sumber: Blog Cahyadi Takariawan
Jendela Keluarga: Mewujudkan Keluarga Islami
Keluarga muslim adalah keluarga yang dibangun atas dasar nilai-nilai keislaman, Setiap anggota keluarga komintmen terhadap nilai-nilai keislaman. Sehingga keluarga menjadi tauladan dan lebih dari itu keluarga menjadi pusat dakwah Islam.
Merajut Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah
Keluarga sakinah adalah keluarga yang semua anggota keluarganya merasakan cinta kasih, keamanan, ketentraman, perlindungan, bahagia, keberkahan, terhormat, dihargai, dipercaya dan dirahmati oleh Allah SWT.
Cinta Tanpa Syarat
Ketika suami dan isteri sudah menetapkan “cinta tanpa syarat” dan saling memahami, maka perbedaan dan pertengkaran tidak membesar menjadi konflik yang merusakkan kebahagiaan keluarga.
Cinta Tidak Harus Dengan Kata
Mencintai dengan sederhana, adalah mencintai “dengan kata yang tak sempat diucapkan” dan “dengan isyarat yang tak sempat disampaikan”.
Komunikasi dan Interaksi Penuh Cinta
Hal yang sangat vital perannya dalam menjaga keharmonisan rumah tangga adalah interaksi dan komunikasi yang sehat, komunikasi yang indah dan melegakan serta komunikasi penuh cinta antara seluruh anggotanya.
Wednesday, April 30, 2014
Menjemput Kesetiaan
sumber: Blog Cahyadi Takariawan
Thursday, April 10, 2014
Penuhi Memori dengan Kebaikan Pasangan
Monday, March 24, 2014
Masih Adakah Cinta di Hati Anda?
Masih adakah cinta di hati anda untuk pasangan? Coba cari tiga komponen cinta dalam diri anda.
Menurut Robert J. Sternberg, ada tiga komponen penting dalam cinta, yaitu intimacy, passion, dan commitment.
Keintiman atau intimacy, yaitu suasana batin yang akrab dan dekat antara suami dan isteri. Hal ini berkaitan dengan bagaimana menciptakan suasana hubungan menjadi hangat dan nyaman. Pasangan suami istri yang selalu dekat secara emosi, menandakan mereka memiliki unsur pertama dari cinta.
Gelora atau passion, yaitu adanya motivasi dan gairah untuk selalu membahagiakan pasangan, untuk selalu memberikan yang terbaik bagi pasangan, untuk mau berkorban demi pasangan. Suami istri yang memiliki gairah untuk membahagiakan pasangannya, menandakan memiliki unsur kedua dari cinta.
Komitmen atau commitment, adalah sikap kesetiaan kepada pasangan. Suami dan istri memiliki rasa tanggung jawab bersama untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Mereka memiliki disiplin dan dedikasi untuk menjaga dan merawat keutuhan keluarga. Ini menandakan memiliki unsur ketiga dari cinta.
Apakah ketiga unsur itu masih ada dalam diri anda? Jika iya, artinya anda cinta kepada pasangan. Jika tidak? Jika tidak, ya diadakanlah ketiganya dalam jiwa anda.
Selamat pagi sahabat semua....
Oleh: Ustd. Cahyadi Takariawan
Thursday, March 20, 2014
Sajadah Yang Merindu Dua Raka’atmu
Jendela Keluarga: DI SUDUT tempat sujud itu, terdengar sayup isak tangis. Ku dekati suara itu yang tak lain adalah isak tangis sajadahku.
Ku tanya padanya, “Ada apa denganmu?!”
Dalam temaram ruangan, dia menjawab pelan sambil menyeka airmatanya. Jawabnya,
Dulu sebelum kau mengisi kajian, kau sempatkan DUA RAKA’AT dengan harapan mendapat kelancaran. Tapi kini, kau lebih sibuk memikirkan presentasi, menghafal syair atau merangkai lelucon ringan sebagi persiapan.
Dulu sebelum kau menulis novel atau kitab, kau sempatkan DUA RAKA’AT dengan harapan mengalirnya inspirasi yang dahsyat. Tapi kini, kau lebih sibuk merangkai retorika atau kata puitis melankolis, mengejar deadline atau hanya sekedar untuk mendapat keartisan sesaat.
Dulu di saat Dhuha, kau sempatkan DUA RAKA’AT dengan harapan lancarnya segala urusan di hari itu. Tapi kini, kau belajar dan bekerja tak kenal waktu, seolah lupa DIA lah yang selama ini memberimu rizqi dan ilmu.
Dulu di 1/3 malam, minimal, kau sempatkan DUA RAKA’AT dengan harapan bisa bermuhasabah dan memohon padaNya. Tapi kini, dengan alasan sudah penat dan kelelahan, kau panjangkan tidur tak sempat berduaan dengan-Nya.
Dulu sebelum syuro’, kau sempatkan DUA RAKA’AT dengan harapan lancar dan tuntasnya agenda da’wah. Tapi kini, kau lebih memilih datang telat atau bahkan izin dengan alasan mengejar Ma’isyah atau mungkin Aisyah. (Astaghfirullah wa na’udzubillah)
Apa kini kau lupa atau terlena?
Kembalilah seperti dulu, pribadi yang islami yang tersibghoh (tercelup) warna Illahi. Berazzam membina generasi Rabbani, melestarikan budaya Qur’ani yang tak pernah membiarkan cahaya Da’wah ini mati terhempas urusan duniawi.
Aku Rindu Masa Itu. Aku Rindu Airmata Sujudmu. Aku Rindu Dua Raka’atmu!!!
Thursday, February 27, 2014
Pakar Parenting: “Efek Terbesar Ghazwul Fikri adalah Rusaknya Keluarga
Thursday, February 20, 2014
Tingkatan Konflik Dalam Rumah Tangga
Jendela Keluarga: Dalam kehidupan rumah tangga, memang selalu ada konflik dengan segala tingkatannya. Tidak ada keluarga tanpa konflik, yang membedakan adalah cara mereka menikmati, mengelola dan keluar dari konflik tersebut. Dengan demikian, tidak perlu berlebihan dalam memandang terjadinya konflik. Justru yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengubah konflik menjadi cinta yang menyala dalam keluarga.
Sunday, February 16, 2014
Inilah "Pesan" Bung Karno untuk para Pemuda Jomblo !
Tak kurang, bukan hanya janji untuk meningkatkan kemampuan finansial mereka yang menikah, bahkan mereka yang akan menikah pun akan dimudahkan dan ditolong Allah SWT, sebagaimana tertuang dalam hadits, dimana Rasulullah SAW bersabda : “Tiga orang yang pasti Allah akan menolong mereka : orang yang berjihad di jalan Allah, Mukatab yang ingin menebus dirinya dan orang yang menikah dengan tujuan menjaga dirinya (dari yang haram)” (HR Tirmidzi)
Nah, rasanya sudah banyak kita mengulang-ulang motivasi pernikahan untuk para jomblo yang membandel. Kali ini kita coba mengetuk hati mereka dengan lintasan peristiwa sejarah, berupa pidato bung Karno Presiden RI pertama sekaligus founding fathers negeri yang kita cinta ini. Mari kita simak sejenak ceritanya ...
Pada sidang hari pertama PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tanggal 10 Juli 1945 bung Karno berpidato dengan memukau. Salah satunya ia ingin menghapus keraguan dan kebimbangan sebagian tokoh lain yang berpikir bahwa Kemerdekaan sebuah bangsa membutuhkan banyak persiapan dan modal kekayaan. Bung Karno menganalogikan kemerdekaan dengan perkawinan. Ia mengatakan ..
" Kemerdekaan bagaikan sebuah perkawinan. Siapa yang bersedia menunggu sampai gajinya sudah cukup, katakanlah 500 gulden ? serta menunggu sampai rumah yang dibangunnya selesai ?
Pertama-tama, pokoknya kawin dulu. Urusan rumah dan biaya perkawinan merupakan urusan belakangan ".*
Nah, demikian pidato bung Karno yang cocok untuk para Jomblo. Memotivasi dan menginspirasi. Gimana Mblo .... siap merdeka atau belum ? Semoga bermanfaat dan salam optimis.
* dikutip dari Buku Djakarta 1945 : Catatan Julius Pour
Saturday, February 15, 2014
Katakan: I Love You Karena Allah
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang gunung-gunung, Maka Katakanlah: “Robbku akan menghancurkannya (di hari kiamat) sehancur-hancurnya, maka Dia akan menjadikan (bekas) gunung-gunung itu datar sama sekali. Tidak ada sedikitpun kamu lihat padanya tempat yang rendah dan yang tinggi-tinggi.” (QS. Thoha [20] : 105-107)
“…Dua orang yang saling mencintai karena Alloh, keduanya berkumpul dan berpisah karena cinta Alloh”. Maksudnya adalah di antara keduanya berproses sebuah cinta. Akan tetapi cinta karena Alloh bukan cinta karena harta, atau karena kemuliaan, atau karena nasab keturunan atau karena yang lain-lainnya. Akan tetapi, cinta karena Alloh . Engkau melihatnya taat kepada Alloh, menjauhi hal-hal yang diharamkan oleh Alloh, sehingga ia dicintai karena semua ini. Inilah pengertian yang termasuk dalam hadits,’…dua orang yang saling mencintai.” (Syarh Riyadhus sholihin 1/432)
Dari Abu Idris Al-Khaulani , ia berkata, ‘Aku masuk masjid Damaskus. Tiba-tiba aku melihat pemuda dengan gigi seri yang mengkilap yang dikerumuni orang banyak. Jika mereka berbeda pendapat dalam suatu hal mereka mengembalikan perkara itu kepadanya. Mereka meminta pendapatnya. Maka aku bertanya berkenaan dengannya dan dikatakan, ‘Itu adalah Muadz bin Jabal . Keesokan harinya aku datang pagi-pagi sekali ke masjid dan aku dapati ia telah mendahuluiku tiba pagi-pagi di masjid. Aku lihat ia sedang menunaikan sholat. Aku menunggunya hingga selesai menunaikan sholatnya. Aku mendatanginya ke arah depannya. Aku sampaikan salam kepadanya lalu kukatakan, ‘Demi Alloh, aku cinta kepada engkau karena Alloh’. Maka ia berkata, ‘Demi Allohkah? Kujawab, ‘Demi Alloh. Ia menarik ujung selendangku dan menarikku dekat kepadanya, lalu ia berkata, ‘Bergembiralah, sungguh aku telah mendengar Rosululloh bersabda, ‘Alloh berfirman: ‘Pasti akan mendapatkan kecintaan dari-Ku orang-orang yang saling mencintai karena Aku, saling bergaul karena-Ku, saling mengunjungi karena-Ku dan saling bershadaqah karena-Ku.” (HR. Malik dalam Al-Muwaththa dengan isnadnya yang shahih)
Dari Anas dari Nabi bahwa beliau berkata, “Tiga hal yang barangsiapa tiga hal itu ada dalam dirinya, niscaya ia akan mendapatkan manisnya iman; hendaknya Alloh dan Rosul-Nya paling ia cintai daripada selain keduanya, hendaknya mencintai seseorang dengan tidak mencintainya melainkan karena Alloh dan hendaklah merasa benci kembali kepada kekafiran setelah Alloh menyelamatkan dirinya dari kekafiran itu sebagaimana ia benci dirinya akan dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Friday, February 14, 2014
Tidak Pernah Terlambat Untuk Menikah
Update Status Cinta Anda Sekarang Juga !
Di ujung hari suasana tak jauh berbeda. Sepulang kerja segunung lelah selalu melanda. Sang suami yang menuntut sambutan yang layak bak pangeran pulang dari peperangan menaklukan negeri musuh, ternyata tak mendapatkan impiannya. Sang istri merasa lelah bukan kepalang sehabis menjaga anak-anak seharian yang selalu menciptakan kehebohan-kehebohan baru yang dilakukan. Karenanya, tak ada pelukan mesra dari istri yang harum mewangi. Sungguh kesan yang buruk untuk menutup hari. Liburan akhir pekan seringkali menjanjikan untuk dipenuhi agenda romantis bersama pasangan. Namun nyatanya banyak terlupakan dengan serangkaian agenda lemburan atau aktifitas suami ‘hangout’ bersama teman-teman kantor membuang kepenatan dunia kerja.
Gambaran di atas bukan kisah fiksi, namun nyata terjadi dalam keseharian kita. Sungguh sebuah rutinis yang membunuh cinta. Ya sadar atau tidak, kekacauan teknis setiap hari akan menggerus romantis antara suami istri. Kelelahan yang di dapat setiap hari akan membuat agenda romantis suami istri menjadi kalah terengah-engah. Pada kondisi seperti inilah perlu kesadaran akan pentingnya ‘mengupdate’ status cinta Anda dan pasangan. Ini bukan tips hebat atau gila-gilaan yang membutuhkan biaya besar, namun kali ini ‘sekedar’ berbagi mesra lewat ungkapan cinta. Jika ungkapan ini mudah terucap dari lisan kita, niscaya kemesraan itu akan semakin nyata, bahkan bertambah sedemikian rupa, berbunga-bunga.
Mengapa perlu mengupdate status cinta ? Mengapa harus ada ungkapan cinta yang setiap saat harus kita menghiasi hari-hari kita ? Mari kita awali dengan sebuah keyakinan ; sungguh setiap wanita membutuhkan pengakuan lebih tegas dan lugas tentang cinta suaminya. Tidak cukup dengan perhatian yang diberikan atau timbunan hadiah di dalam kamar, namun itu semua belumlah cukup selama belum mendengar satu dua kata yang memproklamasikan cinta sang suami.
Syariat Islam yang indah melihat pernyataan cinta adalah sebuah anjuran secara umum kepada saudara seiman, apalagi dengan para istri, tentu mempunyai tingkat pahala yang lebih jauh lagi. Dari Miqdad bin Ma'ad ra, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengajarkan : Apabila seorang mencintai saudaranya, hendaklah ia memberitahu kepadanya bahwa ia mencintainya (HR Tirmidzi dan Ahmad dengan isnad shahih.) Memberitahukan kecintaan kepada seorang sahabat adalah anjuran Islam untuk mengekalkan ukhuwah. Lalu apa yang membuat ragu para suami untuk memproklamirkan cinta, mengupdate status cintanya kepada istri ?
Mari sejenak mengampil inspirasi dari rumah tangga nabi yang mulia, bagaimana pernyataan cinta begitu dibutuhkan. Adalah Muhammad Qutb dalam bukunya Aisyah, Guru Teladan Kaum Pria, menceritakan bahwa Aisyah ra, bila bertanya pada Rasul, selalu dengan nada canda. Suatu ketika Aisyah ra bertanya, : “ Bagaimana cintamu padaku ? “. “Bagai untaian tali ! “, jawab sang Rasul. “ Bagaimana untaian itu ya Rasul ? “ Rasulullah menjawab : “ Ia dalam keadaan semula “. Dalam keadaan semula, itu berarti tidak pernah berkurang karena ditelan zaman dan ketuaan. Begitulah update status cinta Rasulullah SAW yang segera membuat ibunda Aisyah tersipu malu.
Kita lihat begitu lugasnya ibunda Aisyah dalam menuntut pernyataan cinta Rasulullah SAW, suami dan manusia termulia. Ibunda Aisyah membutuhkan kejelasan dan jaminan ketenangan dengan ucapan cinta yang keluar dari lisan suami pujaan hatinya itu. Bukan meragukan atau tak percaya, namun lebih untuk menenangkan hati dan menjaga mesra. Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan, memberikan penyataan dan ungkapan cinta yang sugguh penuh ketulusan.
Maka bagi para suami hendaknya tak ragu dan tak segan untuk mengungkapkan kecintaannya dengan lugas, karena pengakuan tulus itulah yang membuat para istri lebih tenang menapaki kehidupannya. Keyakinan keberadaan sosok suami yang siap mencintai sepenuh hati, bagi para istri adalah modal besar untuk mengarungi bahtera kehidupannya lebih jauh lagi. Maka sampaikanlah pernyataan cinta Anda dengan bahasa sederhana yang paling Anda suka, entah bergaya barat “ i love you”, atau “ you my tenderlove”, atau yang bergaya kraton “ aku trisno marang sliromu “, atau boleh juga bergaya anak negeri tahun 80-an : “aku cinta kamu” dan sebagainya. Susunlah kata dan ungkapan terbaik yang Anda bisa, nyalakan dengan ketulusan yang Anda punya, lalu biarkan deretan kata-kata indah itu meluncur begitu saja merasuki hatinya. Mungkin lidah akan serasa kelu di awal mencoba, teruskan saja toh tidak ada sutradara yang akan berteriak “ cut “ memotong mesra Anda.
Segera update status cinta Anda. Lakukan hari ini atau Anda membuang kesempatan pahala di awal pagi. Berikan kejutan untuk istri Anda, pada saat-saat yang menegangkan di pagi hari misalnya, atau waktu-waktu yang tak terduga. Bisa dengan bisikan lembut disebelah telinga, atau untaian kata-kata sambil mata saling berpandangan, atau sekedar sederet kata via sms harian yang dirindukan. Yakinlah, sepanjang apa yang anda sampaikan benar-benar berawal dari ketulusan hati, maka efek yang dihasilkan sungguh akan luar biasa. Hati pasangan Anda akan tergetar dan membumbung tinggi ke atas awan. Satu point untuk anda hari ini.
*artikel dimuat dalam rubrik inspiring romance pada Majalah Embun Lazis Jateng
Tuesday, February 11, 2014
Istriku Sayang, Maafkan Aku...
Jendela Keluarga: Suatu hari seorang suami pulang kerja, dan mendapati tiga orang anaknya sedang berada di depan rumah. Semuanya bermain lumpur, dan masih memakai pakaian tidur. Berarti semenjak bangun tidur, mereka belum mandi dan belum berganti pakaian.
Sang suami melangkah menuju rumah lebih jauh.. Ternyata .. kotak-kotak bekas bungkus makanan tersebar di mana-mana. Kertas-kertas bungkus dan plastik bertebaran tidak karuan. Dan … pintu rumah bagian depan dalam keadaan terbuka.
Begitu ia melewati pintu dan memasuki rumah... MasyaAllah … kacau … berantakan … ada lampu yang pecah. Ada sajadah yang tertempel dengan permen karet di dinding. Televisi dalam keadaan on dan dengan volume maksimal. Boneka bertebaran di mana-mana. Pakaian acak-acakan tidak karuan menyebar ke seluruh penjuru ruangan.
Dapur? Ooooh tempat cucian piring penuh dengan piring kotor. Sisa makanan pagi masih ada di atas meja makan. Pintu kulkas terbuka lebar.
Sang suami mencoba melihat lantai atas. Ia langkahi boneka-boneka yang berserakan itu. Ia injak-injak pula pakaian yang berserakan tersebut. Maksudnya adalah hendak mendapatkan istrinya, siapa tahu ada masalah serius dengannya.
Pertama sekali ia dikejutkan oleh air yang meluber dari kamar mandi. Semua handuk berada di atas lantai dan basah kuyup. Sabun telah berubah menjadi buih. Tisu kamar mandi sudah tidak karuan rupa, bentuk dan tempatnya. Cermin penuh dengan coretan-coretan odol..
dan....
Begitu ia melompat ke kamar tidur...
Ia dapati istrinya sedang tiduran sambil membaca komik!!!
?????#$%!###
Melihat kepanikan sang suami, sang istri memandang kepadanya dengan tersenyum.
Dengan penuh keheranan sang suami bertanya: “Apa yang terjadi hari ini wahai istriku?!!”
Sekali lagi sang istri tersenyum seraya berkata:
“Bukankah setiap kali pulang kerja engkau bertanya dengan penuh ketidakpuasan: 'Apa sih yang kamu kerjakan hari ini wahai istriku' bukankah begitu wahai suamiku tersayang?!”
"Betul," jawab sang suami.
“Baik,” kata sang istri, "hari ini, aku tidak melakukan apa yang biasanya aku lakukan”.
***
Subhanallah dari cuplikan kisah di atas ada banyak pesan yang bisa kita petik terlepas dari apakah kisah tersebut nyata adanya atau tidak. Beberapa pesan yang ingin disampaikan adalah:
1. Penting sekali semua orang memahami, betapa orang lain mati-matian dalam menyelesaikan pekerjaannya, dan betapa besar pengorbanan yang telah dilakukan oleh orang lain itu agar kehidupan ini tetap berimbang, berimbang antara MENGAMBIL dan MEMBERI, TAKE and GIVE.
2. Dan … agar tidak ada yang mengira bahwa dialah satu-satunya orang yang habis-habisan dalam berkorban, menanggung derita, menghadapi kesulitan dan masalah serta menyelesaikannya.
3. Dan … jangan dikira bahwa orang-orang yang ada di sekelilingnya, yang tampaknya santai, diam, dan enak-enakan … jangan dikira bahwa mereka tidak mempunyai andil apa-apa.
4. Oleh karena itu, HARGAILAH JERIH PAYAH DAN KIPRAH ORANG LAIN dan JANGAN MELIHAT DARI SUDUT PANDANG YANG SEMPIT.
Dalam konteks cuplikan kisah tersebut digambarkan betapa suami banyak menuntut kepada seorang istri untuk dapat melakukan banyak hal dengan baik dan sempurna, bahkan apapun yang dilakukan sang istri dilihat tidak ada artinya di hadapan sang suami. Bahkan yang selalu terucap dari sang suami kepada istrinya: "Apa yang terjadi hari ini wahai istriku..?". Walaupun sejatinya begitu besar hal yang dilakukan oleh sang istri dan mungkin jauh lebih besar dan berat jika dibandingkan oleh yang dilakukan oleh sang suami. Dan sang suami baru tersadar bahwasanya apa yang telah dilakukan sang istri begitu besar dalam kehidupan rumah tangganya ketika suatu waktu sang istri berdiam diri tidak melakukan kegiatan apapun di rumah. Ketika sang suami pulang kerja Ia terkejut dan shok ketika masuk rumah karena ia dapati kondisi rumah yang berantakan. Dan Ia (sang suami) baru tersadar bahwa apa yang selama ini dilakukan Istrinya luar biasa dan begitu besar pengorbanan dalam rumah tangganya.
Jadi sungguh jangan pernah berfikir bahwa dialah (suami) satu-satunya orang yang habis-habisan dalam berkorban, menanggung derita, menghadapi kesulitan dan masalah serta menyelesaikannya. Sedang dia menganggap bahwa orang-orang yang ada di sekelilingnya tampaknya santai, diam, dan enak-enakan, serta bahkan tidak mempunyai andil apa-apa. Bahkan boleh jadi apa yang dilakukan oleh sang istri berimbang atau bahkan jauh lebih besar dengan apa yang dilakukan oleh sang suami.
Oleh karena itu, HARGAILAH JERIH PAYAH DAN KIPRAH ORANG LAIN dan JANGAN MELIHAT DARI SUDUT PANDANG YANG SEMPIT.
Suami Sayang Istri
Jendela Keluarga: Memberi hadiah adalah salah satu cara yang diajarkan Rasulullah agar kita saling mencintai. Memberi hadiah tidak terbatas pada strata sosial, umur ataupun batas lainnya. Ia disarankan untuk dilakukan sesering mungkin, kepada siapapun, dalam keadaan bagaimanapun. Baik dalam kehidupan berkeluarga, antara suami, istri dan anak-anak. Ataupun dalam kehidupan bermasyarakat. Baik kepada sahabat sesama muslim, ataupun masyarakat secara umum.
Bentuk dari hadiah pun tidak dibatasi. Bukan hanya berlian atau intan permata. Jika pun hadiah hanya berbentuk buku murah ataupun makan gratis di warung sederhana, jika dilandasi dengan ketulusan, maka hadiah tersebut akan menjadi amal kebaikan dan semakin menumbuhkan cinta diantara sesama kita.
Dalam kehidupan suami istri, saling memberi hadiah merupakan obat mujarab yang bisa membuat pernikahan semakin hangat, dan cinta diantara keduanya semakin bertumbuh. Dalam tahap tertentu, ketika rumah tangga tengah diuji dengan badai atau angin sepoi, memberi kejutan berupa hadiah kesayangan pasangan kita, akan bisa mencairkan suasana dan membuat pasangan merasa dihargai.
Hal inilah yang dilakukan oleh Faris. Pria yang baru saja menikah ini mempunyai kebiasaan membawakan hadiah untuk istrinya, sepulangnya dia bekerja. Di sepanjang jalan pulang, dia selalu melihat ke sekeliling untuk membeli apapun. Baik itu kue, souvenir atau yang lain. Ritual ini, ia lakukan setiap hari. Tanpa bosan, karena dilakukan dengan sepenuh hati, karena cinta dan melakukan sunnah nabi.
Hingga, sampailah dia pada suatu malam. Ada kerjaan lembur di kantornya. Alhasil, di sepanjang perjalanan pulang, dia tidak menemukan apapun untuk dibeli. Semua penjual yang biasanya menjajakan dagangan juga tutup semua. Dia kemudian berfikir keras untuk terus mempertahankan kebiasaan baiknya itu.
Ia terus menyusuri jalan menuju surga mereka. Pikirannya sibuk mencari jalan keluar. Hingga sampailah ia di depan halaman, namun belum membawa apapun untuk dihadiahkan kepada bidadarinya yang tengah menunggu di balik pintu. Dalam batas ikhtiarnya itu, pandangannya menabrak setangkai mawar yang memang ditanam oleh istrinya di halaman rumah, dalam sebuah pot. Dalam jenak, ia melangkah perlahan dan kemudian memetik tangkai itu.
Diketuklah pintu, beriring salam. Dijawablah salam, oleh suara lembut di balik pintu. Dalam jenak, pintu dibuka oleh bidadari berjilbab rapi. Manis senyumnya, hangat sambutannya. Diciumlah tangan si Faris, diambillah tas yang ada di bahu pangerannya itu. Dalam jenak, Faris berujar, “Dik,” Yang dipanggil menghentikan langkah, menghadapkan badannya secara sempurna, dengan isyarat mata mengiyakan panggilan mesra itu. “Maafkan mas, Sayang.” Mata sang bidadari mendadak berlukiskan kebingungan, tapi dia hanya diam. Seraya mendengarkan dengan hormat setiap kata yang terlontar dari bibir kekasih hatinya itu. “Mas tidak menemukan apapun untuk hadiah malam ini. Mas dapat jatah lembur, semua pedagang sudah tutup ketika mas pulang.” Si cantik hanya tersenyum, lega, sembari mengangguk.
Ketika istrinya hendak meletakkan tas, Faris kembali berkata, “Mas hanya bawa ini untuk hadiah malam ini.” Ucapnya sambil menyodorkan setangkai mawar yang baru dipetiknya beberapa menit yang lalu. Sambil menoleh, istri sholehahnya itu tersenyum, semakin manis. Serta merta, diterimalah uluran tangkai mawar, dicium wanginya, sembari berucap, “Terimakasih mas, Sayang.” Malam itu, kehangatan menjalari di setiap jenak rumah itu, hingga pagi dan hari-hari berikutnya.
Beberapa hari kemudian, Faris dihadapkan pada kejadian yang sama. Kali ini, lebih seru lantaran tak ada lagi mawar di depan rumah mereka. Namun, Faris tidak pernah berhenti berharap dan berkomitmen untuk selalu membawa hadiah sepulang kerja. Dalam kebingungan itu, ketika ikhtiar sudah mencapai puncak, selalu ada solusi yang Allah berikan. Apalagi, bagi mereka yang berniat melakukan kebaikan untuk orang-orang yang dicintainya.
Hingga didapatilah sebuah batu kecil. Diambillah batu tersebut, dan kemudian dicuci. Setelah mengetuk pintu dan melakukan ritual cium tangan dan berbagi senyum, Faris berujar kepada istrinya, “Dik, maafin mas ya. Mas hanya mendapati ini untuk hadiah malam ini.” Serta merta, terbitlah senyum dari bidarinya itu, beriring bingung lantaran yang diberikan oleh suaminya adalah batu kecil. “Kok batu, Mas? Buat apa?” Seperti mengerti kebingungan istrinya, Faris mendekat, sembari mengirimkan isyarat bahwa dia akan membisikkan sesuatu kepada istrinya, “Di jalan sudah tidak ada penjual yang menjajakan dagangannya. Mawar depan rumah kita juga sedang tidak mekar. Jadi, batu ini untuk penggosok badan ketika adik mandi.”
Begitulah. Cinta itu sederhana. Sesederhana memberi apapun kepada pasangan kita. Asalkan bermanfaat, dan dilandasi keikhlasan. Cerita ini pula yang melandasi sebuah asas, bahwa bahagia milik semua orang. Bukan hanya milik Presiden, Menteri atau anggota DPR dengan fasilitas mewah. Tetapi bagi kita, selama masih menjadi muslim, maka bahagia bisa didapat dari mana saja. Tentu, ketika kita tak lelah menuntut ilmu dan bersemangat dalam mengamalkannya.
Semoga apa yang dilakukan Faris menginspirasi kita semua. Semoga setelah ini, akan banyak rumah tangga yang semakin hangat seiring berjalannya waktu. Semoga, esok, kita akan menjadi seperti Faris yang selalu pulang dengan menyertakan hadiah, atau lebih baik darinya dalam hal ini. Baik itu coklat kesukaan istri, buku favorit pasangan kita, atau apapun yang menjadi kesenangannya. Insya Allah, dengan memberi hadiah, seseorang akan saling mencintai dan bertambah cinta diantara keduanya. Jika kemudian memang tak kuasa memberi hadiah berbentuk materi, maka senyum tulus, hangatnya sambutan dan perhatian yang penuh, adalah lebih berharga dari benda apapun yang diberikan tanpa ketulusan.
Sudahkah kita memberikan hadiah untuk orang-orang tercinta hari ini?
sumber: bersamadakwah.com
Monday, February 10, 2014
Maafkan Aku...
Maafkan aku,
Mungkin kau terluka,
Kukira hatimu tersayat
Atau bisa jadi sesak merasuk di dadamu,
Dunia mengapa kau tak berputar perlahan?
Hingga tak terasa usia ku dan usia mu bertambah secara pasti
Tawa, suka, duka berjalan selaras dengan putaran jam
Aku tak tahu pasti
Kapan nafas ini kan berhenti
Tapi aku dapat memastikan
Bahwa malaikat izrail sudah menyiapkan diri untuk bertemu denganku
Mengingatkanmu bukan berarti memarahimu
Menegurmu bukan berarti aku membencimu
Karena aku sungguh mencintaimu
Tak ingin kau jatuh dan sakit oleh orang lain
Tak ingin kau menjauh dan jauh dari Rabbmu
Sayangku padamu berbanding lurus dengan sayangku kepada tubuhku
Yang selalu ingin menjadi yang terbaik di mata-Nya
Aku tahu karena jasad ini takkan kekal
Aku sadar bahwa lisan ini tak selamanya bisa mengingatkanmu
Aku tak pernah berjanji akan selalu bersamamu
Karena kematian yang akan memisahkan kita
Tak selamanya ku bisa mendampingimu
Tak selamanya ku bisa menjagamu
Maka dari kemarin, hari ini dan selama detak nadi ku masih ada
Aku ingin bersama denganmu untuk sama – sama menjadi yang terbaik
Di mata Rabb yang Maha baik
Mari bersama-sama Belajar menjadi dewasa,
Bukan karena usia,
Tapi karena dewasa adalah pilihan untuk menjadi bijaksana
Mari bersama-sama Belajar dengan tauladan
Karena ketauladanan lebih besar manfaat dibanding ratusan retorika
Mari bersama-sama Belajar menjadi penebar cinta
Jika berdekatan denganmu orang semakin Mencintai Rabbnya
Maafkan aku jika mungkin aku yang akan meninggalkanmu
Bukan karena beribu kesalahan saja ku meminta maaf
Tetapi karena kekurangan diri hingga ku sering lalai
Tetaplah menjadi bidadari dunia yang selalu dalam kasih sayang-Nya.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/
Thursday, February 6, 2014
Survei: Media Sosial Perpendek Hubungan Asmara
Kehidupan romantis pasangan umumnya mendapat cobaan pada tujuh tahun usia hubungan. Namun, bagi pasangan modern, bukan tak mungkin cobaan datang lebih cepat.
sumber: viva.co.id