam adalah benih-benih permusuhan ? Siapa yang akan memberikan ketulusan, jika yang engkau taburkan adalah kebencian ?
Jadi, apa yang menggelisahkanmu saudaraku ? Seorang kader dakwah di Paniai, Papua, menitipkan pesan penting saat aku kesana. “Yang sangat kami perlukan adalah kehadiran para Pembina. Kami sangat optimis dengan medan dakwah di sini”. Subhanallah, seperti terbawa mimpi. Paniai bahkan tidak engkau kenal wilayahnya ada dimana. Engkau tidak mengetahui bahwa di tempat yang sangat jauh dari keramaian kota itu ada banyak harapan untuk kebaikan. Benar kan, di sana tidak ada polusi? Karena polusi itu ada di sini, di tulisan ini. Tulisan yang tak mampu merangkum kuatnya kecintaan dan tulusnya harapan dari kader-kader di daerah.
Di sebuah ruang sederhana, di Wamena, Papua, aku mendapatkan dan merasakan gelora semangat yang sedemikian membahana. Demikian pula di Merauke. Sekelompok kader telah bekerja melakukan apa yang mereka bisa, dan ternyata lahan-lahan kering itu sedemikian suburnya. Tak dinyana, semula kita membayangkan akan kesulitan menanam benih di lahan yang teramat kering kehitaman. Namun taburan benih tak ada yang sia-sia. Semangat demikian tinggi mengharap kehadiran kita untuk menyaksikan pertumbuhan, karena benih telah dirawat dan dipelihara dengan sepenuh jiwa.
Di sebuah pojok ruang di Manokwari, Irian Jaya Barat, tak kalah semangat menjalani aktivitas perjuangan. Beberapa gelintir generasi dakwah, telah menanamkan benih-benih di berbagai wilayah. Siapa menyangka ternyata kecintaan dan kesetiaan yang tulus dimiliki oleh mereka yang tinggal jauh di ujung Indonesia. Genggaman tangan sangat kuat dan hangat masih aku rasakan, seakan tak mau melepaskan. Bahkan mereka menghantarkan aku hingga di depan tangga pesawat terbang. Kisah-kisah heroik aku dapatkan selama menemani mereka menyemai benih di bumi Irian Jaya Barat. Insyaallah pahala berlipat telah Allah limpahkan untuk mereka.
Jadi, hal apa lagi yang meresahkanmu, saudaraku ? Pernahkah engkau mendengar Polewali, Majene, Mamuju dan Mamasa ? Mungkin engkau belum pernah mencarinya di dalam peta. Itu nama-nama kabupaten yang ada di Sulawesi Barat, propinsi yang terbentuk setelah dimekarkan dari Sulawesi Selatan. Aku telah melawat berhari-hari lamanya, menemukan bongkahan semangat yang sangat potensial. Sangat banyak luapan energi yang siap untuk mencerahkan wilayahnya. Mereka menjemput kesetiaan dengan melakukan sangat banyak kegiatan, di tengah berbagai keterbatasan yang mereka hadapi.
Aku juga mengunjungi dan menyapa kader-kader di Mataram, Lombok, Sumbawa, Dompu dan Bima. Luar biasa semangat kader-kader dakwah di sana. Di sudut-sudut ruangan, aku menemukan kenyataan cinta itu hidup segar, bersemi indah dan terawat dengan cermat. Tangan-tangan halus para pembina telah membentuk karakter yang kuat pada para aktivis dakwah, sehingga mereka terus menerus bekerja tanpa mengenal lelah, padahal tidak ada yang memberi upah. Hanya Allah yang menjadi tumpuan harapan kerja mereka. Luar biasa.
Di sepanjang ruas jalan yang aku lalui di Balikpapan, Samarinda, Kutai Timur, Kutai Kertanegara, Penajam, Berau, yang terhirup adalah udara jernih, bukti kemurnian tujuan perjuangan. Demikian pula saat aku menapaki Banda Aceh, Pidie, Lhokseumawe, Langsa, Meulaboh, yang terasakan hanyalah semangat berkontribusi tanpa henti. Para kader telah bertahan di medan perjuangan dengan segenap kecintaan dan harapan. Tak ada polusi di sana, karena polusi itu adanya di sini. Di tulisan ini. Tulisan yang tak mampu mengkabarkan dengan tepat betapa keutuhan dan ketulusan langkah perjuangan kader-kader dakwah di sepanjang wilayah. Sepanjang mata memandang, yang tampak adalah dinamika berkegiatan, berlomba melakukan hal terbaik yang bisa mereka lakukan, berlomba mencetak prestasi dan karya besar bagi bangsa dan negara.
Maka, apa yang meragukanmu, saudaraku ? Suara-suara itu, tuduhan-tuduhan itu, kata-kata itu ? Aku bukan seseorang yang berwenang menjelaskan. Maka aku tak mau mendengarkannya, karena sama sekali tidak ada artinya bagiku. Aku hanyalah seorang kader lapangan. Waktuku habis di jalan, bukan di kantoran. Aku merasakan gairah pertumbuhan, aku mendengarkan degup jantung penuh kecintaan, aku mencium harum aroma kemenangan, aku melihat gurat keteguhan, aku menikmati cita rasa kesetiaan. Aku menjadi saksi betapa suburnya cinta dan kesetiaan kader di sepanjang jalan dakwah, di sepanjang bumi Allah.
Waktu, tenaga, pikiran, harta benda bahkan jiwa telah mereka sumbangkan dengan sepenuh kesadaran. Tidak ada yang terbayang dalam benak mereka, kecuali upaya memberikan yang terbaik bagi perjuangan. Berbagai kekurangan dan kelemahan mereka miliki, namun tidak menyurutkan semangat dan memadamkan gairah yang menggelora di dada. Mereka yakin akan janji-janji Ketuhanan, bahwa kemenangan itu dekat waktunya. Mereka menjemput kesetiaan dengan selalu bergerak, berbuat, beraktivitas di lapangan. Bukan duduk diam menunggu sesuatu, atau melamunkan sesuatu.
Suara-suara itu, tuduhan-tuduhan itu, caci maki itu, apakah masih ada artinya jika engkau telah menghirup nafas dari udara yang sangat jernih di wilayah dakwah ? Apakah masih membuatmu gelisah jika tubuhmu telah basah oleh keringat dari perjalanan panjang yang sangat menyenangkan di berbagai daerah ? Apakah masih membuatmu ragu jika matamu telah memandang kehijauan lahan-lahan yang kita semai di sepanjang bumi Allah ? Apakah masih membuatmu gundah jika hatimu telah bertaut dengan aktivitas kader-kader dakwah yang menjemput kesetiaan dengan berjaga dan bertahan di berbagai medan perjuangan ?
Sungguh, aku menjadi saksi kesetiaan mereka di sepanjang jalan dakwah. Aku menjadi saksi hasrat dan kecintaan mereka yang sedemikian besar kepada perjuangan dakwah. Aku juga berharap, kader-kader di daerah mengerti betapa besar cinta kami kepada lahan-lahan yang tumbuh bersemi. Aku selalu memohon perlindungan dan kekuatan kepada Allah, semoga Allah selalu melindungi dan menjaga dakwah dan para qiyadah. Aku selalu memohon kepada Allah, agar semangat dan gairah dakwah tidak pernah melemah. Ya Allah, beritahukan kepada kader-kader yang setia berjaga di garis kesadaran dan harapan, betapa besar cinta kami kepada mereka. Ya Allah sampaikan kepada para kader yang telah bekerja sepenuh jiwa, betapa hati kami selalu tertambat kepada mereka.
Beritahukan ya Allah, cinta kami sangat tulus untuk mereka. Selamanya.
Selamanya !

sumber: Blog Cahyadi Takariawan

Thursday, April 10, 2014

Penuhi Memori dengan Kebaikan Pasangan

 
Jendela Keluarga: Sangat banyak perbuatan baik yang dilakukan pasangan kepada kita, namun karena dilakukan setiap hari maka cenderung dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja. Cobalah buat daftar kebaikan pasangan, satu per satu ditulis dan diingat-ingat. Ingat, jangan ada yang terlewat. Buatlah daftar kebaikan pasangan, agar kita dengan mudah menghadirkannya dalam ingatan dan selalu menjadi kenangan.

Jika kita menyimpan sebanyak mungkin memori tentang kebaikan pasangan, maka tidak ada sisa tempat lagi bagi memori tentang keburukannya. Jika hati dan pikiran kita selalu mengingat dan menyimpan berbagai hal yang indah bersama pasangan, tidak ada tempat lagi untuk berbagai kisah sedih dan memilukan yang pernah terjadi bersama pasangan.

Mengingat Kebaikan Istri

Isteri memasak setiap hari untuk keperluan keluarga, dianggap hal biasa. Setiap hari istri belanja untuk keperluan keluarga, menyiapkan bahan masakan, memilih menu dan bumbu, kemudian mengolah menjadi masakan siap santap. Aktivitas ini bisa menghabiskan banyak waktu di dapur. Namun sebagian suami menganggap itu semua  sebagai kewajiban istri, bukan kebaikan. Maka tidak ada apresiasi positif dan ucapan terimakasih untuk rutinitas memasak yang dilakukan istri.

Istri bersedia hamil sembilan bulan, melahirkan, menyusui dan mengurus anak sejak masih janin, dianggap sudah menjadi kewajibannya sebagai perempuan. Maka tidak ada apresiasi positif dan ucapan terimakasih untuk kesediaan istri mengandung, melahirkan dan mengurus anak tersebut. Padahal jelas itu semua merupakan kebaikan yang luar biasa besarnya.

Jika istri tidak melaksanakan aktivitas praktis kerumahtanggaan karena berbagi dengan pihak lain, misalnya karena di rumah ada pembantu rumah tangga, tentu saja ada banyak kebaikan lain yang dilakukan istri. Tentu saja kebaikan itu tidak hanya memasak, mencuci, membersihkan rumah, dan lain sebagainya. Ada sangat banyak lahan-lahan kebaikan yang telah dilakukan istri selama ini.

Mengingat Kebaikan Suami

Suami yang setiap hari bekerja keras mencari nafkah adalah kebaikan. Namun karena itu sudah menjadi kegiatannya setiap hari, maka dianggap sebagai hal yang lumrah dan wajar saja. Karena mencari nafkah adalah kewajiban suami, banyak istri yang tidak melihatnya sebagai kebaikan. Maka tidak ada apresiasi positif dan ucapan terimakasih untuk rutinitas mencari nafkah yang dilakukan suami.

Suami berpikir keras untuk mencukupi semua keperluan hidup keluarga, untuk pendidikan anak, untuk jaminan kesehatan, dan berbagai keperluan rekreatif keluarga. Suami melindungi dan menjaga keluarga dari berbagai ancaman serta bahaya. Suami membantu melakukan berbagai kegiatan praktis kerumahtanggaan. Jelas semua itu merupakan kebaikan yang sangat besar.

Jika ada berbagai kelemahan suami dalam hal mencari nafkah, misalnya belum mampu mencukupi semua keperluan hidup berumah tangga, bukan berarti tidak ada kebaikan lainnya pada suami. Sangat banyak lahan dan jenis kebaikan yang telah dilakukan suami selama ini, jangan sampai hilang tertutupi oleh beberapa kekurangan dan kelemahannya.

Melaksanakan Kewajiban dan Peran adalah Kebaikan

Ada banyak orang yang melalaikan dan mengingkari kewajibannya, ada banyak orang yang melarikan diri dari tanggung jawab. Maka tatkala suami atau istri melakukan kewajiban dengan baik, hal itu adalah suatu kebaikan yang sangat besar dan layak diapresiasi secara positif. Padahal, dalam kehidupan berumah tangga, kita tidak selalu memandang segala sesuatu dengan perspektif hak dan kewajiban. Perspektif ini bercorak sangat kaku dan terkesan hitam putih.

Ada perspektif peran, dimana suami dan istri memiliki peran khas dalam posisinya di dalam keluarga. Ketika kita melihat dari perspektif peran sekalipun, kita akan menemukan kesimpulan bahwa orang yang bersedia melakukan perannya adalah orang yang baik. Peran sebagai suami, sebagai ayah, sebagai pemimpin, sebagai pemberi teladan, sebagai pendidik, jika dilakukan dengan penuh kesadaran, tentu merupakan suatu kebaikan yang tak ternilai harganya. Peran sebagai istri, sebagai pelahir generasi, sebagai pengelola rumah tangga, sebagai pendidik anak, jika dilakukan dengan penuh kesadaran, tentu merupakan suatu kebaikan yang tak ternilai harganya.

Sangat Banyak Kebaikan Pasangan

Ada sangat banyak kebaikan pasangan yang telah dilakukan untuk kita selama ini. Sebagiannya kita mengetahui, sebagaian lain lagi bahkan kita tidak mengetahuinya. Suami menjaga rahasia istri, tidak pernah menceritakan kejelekan dan kekurangan istri kepada orang lain, adalah suatu kebaikan suami. Demikian pula ketika istri menjaga rahasia suami, tidak pernah menceritakan kejelekan dan kekurangan suami kepada orang lain, adalah suatu kebaikan istri. Hal seperti ini sering kita abaikan.

Suami tidak menuntut kesempurnaan istri, tidak membebani istri diluar kesanggupannya, jelas merupakan kebaikan suami. Demikian pula ketika istri tidak menuntut kesempurnaan suami, tidak menuntut sesuatu diluar kesanggupan suami, jelas merupakan kebaikan istri. Hal seperti ini juga sering kita abaikan.

Suami bersabar atas kekurangan pelayanan istri, bisa menahan emosi, dan tetap melaksanakan kewajiban dan peran sebagai suami kendati ada kekurangan pelayanan dari istri, jelas merupakan kebaikan suami. Demikian pula jika istri bersabar atas kekurangan perhatian suami, bisa menahan emosi, dan tetap melaksanakan kewajiban dan peran sebagai istri  kendati ada kekurangan perhatian dari suami, jelas merupakan kebaikan istri.

Sungguh, sangat banyak kebaikan pasangan kita. Ayo terus mengingat dan menjadikannya sebagai memori terindah dalam hidup bersama pasangan.

Oleh: Ustd. Cahyadi Takariawan

Monday, March 24, 2014

Masih Adakah Cinta di Hati Anda?


Masih adakah cinta di hati anda untuk pasangan? Coba cari tiga komponen cinta dalam diri anda.

Menurut Robert J. Sternberg, ada tiga komponen penting dalam cinta, yaitu intimacy, passion, dan commitment.

Keintiman atau intimacy, yaitu suasana batin yang akrab dan dekat antara suami dan isteri. Hal ini berkaitan dengan bagaimana menciptakan suasana hubungan menjadi hangat dan nyaman. Pasangan suami istri yang selalu dekat secara emosi, menandakan mereka memiliki unsur pertama dari cinta.

Gelora atau passion, yaitu adanya motivasi dan gairah untuk selalu membahagiakan pasangan, untuk selalu memberikan yang terbaik bagi pasangan, untuk mau berkorban demi pasangan. Suami istri yang memiliki gairah untuk membahagiakan pasangannya, menandakan memiliki unsur kedua dari cinta.

Komitmen atau commitment, adalah sikap kesetiaan kepada pasangan. Suami dan istri memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Mereka memiliki disiplin dan dedikasi untuk menjaga dan merawat keutuhan keluarga. Ini menandakan memiliki unsur ketiga dari cinta.

Apakah ketiga unsur itu masih ada dalam diri anda? Jika iya, artinya anda cinta kepada pasangan. Jika tidak? Jika tidak, ya diadakanlah ketiganya dalam jiwa anda.

Selamat pagi sahabat semua....


Oleh: Ustd. Cahyadi Takariawan

Thursday, March 20, 2014

Sajadah Yang Merindu Dua Raka’atmu




Jendela Keluarga: DI SUDUT tempat sujud itu, terdengar sayup isak tangis. Ku dekati suara itu yang tak lain adalah isak tangis sajadahku.

Ku tanya padanya, “Ada apa denganmu?!”

Dalam temaram ruangan, dia menjawab pelan sambil menyeka airmatanya. Jawabnya,

Dulu sebelum kau mengisi kajian, kau sempatkan DUA RAKA’AT dengan harapan mendapat kelancaran. Tapi kini, kau lebih sibuk memikirkan presentasi, menghafal syair atau merangkai lelucon ringan sebagi persiapan.

Dulu sebelum kau menulis novel atau kitab, kau sempatkan DUA RAKA’AT dengan harapan mengalirnya inspirasi yang dahsyat. Tapi kini, kau lebih sibuk merangkai retorika atau kata puitis melankolis, mengejar deadline atau hanya sekedar untuk mendapat keartisan sesaat.

Dulu di saat Dhuha, kau sempatkan DUA RAKA’AT dengan harapan lancarnya segala urusan di hari itu. Tapi kini, kau belajar dan bekerja tak kenal waktu, seolah lupa DIA lah yang selama ini memberimu rizqi dan ilmu.

Dulu di 1/3 malam, minimal, kau sempatkan DUA RAKA’AT dengan harapan bisa bermuhasabah dan memohon padaNya. Tapi kini, dengan alasan sudah penat dan kelelahan, kau panjangkan tidur tak sempat berduaan dengan-Nya.

Dulu sebelum syuro’, kau sempatkan DUA RAKA’AT dengan harapan lancar dan tuntasnya agenda da’wah. Tapi kini, kau lebih memilih datang telat atau bahkan izin dengan alasan mengejar Ma’isyah atau mungkin Aisyah. (Astaghfirullah wa na’udzubillah)

Apa kini kau lupa atau terlena?

Kembalilah seperti dulu, pribadi yang islami yang tersibghoh (tercelup) warna Illahi. Berazzam membina generasi Rabbani, melestarikan budaya Qur’ani yang tak pernah membiarkan cahaya Da’wah ini mati terhempas urusan duniawi.

Aku Rindu Masa Itu. Aku Rindu Airmata Sujudmu. Aku Rindu Dua Raka’atmu!!!

Thursday, February 27, 2014

Pakar Parenting: “Efek Terbesar Ghazwul Fikri adalah Rusaknya Keluarga







Jendela Keluarga: PENGAGGAS gerakan “Ayah Untuk Semua”, Irwan Rinaldi, atau yang biasa disapa Ayah Irwan, dalam kesempatan acara training for trainers “Feminisme dan Kesetaraan Gender dalam Perspektif Islam” di AQL Islamic Center, Tebet Jakarta (27/01/2014) menyatakan bahwa salah satu kunci sukses kebangkitan Islam adalah dengan mengembalikan sistem tarbiatul awlad (pendidikan anak-anak) a la Rasulullah SAW.

Menurut pria yang aktif memberi konseling keluarga ini, salah satu indikator sukses dari pendidikan anak a la Rasulullah adalah kematangan psikologis yang mendahului kematangan fisik.
Salah satu poin penting untuk mendorong hal tersebut adalah lewat pendidikan karakter, dan menurutnya, pendidikan karakter paling baik diajarkan oleh ayah.

“Sejak usia dini, anak-anak harus dikenalkan dengan para sahabat Nabi seperti Umar dan Ali, anak-anak harus kenal mereka baik secara sosok maupun karakternya. Pengajaran karakter terbaik adalah dari seorang ayah,” Papar pria yang sempat menjadi relawan tim recovery anak korban perang di Eropa Timur.
Lebih lanjut, menurutnya, persoalan SDM yang dihadapi umat Islam salah satu penyebabnya adalah anak-anak kaum muslimin yang tidak berkarakter. Anak-anak yang lemah karena tidak berkarakter ini menjadi mangsa empuk dari racun pemikiran.

“Ustadz Rahmat Abdullah pernah menasehati saya bahwa ghazwul fikr terbesar adalah untuk merusak keluarga, terutama menjauhkan ayah dari anaknya. Akibatnya anak menjadi lemah, dan rentan terhadap pengaruh buruk seperti racun pemikiran,” ungkapnya.

Irwan juga mengungkapkan bahwa pendidikan sekuler telah menghambat kedewasaan psikologis anak dengan memutuskan bahwa “kedewasaan” itu dicapai pada umur 18 tahun.

“Padahal jika dilihat dalam sejarah Islam, banyak sekali pemuda-pemuda di bawah umur 18 tahun yang sudah mampu mengemban amanat besar dengan baik,” tutupnya.
Sumber: islampos.com

Thursday, February 20, 2014

Tingkatan Konflik Dalam Rumah Tangga



Jendela Keluarga: Dalam kehidupan rumah tangga, memang selalu ada konflik dengan segala tingkatannya. Tidak ada keluarga tanpa konflik, yang membedakan adalah cara mereka menikmati, mengelola dan keluar dari konflik tersebut. Dengan demikian, tidak perlu berlebihan dalam memandang terjadinya konflik. Justru yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengubah konflik menjadi cinta yang menyala dalam keluarga.


Konflik tidaklah terjadi secara tiba-tiba, namun ada proses dan tingkatannya. Secara teoritis, konflik terjadi dalam tiga tingkatan. 

Tingkatan pertama adalah the unvisible conflict. Konflik yang terjadi pada tingkatan ini masih ada di batin atau perasaan. Ada beberapa ketidakcocokan antara suami dengan isteri, tetapi ketidakcocokan itu tidak tampak atau tidak muncul dalam ucapan, sikap, dan tindakan. Ini adalah sebentuk ketidaknyamanan hubungan yang tidak diekspresikan, namun lebih banyak dipendam dalam hati dan pikiran. Suami dan isteri sama-sama merasakan ada sesuatu yang mengganjal, namun tidak diungkapkan.

Tingkatan kedua adalah the perceived / experienced conflict. Konflik yang terjadi pada tingkatan ini sudah sama-sama diketahui, dialami atau sudah tampak di permukaan. Suami dan isteri sudah sama-sama mengalami perbedaan yang muncul dalam bentuk percekcokan, pertengkaran atau perlawanan. Pemicu konflik bisa jadi karena perbedaan pendapat antara suami dan isteri, perbedaan harapan, keinginan, atau karena adanya tindakan yang tidak menyenangkan. Konflik bisa terjadi dalam bentuk kalimat yang diucapkan atau sikap yang ditampakkan.

Tingkatan ketiga adalah the fighting. Pada tingkatan ini, konflik sudah berubah menjadi tindakan fisik, seperti pukulan, tendangan, tamparan, atau tindakan lain yang bersifat fisik. Menurut kamus, fighting adalah melawan orang lain dengan pukulan atau senjata (blow or weapon). Dalam kehidupan rumah tangga, banyak terjadi pertengkaran suami dan isteri yang melibatkan aktivitas fisik dan “senjata”, seperti menggunakan alat pemukul, memecah piring, melempar gelas, merusak perabotan rumah tangga, dan lain sebagainya.

Memahami tingkatan konflik ini akan sangat membantu bagi suami dan isteri untuk bisa menentukan sikap yang tepat pada saat menghadapinya. Hendaknya suami dan isteri tidak membiarkan konflik berkembang dari tingkatan pertama menuju tingkatan kedua dan ketiga. Deteksi dini adanya konflik di tingkatan pertama sangat diperlukan agar bisa segera mencari jalan keluar dan tidak membiarkannya berlarut-larut atau berlama-lama.


Oleh: Ustd. Cahyadi Takariawan
Sumber: Islamedia.web.id

Sunday, February 16, 2014

Inilah "Pesan" Bung Karno untuk para Pemuda Jomblo !

Soal motivasi untuk para pemuda buat menikah, sungguh ajaran Islam tak kurang-kurang mengingatkan. Salah satu yang kerap jadi alasan para jomblo menunda dan mengulur waktu adalah soal finansial atau pertimbangan keuangan. Apalagi dalam kondisi perekenomian dan pekerjaan serba sulit seperti saat ini, alasan semacam ini tentu semakin terasa logis dan layak untuk dipertahankan. Namun, walau bagaimanapun pembagian rejeki setiap insan tetaplah hak preogratif Allah SWT, yang jelas dalam firman-Nya menjanjikan akan meningkatkan kemampuan finansial mereka yang mau menikah. Firman Allah SWT  : ”Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengayakan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberian-Nya) lagi maha mengetahui.” (An Nuur: 32).

Tak kurang, bukan hanya janji untuk meningkatkan kemampuan finansial mereka yang menikah, bahkan mereka yang akan menikah pun akan dimudahkan dan ditolong Allah SWT, sebagaimana tertuang dalam hadits, dimana Rasulullah SAW bersabda : “Tiga orang yang pasti Allah akan menolong mereka : orang yang berjihad di jalan Allah, Mukatab yang ingin menebus dirinya dan orang yang menikah dengan tujuan menjaga dirinya (dari yang haram)” (HR Tirmidzi)

Nah, rasanya sudah banyak kita mengulang-ulang motivasi pernikahan untuk para jomblo yang membandel. Kali ini kita coba mengetuk hati mereka dengan lintasan peristiwa sejarah, berupa pidato bung Karno Presiden RI pertama sekaligus founding fathers negeri yang kita cinta ini. Mari kita simak sejenak ceritanya ...

Pada sidang hari pertama PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tanggal 10 Juli 1945 bung Karno berpidato dengan memukau. Salah satunya ia ingin menghapus keraguan dan kebimbangan sebagian tokoh lain yang berpikir bahwa Kemerdekaan sebuah bangsa membutuhkan banyak persiapan dan modal kekayaan. Bung Karno menganalogikan kemerdekaan dengan perkawinan. Ia mengatakan ..

" Kemerdekaan bagaikan sebuah perkawinan. Siapa yang bersedia menunggu sampai gajinya sudah cukup, katakanlah 500 gulden ? serta menunggu sampai rumah yang dibangunnya selesai ? 

Pertama-tama, pokoknya kawin dulu. Urusan rumah dan biaya perkawinan merupakan urusan belakangan ".*

Nah, demikian pidato bung Karno yang cocok untuk para Jomblo. Memotivasi dan menginspirasi. Gimana Mblo .... siap merdeka atau belum ? Semoga bermanfaat dan salam optimis.
Sumber: indonesiaoptimis.com‪

* dikutip dari Buku Djakarta 1945 : Catatan Julius Pour

Saturday, February 15, 2014

Katakan: I Love You Karena Allah

 

Jendela Keluarga: PERBINCANGAN seputar cinta dalam kehidupan merupakan perihal yang sangat menyenangkan, menakjubkan, dan tak membosankan. Sepasang mempelai merasakan manisnya cinta dalam bingkai tali ikatan pernikahan, pasangan suami istri memadu kasih dan cinta di dalam mahligai bahtera rumah tangga, orang tua mencurahkan butiran-butiran cinta kepada anak-anaknya, seorang saudara mencintai saudaranya atas dasar ikatan kekerabatan. Semuanya terpikat, tersihir, dan terpanah  oleh “cinta”.

Ketika seorang istri melabuhkan cintanya kepada pasangannya, tentunya adanya indikasi cahaya cinta yang memancar dalam relung hatinya. Ia akan memberikan pelayanan spesial dan super kepada tambatan hatinya. Ia rela berkurban untuk mereguk manisnya cinta. Itulah cinta membuat orang bahagia ketika meraihnya dan membuat orang merana ketika jalinan cinta kandas oleh gelombang besar yang menerpa.
Agar cinta seseorang meraih selaksa pahala, hendaklah ia memperhatikan makna cinta yang sebenarnya, apa dasar cinta berlabuh dalam hatinya, dan apa motivasi cinta yang tertanam dalam jiwanya.

Cinta yang membuahkan pahala adalah cinta berpijak karena Alloh. Seseorang mencintai istrinya bukan karena harta melimpah yang dimilikinya. Seseorang mencintai saudaranya bukan karena jalinan kekerabatan. Seseorang mencintai anaknya bukan karena ikatan nasab. Seseorang mencintai teman kerjanya bukan karena satu perusahaan. Jadi, cinta yang bermuara pahala adalah cinta karena Alloh swt Katakan “I Love You karena Alloh”Maksud cinta karena Alloh  adalah mencintai orang lain-istri, anak, saudara seiman, kerabat, dan teman-karena ketakwaan, keimanan, dan ketaatan kepada Alloh swt Katakan “I Love You karena Alloh”.

Jika seseorang mencintai istrinya karena kecantikannya, niscaya kecantikan akan punah. Jika seseorang mencintai istrinya karena harta benda yang melimpah, niscaya harta bendanya bisa binasa. Jika seseorang mencintai istrinya karena keturunannya, niscaya keturunanya tidak bisa menyelamatkan dirinya dari kobaran api neraka. Oleh karena itu, cintailah istri, anak, orang tua, kerabat dan teman karena ketaatan kepada Alloh , niscaya cinta itu akan membuahkan balasan kebaikan di dunia dan buah pahala di akhirat kelak.

Buah ranum yang di dapat dari orang yang mencintai karena Alloh adalah mendapatkan naungan pada suatu hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan dari Alloh . Pada hari kiamat matahari akan didekatkan kepada manusia dengan sedekat-dekatnya, merekapun berpeluh ada yang sampai telinga, ada yang sampai lutut, ada juga yang sampai kedua mata kaki. Saking panasnya hingga kumpulan peluh mereka menembus bumi sejauh tujuh puluh hasta. Pada hari itu tidak ada naungan atau memayungi terik panasnya matahari kecuali naungan dari Alloh .

Dari Abu Hurairoh ranhu Katakan “I Love You karena Alloh”  bahwa Nabi Muhammad saw Katakan “I Love You karena Alloh” bersabda:“Tujuh golongan yang mereka dinaungi oleh Alloh di bawah naungan-Nya (naungan arsy-Nya atau naungan yang Alloh ciptakan untuk menaungi hamba-Nya yang dikehendaki-Nya) pada hari tiada naungan selain naungan-Nya: seorang pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Alloh , seorang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Alloh ; keduanya berkumpul dan berpisah karena cinta Alloh, seseorang yang diajak zina oleh seorang wanita yang memiliki kecantikan dan kemolekan akan tetapi ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Alloh .’, seorang yang mengeluarkan sedekah lalu menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir kepada Alloh dalam kesendirian sehingga berlinanglah air matanya. (HR. Bukhori dan Muslim)

Syaikh Sholih Utsaimin  rahimahu Katakan “I Love You karena Alloh” berkata, “Maka makna ‘Pada hari tiada naungan selain naungan-Nya’ atau ‘Mereka dinaungi oleh Alloh di bawah naungan-Nya’ adalah naungan yang tak seorangpun mampu mengukurnya pada waktu itu. Karena pada waktu itu tak ada satupun bangunan yang ditegakkan, tak ada tanaman yang ditanam, tak ada pasir yang ditegakkan, tak ada batu-batu yang disusun, semua tidak ada sama sekali. Alloh swt Katakan “I Love You karena Alloh”berfirman, 

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, Maka Katakanlah: “Robbku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali. Tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.” (QS. Thoha [20] : 105-107)
Tak ada sesuatupun yang memayungi seseorang dari terik matahari. Tidak ada bangunan, tidak ada pepohonan, tidak ada bebatuan, dan tidak ada sesuatupun dari semua itu. Akan tetapi Alloh ‘Azza wa Jalla menciptakan sesuatu dengannya Dia menaungi siapa saja yang dikehendaki dari para hamba-Nya pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya. Inilah makna hadits yang sebenarnya dan hadits itu tidak ada makna lain yang demikian ini. Yang menjadi pokok dalam hadits bab ini adalah ungkapan Beliau,

“…Dua orang yang saling mencintai karena Alloh, keduanya berkumpul dan berpisah karena cinta Alloh”. Maksudnya adalah di antara keduanya berproses sebuah cinta. Akan tetapi cinta karena Alloh  bukan cinta karena harta, atau karena kemuliaan, atau karena nasab keturunan atau karena yang lain-lainnya. Akan tetapi, cinta karena Alloh . Engkau melihatnya taat kepada Alloh, menjauhi hal-hal yang diharamkan oleh Alloh, sehingga ia dicintai karena semua ini. Inilah pengertian yang termasuk dalam hadits,’…dua orang yang saling mencintai.” (Syarh Riyadhus sholihin 1/432)
Buah lain yang akan didapat bagi orang yang mencintai karena Alloh adalah Alloh Yang Maha Pengasih dan Penyayang akan mencintainya.
Dari Abu Idris Al-Khaulani , ia berkata, ‘Aku masuk masjid Damaskus. Tiba-tiba aku melihat pemuda dengan gigi seri yang mengkilap yang dikerumuni orang banyak. Jika mereka berbeda pendapat dalam suatu hal mereka mengembalikan perkara itu kepadanya. Mereka meminta pendapatnya. Maka aku bertanya berkenaan dengannya dan dikatakan, ‘Itu adalah Muadz bin Jabal . Keesokan harinya aku datang pagi-pagi sekali ke masjid dan aku dapati ia telah mendahuluiku tiba pagi-pagi di masjid. Aku lihat ia sedang menunaikan sholat. Aku menunggunya hingga selesai menunaikan sholatnya. Aku mendatanginya ke arah depannya. Aku sampaikan salam kepadanya lalu kukatakan, ‘Demi Alloh, aku cinta kepada engkau karena Alloh’. Maka ia berkata, ‘Demi Allohkah? Kujawab, ‘Demi Alloh. Ia menarik ujung selendangku dan menarikku dekat kepadanya, lalu ia berkata, ‘Bergembiralah, sungguh aku telah mendengar Rosululloh  bersabda, ‘Alloh  berfirman: ‘Pasti akan mendapatkan kecintaan dari-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku, saling bergaul karena-Ku, saling mengunjungi karena-Ku dan saling bershadaqah karena-Ku.” (HR. Malik dalam Al-Muwaththa dengan isnadnya yang shahih)
Buah lain yang didapat dari orang yang mencintai karena Alloh adalah manisnya iman artinya bukan manisnya gula atau madu, tetapi manis yang lebih agung dari segala yang manis. Manis yang ditemukan oleh manusia di dalam hatinya. Manis yang agung yang tiada taranya. Ia menemukan kelapangan dalam sanubarinya, kecintaan kepada kebaikan, kecintaan kepada pelaku kebaikan di dalam hatinya. Kebaikan yang tidak diketahui melainkan oleh orang yang sebelumnya belum pernah menemukannya.
  Dari Anas ranhu Katakan “I Love You karena Alloh” dari Nabi saw Katakan “I Love You karena Alloh” bahwa beliau berkata, “Tiga hal yang barangsiapa tiga hal itu ada dalam dirinya, niscaya ia akan mendapatkan manisnya iman; hendaknya Alloh dan Rosul-Nya paling ia cintai daripada selain keduanya, hendaknya mencintai seseorang dengan tidak mencintainya melainkan karena Alloh dan hendaklah merasa benci kembali kepada kekafiran setelah Alloh menyelamatkan dirinya dari kekafiran itu sebagaimana ia benci dirinya akan dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Syaikh Sholih Utsaimin rahimahu Katakan “I Love You karena Alloh” berkata, “Inilah yang pokok. Engkau mencintai seseorang tiada lain karena Alloh , bukan engkau mencintai karena kerabat, bukan karena hartanya, bukan karena kemuliaannya, dan bukan karena sesuatu dari dunia, tetapi engkau mencintai karena Alloh .

Cinta kepada kerabat adalah cinta yang alami. Setiap orang mencintai kerabatnya dengan cinta alami. Bahkan semua macam binatang mencintai anak-anaknya. Engkau sering melihat berbagai macam induk binatang dan serangga mencintai anak-anaknya hingga besar. Lalu para induk mulai mengusir anak-anaknya…

Yang jelas cinta kepada kerabat adalah cinta alamiah. Akan tetapi, jika kerabat engkau adalah orang sholih, maka hendaklah engkau mencintainya di atas sekedar cinta alamiah, engkau mencintainya dengan cinta karena Alloh.” (Syarh Riyadhus sholihin 1/432)

Semoga kita mampu melabuhkan cinta kita kepada orang tua, istri, anak-anak, karib kerabat, dan teman-teman kita karena Alloh swt Katakan “I Love You karena Alloh” semata. Wallohu a’lam

Sumber: islampos.com

Friday, February 14, 2014

Tidak Pernah Terlambat Untuk Menikah




Jendela Keluarga: Pernikahan benar-benar merupakan suatu misteri, rahasia Tuhan yang tidak bisa ditebak oleh manusia. Akan menikah dengan siap, menikah di usia berapa, dari mana asal kelahiran sang jodoh, manusia hanya bisa merencanakan dan mengusahakan. Namun keputusan akhir tetap ada pada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Saya pernah berdiskusi dengan seorang teman lelaki yang sampai usia di atas 50 tahun ia belum juga menikah. Ketika saya tanya tentang rencana untuk menikah, dia mengatakan, “Sudah terlalu tua bagi saya untuk menikah. Sudah terlambat”, katanya. Ia memilih untuk membujang dan tidak menikah. Tidak jarang kita jumpai laki-laki atau perempuan yang merasa sudah tua hingga akhirnya memutuskan untuk tidak melaksanakan pernikahan.

Benarkah ada usia yang dikatakan “terlambat” untuk melaksanakan pernikahan? Lalu apa korelasi usia dengan sebuah prosesi pernikahan.

Pertimbangan Usia dalam Pernikahan

Tentu saja ada pengaruh yang kuat antara usia dengan pernikahan. Namun dalam tulisan kali ini, saya hanya fokus pada dua aspek saja, yaitu faktor kebahagiaan dalam hidup dan faktor keturunan.

Pertama, faktor kebahagiaan. Jika menikah di usia yang relatif muda, maka akan bisa merasakan kebahagiaan dalam pernikahan yang lebih kuat dan lebih lama. Fitrah manusia adalah berpasangan. Agama memberikan jalan yang sah untuk mengikat kecenderungan berpasangan ini, dengan jalan pernikahan. Dengan pernikahan, maka berbagai fitrah kemanusiaan kepada pasangan hidup bisa tersalurkan secara benar dan bertanggung jawab.

Kehidupan manusia akan lebih mencapai keseimbangan dan kestabilan, apabila fitrah berpasangan ini disalurkan secara benar. Dengan menikah, hidup akan seimbang lahir dan batin, jasmani dan ruhani. Kebahagiaan manusia akan terasa berkurang, di saat mereka mencapai sukses besar dalam hidup, namun belum ada pasangan yang mendampinginya. Pasangan hidup inilah yang menggenapkan kebahagiaan dan memastikan tercapainya rasa bahagia secara optimal dalam kehidupan manusia.

Kedua, faktor keturunan. Salah satu tujuan pernikahan adalah untuk mendapatkan anak atau keturunan. Tentu ada sangat banyak resiko, jika melahirkan anak di atas usia empat puluh tahun, apalagi kalau di atas limapuluh tahun. Idealnya, melahirkan anak itu pada rentang usia duapuluh tahun, hingga usia tigapuluh tahun, sebelum mencapai usia empatpuluh. Dengan demikian, pernikahan pada usia di atas limapuluh tahun, tentu tidak lagi bertujuan untuk mendapatkan keturunan dari pernikahan tersebut.

Sangat bagus apabila perempuan bisa menikah di usia duapuluhan –kepala dua—agar bisa mendapatkan anak dalam usia ibu yang masih muda. Pernikahan di bawah usia duapuluh tahun, tentu boleh saja dilakukan, selama sudah memiliki kematangan psikis. Jika belum memiliki kesiapan dan kematangan mental, akan sangat banyak problem dalam keluarga, disebabkan mereka belum dewasa secara kejiwaan. Banyak konflik yang bisa muncul akibat ketidakdewasaan menghadapi persoalan keluarga.

Pernikahan di Usia Tua

Tidak masalah menikah di usia tua, karena usia bukan penghalang untuk melaksanakan pernikahan. Jika di masa muda ada hal-hal yang membuat seseorang terhalangi untuk melaksanakan pernikahan, janganlah hal itu membuatnya menjadi bersikap vatalis dengan memutuskan tidak mau menikah sama sekali. Mungkin ada yang beralasan karena sudah terlalu tua, padahal usianya belum sampai 90 atau 100 tahun…

FItrah manusia untuk menyalurkan hasrat kepada pasangan hidup, harus dibingkai dalam pernikahan yang sah menurut agama dan negara, supaya bisa mendapatkan kebahagiaan yang optimal. Jika fitrah tersebut disalurkan secara sembarangan, tanpa pernikahan, akan memunculkan banyak masalah dan bahkan penyakit. Jadi walaupun sudah berusia tua, menikah bukanlah suatu hal yang aib.

Di zaman sekarang ada banyak pasangan yang menikah di usia yang sudah tua. Ted Parsons dan Jean Reed adalah contoh pasangan yang menikah di usia yang sudah tua. Mereka menjadi pengantin baru di usia sembilan puluhan tahun. Ted (98 tahun) dan Jean (90 tahun) tercatat sebagai pasangan paling tua di Inggris yang melangsungkan pernikahan. Namun rekor dunia untuk pasangan menikah tertua di dunia masih dipegang oleh pasangan Lillian Hartley dan Allam Marks. Lillian berusia 95 tahun dan Allam berusia 98 tahun saat mengikat janji pernikahan.

Membicarakan masa-masa sebelum menikah, Ted menjelaskan bahwa mereka biasa pergi berdua namun tidak romantis karena sudah sama-sama tua. “Jika aku harus berlutut untuk melamarnya, mungkin aku butuh bantuan untuk berdiri lagi,” ungkap Ted bercanda.

Ted pertama kali bertemu dengan Jean 20 tahun lalu di New Malden dan kini mereka memutuskan untuk menikah dengan menggelar upacara sederhana. Ted dan Jean mengenakan pakaian resmi sama-sama memakai tongkat, berjalan bergandengan diiringi Andrew, anak bungsu Ted.

Setelah resmi menjadi suami istri kini mereka berencana bulan madu ke wilayah pantai utara dengan mengendarai mobil. Ted sendiri hanya punya jatah perpanjangan 3 tahun untuk SIM-nya. “Saya akan menjaga Jean seumur hidupku dan dia pun akan merawatku,” ucap Ted.

Upacara Pernikahan di Usia 103 Tahun

Ada lagi kisah upacara pernikahan pada usia yang sudah di atas 100 tahun. Hal ini menandakan, bahwa pernikahan yang sah bisa dilakukan oleh siapa saja yang menghendakinya. Tidak pandang usia.

Di usia 103 tahun, Jose Manuel Riella menggelar upacara pernikahan bersama sang istri tercinta, Martina Lopez (99 tahun). Bagi pasangan asal Paraguay ini, usia tidak menjadi halangan untuk menyelenggarakan sebuah upacara pernikahan. Keduanya sudah menikah melalui catatan sipil, namun mereka ingin menyelenggarakan upacara pernikahan secara keagamaan. Pasangan yang telah menikah selama 80 tahun tersebut menggelar prosesi pernikahan secara agama, setelah mendapat desakan dari delapan anak mereka.

“Anak-anak saya ingin kami menikah. Mereka mengatakan kepada saya bahwa ini yang mereka inginkan,” ujar Lopez seperti dilansir kantor berita Reuters. Saat ini, Lopez dan Riella telah memiliki 50 cucu, 35 cicit, dan 20 buyut. 

Waw, luar biasa semangat hidup mereka. Walaupun sudah berusia lanjut, namun melaksanakan pernikahan dengan prosesi keagamaan tetap mereka lakukan, demi mendapatkan ketenangan dalam hidup.

Jadi, memang tidak pernah terlambat untuk menikah…..

Oleh: Ustd. Cahyaddi Takariawan

Sumber: kompasiana.com/PakCah

Update Status Cinta Anda Sekarang Juga !

Jendela Keluarga: Rutinitas harian senantiasa menggerus romantis antar suami istri. Yang dahulu bergelojak hebat penuh dendang cinta, saat ini menjadi biasa saja. Jika dahulu dunia serasa milik berdua, maka bukan tidak mungkin saat ini rumah berasa ‘neraka’.  Salah satu buktinya bisa kita lihat di pagi hari, saat kesibukan mempersiapkan anak-anak sekolah.  Tampaknya  semua sepakat untuk menciptakan suasana menegangkan di awal pagi. Semua menginginkan untuk keluar rumah dengan kondisi yang terbaik. Detak jantung seolah berlomba dengan jarum jam untuk segera menuju angka tujuh. Maka keberkahan pagi hari sering tak membuahkan mesra sama sekali.

Di ujung hari suasana tak jauh berbeda. Sepulang kerja segunung lelah selalu melanda. Sang suami yang menuntut sambutan yang layak bak pangeran pulang dari peperangan  menaklukan negeri musuh, ternyata tak mendapatkan impiannya. Sang istri merasa lelah bukan kepalang sehabis menjaga anak-anak seharian yang selalu menciptakan kehebohan-kehebohan baru yang dilakukan. Karenanya, tak ada pelukan mesra dari istri yang harum mewangi. Sungguh kesan yang buruk untuk menutup hari. Liburan akhir pekan seringkali menjanjikan untuk dipenuhi agenda romantis bersama pasangan. Namun nyatanya banyak terlupakan dengan serangkaian agenda lemburan atau aktifitas suami ‘hangout’ bersama teman-teman kantor membuang kepenatan dunia kerja.

Gambaran di atas bukan kisah fiksi, namun nyata terjadi dalam keseharian kita. Sungguh sebuah rutinis yang membunuh cinta. Ya sadar atau tidak, kekacauan teknis setiap hari akan menggerus romantis antara suami istri.  Kelelahan yang di dapat setiap hari akan membuat agenda romantis suami istri menjadi kalah terengah-engah. Pada kondisi seperti inilah perlu kesadaran akan pentingnya ‘mengupdate’ status cinta Anda dan pasangan. Ini bukan tips hebat atau gila-gilaan yang membutuhkan biaya besar, namun kali ini ‘sekedar’ berbagi mesra lewat ungkapan cinta. Jika ungkapan ini mudah terucap dari lisan kita, niscaya kemesraan itu akan semakin nyata, bahkan bertambah sedemikian rupa, berbunga-bunga.

Mengapa perlu mengupdate status cinta ? Mengapa harus ada ungkapan cinta yang setiap saat harus kita menghiasi hari-hari kita ?  Mari kita awali dengan sebuah keyakinan ; sungguh setiap wanita membutuhkan pengakuan lebih tegas dan lugas tentang cinta suaminya. Tidak cukup dengan perhatian yang diberikan atau timbunan hadiah di dalam kamar, namun itu semua belumlah cukup selama belum mendengar satu dua kata yang memproklamasikan cinta sang suami.

Syariat Islam yang indah melihat pernyataan cinta adalah sebuah anjuran secara umum kepada saudara seiman, apalagi dengan para istri, tentu mempunyai tingkat pahala yang lebih jauh lagi. Dari Miqdad bin Ma'ad ra, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengajarkan : Apabila seorang mencintai saudaranya, hendaklah ia memberitahu kepadanya bahwa ia mencintainya (HR Tirmidzi dan Ahmad  dengan isnad shahih.) Memberitahukan kecintaan kepada seorang sahabat adalah anjuran Islam untuk mengekalkan ukhuwah. Lalu apa yang membuat ragu para suami untuk memproklamirkan cinta, mengupdate status cintanya kepada istri ?

Mari sejenak mengampil inspirasi dari rumah tangga nabi yang mulia, bagaimana pernyataan cinta begitu dibutuhkan. Adalah Muhammad Qutb dalam bukunya Aisyah, Guru Teladan Kaum Pria, menceritakan bahwa Aisyah ra, bila bertanya pada Rasul,  selalu dengan nada canda. Suatu ketika Aisyah ra bertanya, : “ Bagaimana cintamu padaku ? “. “Bagai untaian tali ! “, jawab sang Rasul. “ Bagaimana untaian itu ya Rasul ? “ Rasulullah menjawab : “ Ia dalam keadaan semula “.  Dalam keadaan semula, itu berarti tidak pernah berkurang karena ditelan zaman dan ketuaan. Begitulah update status cinta Rasulullah SAW yang segera membuat ibunda Aisyah tersipu malu.

Kita lihat begitu lugasnya ibunda Aisyah dalam menuntut pernyataan cinta Rasulullah SAW, suami dan manusia termulia. Ibunda Aisyah membutuhkan kejelasan dan jaminan ketenangan dengan ucapan cinta yang keluar dari lisan suami pujaan hatinya itu. Bukan meragukan atau tak percaya, namun lebih untuk menenangkan hati dan menjaga mesra. Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan, memberikan penyataan dan ungkapan cinta yang sugguh penuh ketulusan.

Maka bagi para suami hendaknya tak ragu dan tak segan untuk mengungkapkan kecintaannya dengan lugas, karena pengakuan tulus itulah yang membuat para istri lebih tenang menapaki kehidupannya. Keyakinan keberadaan  sosok suami yang siap mencintai sepenuh hati, bagi para istri adalah modal besar untuk mengarungi bahtera kehidupannya lebih jauh lagi. Maka sampaikanlah pernyataan cinta Anda dengan bahasa sederhana yang paling Anda suka, entah bergaya barat “ i love you”, atau “ you my tenderlove”, atau yang bergaya kraton “ aku trisno marang sliromu “, atau boleh juga bergaya anak negeri tahun 80-an : “aku cinta kamu” dan sebagainya.  Susunlah kata dan ungkapan terbaik yang Anda bisa, nyalakan dengan ketulusan yang Anda punya, lalu biarkan deretan kata-kata indah itu meluncur begitu saja merasuki hatinya. Mungkin lidah akan serasa kelu di awal mencoba, teruskan saja toh tidak ada sutradara yang akan berteriak “ cut “ memotong mesra Anda.

Segera update status cinta Anda. Lakukan hari ini atau Anda membuang kesempatan pahala di awal pagi. Berikan kejutan untuk istri Anda, pada saat-saat yang menegangkan di pagi hari misalnya, atau waktu-waktu yang tak terduga. Bisa dengan bisikan lembut disebelah telinga, atau untaian kata-kata sambil mata saling berpandangan, atau sekedar sederet kata via sms harian yang dirindukan. Yakinlah, sepanjang apa yang anda sampaikan benar-benar berawal dari ketulusan hati, maka efek yang dihasilkan sungguh akan luar biasa. Hati pasangan Anda akan tergetar dan membumbung tinggi ke atas awan. Satu point untuk anda hari ini. 
Selamat !
 
http://www.indonesiaoptimis.com/

*artikel dimuat dalam rubrik inspiring romance pada Majalah Embun Lazis Jateng

Tuesday, February 11, 2014

Istriku Sayang, Maafkan Aku...





Jendela Keluarga: Suatu hari seorang suami pulang kerja, dan mendapati tiga orang anaknya sedang berada di depan rumah. Semuanya bermain lumpur, dan masih memakai pakaian tidur. Berarti semenjak bangun tidur, mereka belum mandi dan belum berganti pakaian.

Sang suami melangkah menuju rumah lebih jauh.. Ternyata .. kotak-kotak bekas bungkus makanan tersebar di mana-mana. Kertas-kertas bungkus dan plastik bertebaran tidak karuan. Dan … pintu rumah bagian depan dalam keadaan terbuka.

Begitu ia melewati pintu dan memasuki rumah... MasyaAllah … kacau … berantakan … ada lampu yang pecah. Ada sajadah yang tertempel dengan permen karet di dinding. Televisi dalam keadaan on dan dengan volume maksimal. Boneka bertebaran di mana-mana. Pakaian acak-acakan tidak karuan menyebar ke seluruh penjuru ruangan.

Dapur? Ooooh tempat cucian piring penuh dengan piring kotor. Sisa makanan pagi masih ada di atas meja makan. Pintu kulkas terbuka lebar.

Sang suami mencoba melihat lantai atas. Ia langkahi boneka-boneka yang berserakan itu. Ia injak-injak pula pakaian yang berserakan tersebut. Maksudnya adalah hendak mendapatkan istrinya, siapa tahu ada masalah serius dengannya.

Pertama sekali ia dikejutkan oleh air yang meluber dari kamar mandi. Semua handuk berada di atas lantai dan basah kuyup. Sabun telah berubah menjadi buih. Tisu kamar mandi sudah tidak karuan rupa, bentuk dan tempatnya. Cermin penuh dengan coretan-coretan odol..

dan....

Begitu ia melompat ke kamar tidur...

Ia dapati istrinya sedang tiduran sambil membaca komik!!!

?????#$%!###

Melihat kepanikan sang suami, sang istri memandang kepadanya dengan tersenyum.

Dengan penuh keheranan sang suami bertanya: “Apa yang terjadi hari ini wahai istriku?!!”

Sekali lagi sang istri tersenyum seraya berkata:

“Bukankah setiap kali pulang kerja engkau bertanya dengan penuh ketidakpuasan: 'Apa sih yang kamu kerjakan hari ini wahai istriku' bukankah begitu wahai suamiku tersayang?!”

"Betul," jawab sang suami.

“Baik,” kata sang istri, "hari ini, aku tidak melakukan apa yang biasanya aku lakukan”.


***



Subhanallah dari cuplikan kisah di atas ada banyak pesan yang bisa kita petik terlepas dari apakah kisah tersebut nyata adanya atau tidak. Beberapa pesan yang ingin disampaikan adalah:

1. Penting sekali semua orang memahami, betapa orang lain mati-matian dalam menyelesaikan pekerjaannya, dan betapa besar pengorbanan yang telah dilakukan oleh orang lain itu agar kehidupan ini tetap berimbang, berimbang antara MENGAMBIL dan MEMBERI, TAKE and GIVE.

2. Dan … agar tidak ada yang mengira bahwa dialah satu-satunya orang yang habis-habisan dalam berkorban, menanggung derita, menghadapi kesulitan dan masalah serta menyelesaikannya.

3. Dan … jangan dikira bahwa orang-orang yang ada di sekelilingnya, yang tampaknya santai, diam, dan enak-enakan … jangan dikira bahwa mereka tidak mempunyai andil apa-apa.

4. Oleh karena itu, HARGAILAH JERIH PAYAH DAN KIPRAH ORANG LAIN dan JANGAN MELIHAT DARI SUDUT PANDANG YANG SEMPIT.

Dalam konteks cuplikan kisah tersebut digambarkan betapa suami banyak menuntut kepada seorang istri untuk dapat melakukan banyak hal dengan baik dan sempurna, bahkan apapun yang dilakukan sang istri dilihat tidak ada artinya di hadapan sang suami. Bahkan yang selalu terucap dari sang suami kepada istrinya: "Apa yang terjadi hari ini wahai istriku..?".  Walaupun sejatinya begitu besar hal yang dilakukan oleh sang istri dan mungkin jauh lebih besar dan berat jika dibandingkan oleh yang dilakukan oleh sang suami. Dan sang suami baru tersadar bahwasanya apa yang telah dilakukan sang istri begitu besar dalam kehidupan rumah tangganya ketika suatu waktu sang istri berdiam diri tidak melakukan kegiatan apapun di rumah. Ketika sang suami pulang kerja Ia terkejut dan shok ketika masuk rumah karena ia dapati kondisi rumah yang berantakan. Dan Ia (sang suami) baru tersadar bahwa apa yang selama ini dilakukan Istrinya luar biasa dan begitu besar pengorbanan dalam rumah tangganya.

Jadi sungguh jangan pernah  berfikir bahwa dialah (suami) satu-satunya orang yang habis-habisan dalam berkorban, menanggung derita, menghadapi kesulitan dan masalah serta menyelesaikannya. Sedang dia menganggap bahwa orang-orang yang ada di sekelilingnya tampaknya santai, diam, dan enak-enakan, serta bahkan tidak mempunyai andil apa-apa. Bahkan boleh jadi apa yang dilakukan oleh sang istri berimbang atau bahkan jauh lebih besar dengan apa yang dilakukan oleh sang suami.

Oleh karena itu, HARGAILAH JERIH PAYAH DAN KIPRAH ORANG LAIN dan JANGAN MELIHAT DARI SUDUT PANDANG YANG SEMPIT. 




Suami Sayang Istri

 


Jendela Keluarga: Memberi hadiah adalah salah satu cara yang diajarkan Rasulullah agar kita saling mencintai. Memberi hadiah tidak terbatas pada strata sosial, umur ataupun batas lainnya. Ia disarankan untuk dilakukan sesering mungkin, kepada siapapun, dalam keadaan bagaimanapun. Baik dalam kehidupan berkeluarga, antara suami, istri dan anak-anak. Ataupun dalam kehidupan bermasyarakat. Baik kepada sahabat sesama muslim, ataupun masyarakat secara umum.

Bentuk dari hadiah pun tidak dibatasi. Bukan hanya berlian atau intan permata. Jika pun hadiah hanya berbentuk buku murah ataupun makan gratis di warung sederhana, jika dilandasi dengan ketulusan, maka hadiah tersebut akan menjadi amal kebaikan dan semakin menumbuhkan cinta diantara sesama kita.

Dalam kehidupan suami istri, saling memberi hadiah merupakan obat mujarab yang bisa membuat pernikahan semakin hangat, dan cinta diantara keduanya semakin bertumbuh. Dalam tahap tertentu, ketika rumah tangga tengah diuji dengan badai atau angin sepoi, memberi kejutan berupa hadiah kesayangan pasangan kita, akan bisa mencairkan suasana dan membuat pasangan merasa dihargai.

Hal inilah yang dilakukan oleh Faris. Pria yang baru saja menikah ini mempunyai kebiasaan membawakan hadiah untuk istrinya, sepulangnya dia bekerja. Di sepanjang jalan pulang, dia selalu melihat ke sekeliling untuk membeli apapun. Baik itu kue, souvenir atau yang lain. Ritual ini, ia lakukan setiap hari. Tanpa bosan, karena dilakukan dengan sepenuh hati, karena cinta dan melakukan sunnah nabi.

Hingga, sampailah dia pada suatu malam. Ada kerjaan lembur di kantornya. Alhasil, di sepanjang perjalanan pulang, dia tidak menemukan apapun untuk dibeli. Semua penjual yang biasanya menjajakan dagangan juga tutup semua. Dia kemudian berfikir keras untuk terus mempertahankan kebiasaan baiknya itu.

Ia terus menyusuri jalan menuju surga mereka. Pikirannya sibuk mencari jalan keluar. Hingga sampailah ia di depan halaman, namun belum membawa apapun untuk dihadiahkan kepada bidadarinya yang tengah menunggu di balik pintu. Dalam batas ikhtiarnya itu, pandangannya menabrak setangkai mawar yang memang ditanam oleh istrinya di halaman rumah, dalam sebuah pot. Dalam jenak, ia melangkah perlahan dan kemudian memetik tangkai itu.

Diketuklah pintu, beriring salam. Dijawablah salam, oleh suara lembut di balik pintu. Dalam jenak, pintu dibuka oleh bidadari berjilbab rapi. Manis senyumnya, hangat sambutannya. Diciumlah tangan si Faris, diambillah tas yang ada di bahu pangerannya itu. Dalam jenak, Faris berujar, “Dik,” Yang dipanggil menghentikan langkah, menghadapkan badannya secara sempurna, dengan isyarat mata mengiyakan panggilan mesra itu. “Maafkan mas, Sayang.” Mata sang bidadari mendadak berlukiskan kebingungan, tapi dia hanya diam. Seraya mendengarkan dengan hormat setiap kata yang terlontar dari bibir kekasih hatinya itu. “Mas tidak menemukan apapun untuk hadiah malam ini. Mas dapat jatah lembur, semua pedagang sudah tutup ketika mas pulang.” Si cantik hanya tersenyum, lega, sembari mengangguk.

Ketika istrinya hendak meletakkan tas, Faris kembali berkata, “Mas hanya bawa ini untuk hadiah malam ini.” Ucapnya sambil menyodorkan setangkai mawar yang baru dipetiknya beberapa menit yang lalu. Sambil menoleh, istri sholehahnya itu tersenyum, semakin manis. Serta merta, diterimalah uluran tangkai mawar, dicium wanginya, sembari berucap, “Terimakasih mas, Sayang.” Malam itu, kehangatan menjalari di setiap jenak rumah itu, hingga pagi dan hari-hari berikutnya.

Beberapa hari kemudian, Faris dihadapkan pada kejadian yang sama. Kali ini, lebih seru lantaran tak ada lagi mawar di depan rumah mereka. Namun, Faris tidak pernah berhenti berharap dan berkomitmen untuk selalu membawa hadiah sepulang kerja. Dalam kebingungan itu, ketika ikhtiar sudah mencapai puncak, selalu ada solusi yang Allah berikan. Apalagi, bagi mereka yang berniat melakukan kebaikan untuk orang-orang yang dicintainya.

Hingga didapatilah sebuah batu kecil. Diambillah batu tersebut, dan kemudian dicuci. Setelah mengetuk pintu dan melakukan ritual cium tangan dan berbagi senyum, Faris berujar kepada istrinya, “Dik, maafin mas ya. Mas hanya mendapati ini untuk hadiah malam ini.” Serta merta, terbitlah senyum dari bidarinya itu, beriring bingung lantaran yang diberikan oleh suaminya adalah batu kecil. “Kok batu, Mas? Buat apa?” Seperti mengerti kebingungan istrinya, Faris mendekat, sembari mengirimkan isyarat bahwa dia akan membisikkan sesuatu kepada istrinya, “Di jalan sudah tidak ada penjual yang menjajakan dagangannya. Mawar depan rumah kita juga sedang tidak mekar. Jadi, batu ini untuk penggosok badan ketika adik mandi.”

Begitulah. Cinta itu sederhana. Sesederhana memberi apapun kepada pasangan kita. Asalkan bermanfaat, dan dilandasi keikhlasan. Cerita ini pula yang melandasi sebuah asas, bahwa bahagia milik semua orang. Bukan hanya milik Presiden, Menteri atau anggota DPR dengan fasilitas mewah. Tetapi bagi kita, selama masih menjadi muslim, maka bahagia bisa didapat dari mana saja. Tentu, ketika kita tak lelah menuntut ilmu dan bersemangat dalam mengamalkannya.

Semoga apa yang dilakukan Faris menginspirasi kita semua. Semoga setelah ini, akan banyak rumah tangga yang semakin hangat seiring berjalannya waktu. Semoga, esok, kita akan menjadi seperti Faris yang selalu pulang dengan menyertakan hadiah, atau lebih baik darinya dalam hal ini. Baik itu coklat kesukaan istri, buku favorit pasangan kita, atau apapun yang menjadi kesenangannya. Insya Allah, dengan memberi hadiah, seseorang akan saling mencintai dan bertambah cinta diantara keduanya. Jika kemudian memang tak kuasa memberi hadiah berbentuk materi, maka senyum tulus, hangatnya sambutan dan perhatian yang penuh, adalah lebih berharga dari benda apapun yang diberikan tanpa ketulusan.

Sudahkah kita memberikan hadiah untuk orang-orang tercinta hari ini?

sumber: bersamadakwah.com

Monday, February 10, 2014

Maafkan Aku...



Maafkan aku,
Mungkin kau terluka,
Kukira hatimu tersayat
Atau bisa jadi sesak merasuk di dadamu,
Dunia mengapa kau tak berputar perlahan?
Hingga tak terasa usia ku dan usia mu bertambah secara pasti
Tawa, suka, duka berjalan selaras dengan putaran jam

Aku tak tahu pasti
Kapan nafas ini kan berhenti
Tapi aku dapat memastikan
Bahwa malaikat izrail sudah menyiapkan diri untuk bertemu denganku

Mengingatkanmu bukan berarti memarahimu
Menegurmu bukan berarti aku membencimu
Karena aku sungguh mencintaimu
Tak ingin kau jatuh dan sakit oleh orang lain
Tak ingin kau menjauh dan jauh dari Rabbmu

Sayangku padamu berbanding lurus dengan sayangku kepada tubuhku
Yang selalu ingin menjadi yang terbaik di mata-Nya
Aku tahu karena jasad ini takkan kekal
Aku sadar bahwa lisan ini tak selamanya bisa mengingatkanmu
Aku tak pernah berjanji akan selalu bersamamu
Karena kematian yang akan memisahkan kita
Tak selamanya ku bisa mendampingimu
Tak selamanya ku bisa menjagamu
Maka dari kemarin, hari ini dan selama detak nadi ku masih ada
Aku ingin bersama denganmu untuk sama – sama menjadi yang terbaik
Di mata Rabb yang Maha baik

Mari bersama-sama Belajar menjadi dewasa,
Bukan karena usia,
Tapi karena dewasa adalah pilihan untuk menjadi bijaksana

Mari bersama-sama Belajar dengan tauladan
Karena ketauladanan lebih besar manfaat dibanding ratusan retorika

Mari bersama-sama Belajar menjadi penebar cinta
Jika berdekatan denganmu orang semakin Mencintai Rabbnya

Maafkan aku jika mungkin aku yang akan meninggalkanmu
Bukan karena beribu kesalahan saja ku meminta maaf
Tetapi karena kekurangan diri hingga ku sering lalai
Tetaplah menjadi bidadari dunia yang selalu dalam kasih sayang-Nya.

Thursday, February 6, 2014

Survei: Media Sosial Perpendek Hubungan Asmara


Kehidupan romantis pasangan umumnya mendapat cobaan pada tujuh tahun usia hubungan. Namun, bagi pasangan modern, bukan tak mungkin cobaan datang lebih cepat.

Sebuah survei menemukan, pasangan masa kini cenderung mengakhiri hubungan hanya dalam dua tahun sembilan bulan. Apa sebabnya? 

"Mayoritas mereka yang disurvei mengatakan media sosial mengurangi intensitas mereka bersama pasangan," kata peneliti seperti dilansir Daily Mail.

Penelitian melibatkan 1.953 orang dewasa Inggris yang mengakhiri pernikahan atau hubungan serius dalam dua tahun terakhir. Sebagian besar peserta dan mantan pasangan aktif di jejaring sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram sebelum berpisah.

Sebanyak 36 persen peserta mengakui bahwa mereka bertemu kembali dengan mantan secara online, baik melalui media sosial ataupun situs kencan. Lebih dari setengah responden merasa bahwa media sosial berperan memudarkan rasa cinta.

Sebanyak 34 persen peserta mengatakan: pasangannya bertemu atau menggoda orang lain di jejaring sosial. 23 persen merasa cepat akrab. Sementara 17 persen mengatakan pasangan lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya daripada bersama mereka. 

Di sisi lain, media sosial membuat 12 persen responden iri melihat kebahagiaan pasangan lain dibanding dengan hubungan sendiri.

George Charles, juru bicara VoucherCodesPro.co.uk yang melakukan survei mengatakan, "Tujuh tahun digambarkan sebagai periode bagi pasangan untuk berjuang agar tetap romantis. Namun temuan kami memperlihatkan pasangan modern berumur lebih pendek," katanya. 

Ia mengatakan, kondisi ini hasil kehidupan sosial yang sibuk dan dominasi teknologi.

sumber: viva.co.id